Aroma kopi pahit bercampur dengan asap rokok memenuhi ruangan kecil itu. Di sudut ruangan, seorang pria paruh baya dengan rambut sedikit memutih duduk termenung, matanya menatap kosong ke arah jendela. Di tangannya, segelas kopi dingin terlupakan, sementara puntung rokok tergeletak berserakan di asbak.
Pria itu bernama Arga. Ia adalah seorang arsitek sukses, memiliki rumah mewah, mobil sport, dan kehidupan sosial yang ramai. Namun, di balik topeng kesuksesan itu, terpendam luka lama yang tak kunjung sembuh. Luka yang diakibatkan oleh kepergian sang istri, Maya, akibat kecelakaan tragis beberapa tahun silam.
Arga selalu mengenakan topeng kesedihan. Ia mengurung diri di dalam kesedihan, menolak untuk membuka hati pada siapapun. Ia menyibukkan diri dengan pekerjaan, berusaha untuk melupakan Maya, namun bayangannya selalu menghantuinya.
Suatu hari, seorang wanita muda bernama Salsha datang ke kantor Arga. Salsha adalah arsitek muda yang berbakat dan penuh semangat. Ia mengagumi karya-karya Arga dan bertekad untuk belajar darinya.
Salsha yang ceria dan penuh energi perlahan-lahan mulai menembus dinding kesedihan Arga. Kehangatan dan semangat Salsha seperti angin segar yang menerpa hati Arga yang kering. Arga mulai merasakan getaran-getaran yang lama tertidur di dalam dirinya.
Namun, Arga takut. Ia takut untuk membuka hatinya lagi, takut untuk merasakan sakit yang sama seperti yang pernah ia rasakan. Ia takut untuk mencintai lagi, takut untuk kehilangan lagi. Ia terus mengenakan topeng kesedihannya, berusaha untuk menolak perasaan yang mulai tumbuh di dalam dirinya.
Salsha menyadari perasaan Arga. Ia melihat kesedihan tersembunyi di balik topeng kesuksesan yang Arga pamerkan. Ia mencoba untuk mendekati Arga, untuk membantunya melepaskan beban masa lalu. Ia mengajak Arga untuk kembali merasakan kebahagiaan, untuk kembali mencintai.
Perlahan tapi pasti, Salsha berhasil meruntuhkan dinding kesedihan Arga. Arga mulai berani membuka hatinya, mulai berani untuk mencintai lagi. Namun, masa lalu masih menghantuinya. Arga takut untuk melupakan Maya, takut untuk mengkhianati kenangan indah yang mereka ciptakan bersama.
Konflik mulai muncul ketika keluarga Maya, yang selama ini menentang hubungan Arga dan Maya, mulai mencampuri hidup Arga. Mereka menuduh Arga tidak serius mencintai Maya dan hanya memanfaatkannya untuk keuntungan pribadi. Mereka juga menuntut Arga untuk melepaskan semua harta benda Maya, termasuk rumah mewah yang mereka tinggali bersama.
Arga merasa tertekan. Ia tidak ingin kehilangan rumah yang menjadi saksi bisu kisah cintanya dengan Maya. Ia juga tidak ingin kehilangan Salsha, wanita yang telah membantunya bangkit dari keterpurukan.
Di sisi lain, Salsha juga menghadapi konflik internal. Ia merasa tidak nyaman dengan sikap keluarga Maya yang terus-menerus mencampuri hubungan mereka. Ia juga khawatir bahwa Arga masih terikat dengan masa lalu dan tidak sepenuhnya mencintainya.
Konflik semakin memuncak ketika keluarga Maya mengancam akan membuka rahasia masa lalu Arga yang selama ini ia sembunyikan. Rahasia yang bisa menghancurkan reputasi dan karir Arga.
Arga terjebak dalam dilema. Ia harus memilih antara masa lalu yang penuh kenangan pahit dan masa depan yang penuh ketidakpastian. Ia harus memilih antara cinta yang baru tumbuh dan rasa takut untuk kehilangan lagi.
Di tengah konflik yang semakin rumit, Arga harus menemukan kekuatan dalam dirinya untuk menghadapi masa lalu dan membuka hati untuk masa depan. Ia harus memutuskan apakah ia akan terus terjebak di dalam topeng kesedihan atau berani melepaskannya dan memulai hidup baru yang penuh cinta dan kebahagiaan.