Tugas akhir semester menjadi beban ku akhir-akhir ini. Sebagai syarat kelulusan, mau tak mau aku harus menyelesaikan nya dengan segera dan ini membuat ku terus lembur di sekolah selama 2 minggu. Aneh memang, namun aku memaklumi sistem kurikulum pendidikan yang baru. Dengan begitu, kuharap hasil tidak menghianati usahaku.
Hari ini tepat pukul setengah enam sore, posisi ku masih tetap berada di perpus, tak pindah sejak 3 jam yang lalu. Tangan ku terus berpaku pada keyboard laptop. Mengetik, menghapus, kulakukan berkali-kali sampai tak sadar suasana menunjukkan waktu akan maghrib. Melihat jam, aku memutuskan untuk berhenti dan membereskan semua barang milikku dan keluar dari perpustakaan.
Sekolah tampak sepi. Ya, tak ada siapapun yang akan menetap di sini diluar jam sekolah, kecuali satpam shift malam. Aku berjalan melewati koridor kelas 10. Koridor ini tampak sedikit menyeramkan, tapi tak membuat ku takut sama sekali. Toh aku memang terbiasa dengan hal-hal "lain".
Aku merasa koridor ini sangat jauh, sudah setengah jam aku terus berjalan menyusuri nya. Namun, aku tak sampai-sampai pada tempat tujuan ku. Kaki ku lelah, ini hal janggal pertama yang ku alami di sekolah. Sebenarnya tak heran aku mengalami ini, karena posisi ku yang pulang di saat senja, mungkin menjadi faktor mengapa aku diisengin oleh penunggu disini.
"Udah deh, stop. Aku mau pulang! Kalian gak kasian apa liat aku 2 minggu ini pulang larut terus gara-gara tugas?" Ucapku, entah untuk siapa.
Tak lama aku berjalan akhirnya aku menemukan tempat tujuan ku, lobi utama sekolah. Namun saat aku mencoba berjalan ke arah sana, kaki ku terasa sangat berat seperti ditarik oleh seseorang. Aku menoleh ke arah bawah tepat di pergelangan kaki ku. Perempuan berbaju putih dengan tangan berdarah-darah menoleh kearah ku sambil tersenyum. Aku terpaku, tak bisa bergerak. Perempuan itu mengeluarkan senyum mengerikan miliknya dengan diikuti suara khas seorang kuntilanak. Aku ingin memutus kontak mata ini, namun kepala ku benar-benar membeku tak bisa bergerak, mataku ku pun terasa berat untuk ku kedipkan.
Sebenarnya aku sedikit merasa takut melihat tampang makhluk satu ini yang menurut ku cukup mengerikan, namun rasa kesal ku lebih mendominasi dalam dadaku. Aku mulai berusaha menggerakkan panca indra ku satu persatu, dan ya berhasil. Aku menyipitkan mata ke arah makhluk dibawah yg sedang menatapku sambil menahan kakiku. Tatapan tak bersahabat kulayangkan untuknya.
"Sampai kapan mau megang kaki ku kayak gitu? Lepas atau kubakar kamu?" Ucapku dingin.
Namun nahasnya, makhluk satu ini cukup bandel. Dia mengubah tampang nya menjadi sangat menakutkan. Wajah yang awalnya hanya terlihat pucat dengan tatapan melotot nya. Kini berubah menjadi hancur dengan dipenuhi belatung disekujur area nya. Jujur sebenarnya ini sangat menakutkan, nyali ku sedikit ciut melihatnya. Namun mau tak mau aku harus melawan rasa takut ku supaya aku bisa pulang sekarang.
Melihat tingkah nya seperti ini, dengan cepat aku mengeluarkan sebuah botol kecil dengan label berbahasa Arab yang jika dibaca adalah "zam zam". Air yang selalu ku bawa kemana-mana. Bukan apa, ini sebagai bentuk penjagaan kalau sewaktu-waktu aku mengalami hal seperti ini. Dengan senyum tipis aku menatap ke arah kuntilanak dibawah ku. Lalu dengan santai ku tuangkan air itu diatas kepalanya sambil membaca ayat kursi. Dan benar saja, makhluk itu berteriak kesakitan sambil mengatakan "panas" Berulang kali.
"Kan udah dikasih tau, ngeyel sih." Ucap ku remeh
Setelah melihat kuntilanak itu perlahan hangus, aku menatap ke sekeliling ku. Dan ternyata, berbagai makhluk tak kasat mata sedang menatap kejadian ini. Aku mengeluarkan senyum kemenangan Seolah-olah berkata "masih mau macem-macem?".
Setelah semua beres, aku kembali berjalan ke arah parkiran dimana motor ku berada lalu beranjak pergi dari sekolah.