Di sebuah desa yang terletak di tepi hutan, hiduplah dua insan, Alif dan Raya. Setiap malam penuh purnama, mereka bertemu di sebuah jembatan kayu yang menghubungkan dua tepi sungai. Alif, seorang pemuda pendiam, selalu datang dengan gitar tua miliknya. Raya, gadis desa yang ceria, selalu membawa sekeranjang bunga liar.
Pada malam itu, purnama tampak begitu terang, menggantung rendah di langit. Alif duduk di tepi jembatan, menyusun senar gitar. Raya datang dengan senyuman, bunga-bunga liar di tangannya menambah harum udara malam. Mereka saling bertukar pandang, namun tidak ada kata yang terucap. Hanya suara alunan gitar dan desiran angin yang mengisi keheningan.
"Alif," Raya akhirnya memecah diam, "Kenapa kita selalu bertemu di sini, di bawah purnama?"
Alif menatap bulan yang bersinar. "Karena purnama adalah saksi. Saksi dari semua yang tak terucap."
Raya tersenyum, lalu duduk di samping Alif. Mereka menikmati malam itu dalam diam, di bawah purnama yang memancarkan cahaya lembut. Cinta mereka mungkin tak pernah diungkapkan dengan kata-kata, namun malam itu, di bawah cahaya purnama, segalanya terasa sempurna.
Cinta mereka tumbuh di setiap pertemuan, setiap senyuman, dan setiap keheningan yang diisi dengan makna. Tanpa perlu berjanji, mereka tahu bahwa perasaan itu tak akan pudar, seperti purnama yang selalu hadir setiap bulan.