Malam itu, Ana baru saja pulang dari lembur di kantornya. Sudah hampir tengah malam, dan jalanan terlihat lengang. Ia berjalan cepat menuju rumah, melewati gang sempit yang biasa ia lewati. Meski gelap dan sunyi, Ana sudah terbiasa dengan jalur itu.
Namun, malam itu terasa berbeda. Ada hawa dingin yang menusuk, dan entah mengapa Ana merasa ada yang mengikutinya. Suara langkah pelan terdengar dari belakang, seperti mengikuti ritme langkahnya. Jantungnya berdetak semakin cepat, namun ia menenangkan diri. “Ah, mungkin hanya perasaanku saja,” gumamnya.
Ia terus berjalan, berusaha tak memedulikan suara langkah yang semakin jelas terdengar. Namun, rasa penasaran menguasainya. Dengan berdebar, Ana memberanikan diri melirik ke belakang, tapi tak ada siapa-siapa. Jalanan kosong. Namun, saat ia kembali menghadap ke depan, tiba-tiba suara pelan terdengar, berbisik lembut di telinganya, "Jangan lihat ke belakang."
Ana terdiam, tubuhnya membeku. Ia merasa ada sesuatu yang mengintainya dari arah belakang. Namun, kali ini ia merasa takut untuk menoleh. Ia teringat cerita-cerita mistis yang sering ia dengar, tentang sosok yang akan mengikuti seseorang hingga mereka menoleh, dan ketika menoleh itulah mereka akan "diambil".
Dengan tubuh gemetar, Ana memutuskan untuk terus berjalan tanpa menoleh. Setiap langkah terasa semakin berat, seakan ada yang membebani pundaknya. "Jangan lihat ke belakang," suara itu kembali terdengar, lebih tajam dari sebelumnya.
Ana berlari sekuat tenaga, meskipun ia merasa ada yang berusaha menariknya dari belakang. Sesampainya di depan rumah, ia segera membuka pintu dan mengunci dirinya di dalam. Namun, suara langkah itu masih terdengar, kali ini di dalam rumah.
Dengan napas tersengal, ia berusaha untuk tidak menoleh, meskipun merasa ada yang berdiri di belakangnya, mendekat perlahan. Dalam ketakutannya, ia terus memejamkan mata dan berdoa, berharap makhluk itu akan pergi. Hingga akhirnya, suara itu lenyap, meninggalkan kesunyian mencekam di dalam rumahnya.
Paginya, Ana ditemukan oleh tetangganya dalam keadaan pucat dan shock. Saat ditanya, ia hanya bisa berkata pelan dengan mata yang kosong, “Jangan lihat ke belakang…”