Prolog
Hidupku selalu penuh dengan kontradiksi, sebuah kisah tentang harapan yang berujung pada kenyataan pahit, dan impian yang terjebak di antara beban dan kebebasan. Sejak kecil, aku terpaksa berdamai dengan aturan yang mengekang, mencicipi kemandirian pahit, dan mendapati diri terperangkap dalam kewajiban yang tak pernah kupilih. Aku memimpikan kebebasan dan cinta sejati, berharap bahwa pernikahan adalah pintu menuju dunia yang lebih ringan, dunia di mana aku akhirnya bisa dihargai tanpa syarat. Namun, ternyata pernikahan bukan akhir dari perjuangan—itu adalah awal dari babak baru, di mana aku diuji oleh pandangan tajam keluarga baru dan tantangan yang semakin berat.
Di antara tangisan dan tawa, aku berjuang mencari nilai diriku, mencoba bertahan di antara keinginan untuk dihargai dan realitas yang kadang menelan mimpi.