Jejek, mahasiswa semester akhir yang sedang mencari tempat kos baru, akhirnya menemukan kamar murah di sebuah bangunan tua dekat kampusnya. Meski tampak usang dan agak seram, Jejek tak punya pilihan lain karena harga sewanya sangat terjangkau. Pemilik kos memperingatkan Jejek agar jangan macam-macam dan selalu "hati-hati" di malam hari, terutama di kamar bernomor 13. Namun, Jejek hanya tertawa dalam hati. “Ah, paling cuma ingin bikin suasana angker biar gak ada yang ngeluh soal kamar murah ini,” pikirnya.
Malam pertama di kamar itu, Jejek mencoba tidur lebih awal. Tapi, tepat jam dua belas malam, ia mendengar suara ketukan pelan di pintunya.
Tok tok tok.
Jejek bergidik. “Siapa yang iseng ketuk-ketuk pintu jam segini?” gumamnya kesal. Ia mencoba mengabaikan suara itu dan menutup mata. Namun, ketukan itu semakin keras dan semakin dekat, seolah-olah pintunya akan jebol. Akhirnya, dengan perasaan agak jengkel bercampur takut, ia membuka pintu.
Di depan pintu, berdiri seorang makhluk yang tinggi kurus, pucat, dengan wajah datar tanpa ekspresi. Matanya kosong, menatap lurus ke arah Jejek. Tanpa berkata apa-apa, makhluk itu melambaikan tangan pelan ke arah Jejek, seolah-olah mengajak masuk.
“Hii, apaan nih?!” jerit Jejek spontan, hampir pingsan.
Makhluk itu tampak terkejut dan malah balas menjerit, “Kamu bisa lihat aku?”
Mereka saling memandang kebingungan sejenak.
“Aku... aku hantu penunggu kamar ini,” kata makhluk itu, suaranya terdengar gugup. “Tapi kamu gak usah takut, aku cuma mau berkenalan. Namaku uypin.”
Jejek terdiam. Setelah beberapa detik, ia malah tertawa keras. “Kamu hantu?! Serius? Nama kamu... Uypin?”
uypin hanya mengangguk sambil tersipu malu. “Kenapa? Hantu gak boleh punya nama biasa?”
Ternyata, Uypin adalah hantu yang tidak tahu bagaimana cara menakut-nakuti orang. Ia malah lebih suka berbincang dan curhat soal kesepiannya selama ratusan tahun. Malam itu, mereka berdua malah asyik ngobrol, bahkan Uypin ikut curhat tentang mantan hantunya yang pernah "berpindah kos."
Sejak itu, Uypin dan Jejek jadi teman baik. Setiap malam, mereka nongkrong bareng sambil berbagi cerita horor. Bahkan, Uypin suka membantu Jejek mengerjakan tugas dengan melayangkan buku-buku dari rak. Kadang Uypin sengaja menakut-nakuti teman-teman Jejek yang datang ke kos, sekadar untuk hiburan.
Siapa sangka, kos murah dengan kamar horor justru memberi Jejek teman baru yang setia... meski teman itu sudah tidak hidup lagi.
---