Rani tidak pernah membayangkan bahwa cinta pertamanya akan datang di hari yang penuh dengan kebingungannya. Saat itu, dia duduk di kelas 11, berusaha fokus pada pelajaran Kimia yang tak pernah ia sukai. Meski tidak begitu pandai dalam mata pelajaran itu, dia berusaha semaksimal mungkin, hanya untuk bisa menghindari predikat 'pelajar bodoh' dari teman-temannya. Di sudut ruang kelas yang ramai, matanya teralihkan pada sosok yang selalu duduk di bangku belakang Rio, siswa dengan senyum yang tak pernah hilang dan mata yang selalu terlihat penuh dengan teka-teki.
Rio selalu terlihat berbeda di matanya. Dia tidak tampak seperti siswa lainnya lebih tenang, namun penuh dengan daya tarik yang tak bisa dijelaskan. Rani seringkali memandangi Rio tanpa sadar, namun tidak pernah punya cukup keberanian untuk mendekatinya. Rio adalah anak populer, sementara Rani hanyalah gadis biasa yang tidak pernah dianggap lebih dari teman sebangku.
Namun, suatu hari, sebuah kejadian tak terduga mengubah segalanya. Saat Rani sedang sibuk menulis catatan di bukunya, dia menemukan sesuatu yang aneh sebuah surat yang diselipkan di antara lembaran bukunya. Surat itu bertuliskan dengan huruf tangan yang rapi dan sangat akrab di matanya.
“Rani,” begitu tulisan yang tertera di surat itu. “Jika kamu membaca ini, maka kamu sudah tahu siapa yang menulisnya. Aku hanya ingin mengatakan satu hal: kamu lebih dari yang kamu kira. Kamu lebih dari sekadar gadis yang duduk di bangku depan. Mungkin kita bisa berbicara lebih banyak. Mungkin kita bisa lebih dari teman.”
Rani menatap surat itu dengan tatapan bingung. Siapa yang menulisnya? Kenapa Rio bisa tahu tentang dirinya? Dengan jantung yang berdebar, dia memutuskan untuk mencari tahu. Dan keesokan harinya, saat bel istirahat berbunyi, Rani berusaha mencari Rio. Dia menemukannya di dekat taman sekolah, duduk sendirian di bawah pohon besar.
"Rio," suara Rani terdengar gugup. Rio menoleh, dan senyum khasnya muncul.
“Ada apa, Rani?” tanyanya, suaranya santai, namun matanya mengandung arti yang dalam.
Rani mengeluarkan surat itu, menunjukkannya kepada Rio. “Kamu yang menulis ini?”
Rio tertawa pelan, menatapnya dengan tatapan yang lembut. “Iya, itu aku. Aku menulisnya setelah lama memperhatikanmu. Kau tahu, aku selalu merasa ada yang berbeda darimu, Rani. Aku cuma tidak tahu bagaimana cara mengatakannya.”
Jantung Rani berdebar lebih cepat. “Tapi... kenapa aku? Aku kan cuma gadis biasa, Rio."
Rio tersenyum lagi, mendekatkan wajahnya sedikit. “Kadang, yang kita anggap biasa, justru yang paling luar biasa. Aku merasa, mungkin ini saatnya kita berhenti jadi dua orang yang tak saling bicara.”
Mereka duduk di sana, di bawah pohon besar, berbicara tentang banyak hal tentang impian, tentang ketakutan, dan tentang bagaimana kehidupan SMA yang penuh tekanan sering kali menghalangi mereka untuk melihat keindahan yang ada di depan mata.
Hari itu, mereka mulai membuka babak baru dalam hidup mereka, tanpa ragu, tanpa penyesalan. Cinta mereka dimulai dengan kebingungannya, namun berkembang menjadi sesuatu yang indah. Di sekolah yang penuh dengan tekanan, mereka menemukan kenyamanan dalam satu sama lain, melalui surat yang tak sengaja tertinggal di buku catatan.
Dan meski SMA adalah masa yang penuh dengan drama dan perubahan, bagi Rani dan Rio, itu adalah masa di mana mereka belajar bahwa cinta bisa tumbuh, meski tanpa prediksi, dan dalam cara yang paling sederhana sekalipun.