Izora Gretha Namari ingin bertemu dengan Faresta Farrel Farzan yang baru saja ia kenal melalui aplikasi kencan online, namun Zora merasa takut terjadi sesuatu padanya dan keluarganya, hingga akhirnya ia menghubungi Locha Omnicka Indali.
“Cha,” notifikasi WhatsApp masuk ke ponsel Locha.
“Kenapa Ra?” tanya Locha.
“Gw kan kenalan sama cowok dari aplikasi kencan online ya, dia ngajakin gw ketemuan, tapi gw takut ketemuan sama dia.”
“Lho, takut kenapa?”
“Ya kan kita baru kenal, nanti gw tunggu di rumah lu ya!”
“Lho! Kok di rumah gw sih?”
“Ya gw bilangnya rumah gw di dekat kelurahan depan rumah lu itu.”
“Ah lu! Ada-ada aja deh! Terus kapan lu mau ketemuan sama Dia?”
“Ini gw mau OTW ke rumah lu, Dia ngajak ketemuannya jam 10.”
“Sama siapa lu ke sini?”
“Sendirilah! Biasa, jalan kaki gw ke sana.”
“Oh, oke!”
Izora mengenakan tengtop berwarna oranye, cardigan berwarna pink, dan celana jeans berwarna biru. Zora memasukkan tengtop-nya ke dalam celananya yang membuat lekukan pinggangnya terlihat.
Beberapa menit kemudian, Izora tiba di rumah Locha.
“Assalamualaikum, Cha, Locha,” panggil Izora mengetuk-ngetuk pintunya.
“Wa'laikumsallam, ayok masuk, eh gw mau mandi, lu kalau mau minum, ambil sendiri aja ya di kulkas, gw juga mau pergi soalnya sama cowok gw.”
“Oh oke!”
Izora langsung masuk ke kamar Locha yang memang tidak ada pintunya. Izora mengambil air minum di dalam kulkas yang terletak di dalam kamarnya.
Izora duduk di depan kipas dan berdandan, karena ingin bertemu dengan Farrel.
Aryasatwa Bhadnaka ayah Locha tiba-tiba masuk ke dalam kamar, dan tersenyum menganggukkan kepala menatapnya.
Zora pun membalasnya, dan merasa takut melihat senyuman Ayah Locha yang nampak mencurigakan.
Tiba-tiba Arya langsung mendekatinya, dan berusaha mencium bibirnya, serta tangannya yang berusaha memegang gunung kembarnya, namun Izora terus berusaha untuk mendorongnya.
“Tooo...” Izora yang ingin berteriak meminta pertolongan, namun dengan cepat dibungkam oleh Arya.
Urvi Swara Sakshi tetangga Locha melihat Izora yang ingin dilecehkan oleh Arya dan segera menolongnya dan menarik kerah baju Pak Arya dengan sangat jijik ke luar rumah. Bu Urvi mendorongnya, hingga terjatuh. Bu Urvi kembali ke dalam rumah dan membawa Zora ke luar. Bu Urvi memesankan es teh untuk Zora, agar bisa sedikit lebih tenang.
“Bu, minta es teh ya satu, kasih ke Dia,” ucap Bu Urvi menunjuk Zora.
Bu Urvi menghampiri pak Arya dan memanggil ibu-ibu yang tengah bergosip ria.
“Ibu-ibu, sini kumpul, pak Arya berulah lagi! Kita apakan enaknya Dia?” tanya Bu Urvi yang nampak kesal.
“Berulah gimana Bu?” tanya Bu Vika Dewanti Putri.
“PEDOFIL! Lihat korbannya! Sampai gemeteran, ketakutan seperti itu!” ucap Bu Urvi menunjuk Zora.
“Wah! Harus dikasih pelajaran ini! Ibu-ibu, serang!” ucap Bu Vika Dewanti Putri.
Para Ibu-ibu itu memukuli pak Arya menggunakan sendal keramat Mereka masing-masing dan berteriak-teriak menghakiminya.
“Rasakan itu pedofil! Pergi aja lu dari sini!” maki Bu Urvi.
Keiluna Lavina ibu Locha yang tengah bekerja sebagai tukang cuci di rumah tetangganya pun mendengar keributan dan menghampirinya.
“Eeee... Ada apa ini? Lho suami saya kenapa digituin Ibu-ibu? Memangnya apa salah suami saya?” tanya Ibu Keiluna menolong pak Arya.
“Tadi saya mergokin suami Ibu mau melecehkan Dia!” jawab Bu Urvi menunjuk Izora yang nampak syok.
Ibu Keiluna melihat ke arah Zora dan menghampirinya.
“Zora, apa itu benar?” tanya Ibu Keiluna menepuk pundak Izora.
“Lho, ibu kenal sama Dia?” tanya Bu Urvi.
“Dia Zora, teman anak saya dari SMP,” jawab Bu Keiluna.
“Teman anaknya sendiri kok mau dilecehkan sih Pak? Benar-benar pedofil Anda ya ternyata! Sampai-sampai bisa berdiri tuh burung Kau pada wanita seumuran anak Anda!” ucap Bu Urvi mendorongnya.
Ibu Keiluna langsung berlari dan menghentikan Mereka.
“Hentikan Ibu-ibu! Saya mohon!” pinta Ibu Keiluna.
“Zora, Kamu pergi dari sini sekarang Zora!” usir Ibu Keiluna membentaknya.
Zora yang nampak semakin ketakutan pun berlari menjauh dari sana, hingga akhirnya ia terserempet kaca spion seseorang.
“Maaf,” ucap Pria itu membuka helm-nya.
“Kamu Farel bukan?” tanya Zora saat Farel membuka helm-nya.
“Iya, aku Farel, Kamu Zora ya?”
“Iya, Kita pergi sekarang aja ya!” ajak Zora ketakutan dan menoleh ke belakang.
“Yaudah naik!” ucap Farel.
Izora langsung naik ke atas motor dan Mereka pun pergi dari sana.
Farel terus menatap Izora dari kaca spion-nya.
Farel menghentikan motornya, dan menawarkan Izora minuman.
“Kamu mau Boba gak? Kita beli Boba dulu yuk di sana, biar Kamu bisa sedikit lebih tenang,” ucap Farel tersenyum menatapnya.
“Iya,” jawab Izora tersenyum menganggukkan kepala.
Mereka membeli Boba dan minum di sana langsung. Farel menanyakan ada apa sebenarnya, hingga Izora nampak seperti orang sedang ketakutan seperti itu.
“Kamu kenapa sih?” tanya Farel.
“Tadi aku mau dilecehkan sama bapak temanku,” jawab Izora meneteskan air matanya.
Mendengar hal itu, sontak membuat Farel terkejut, Farel menghampirinya dan memeluknya untuk menenangkannya.
“Tapi Kamu gak kenapa-kenapa kan?” tanya Farel.
“Iya,” jawab Zora menganggukkan kepalanya.
“Yaudah nih minum dulu, lain kali kalau pakai baju yang tertutup ya,” ucap Farel tersenyum dan merapatkan cardigan Zora, agar menutupi dadanya.
“Iya,” jawab Zora.
Setelah Boba yang Mereka pesan habis, Mereka lanjut cari makanan.
“Kamu mau makan apa?” tanya Farel.
“Hm apa aja deh terserah Kamu, aku ikut aja,” jawab Zora tersenyum menganggukkan kepala menatapnya.
Farel mengajak Zora makan di cafe terdekat, dan setelah puas bertemu, Farel mengantarkan Zora pulang, tapi kali ini Zora meminta diturunkan di gang depan rumahnya.
“Kamu gak mau aku antar sampai depan rumah Kamu aja?” tanya Farel.
“Hm gak usah, rumahku dekat kok dari sini,” jawab Izora tersenyum menatapnya.
“Yaudah kalau gitu aku pulang ya daaa,” ucap Farel tersenyum melambaikan tangan pada Izora.
Izora pulang ke rumahnya dengan suasana hati bahagia, namun pertemuan itu justru menjadi pertemuan terakhir Mereka, karena Farel tidak lagi menghubunginya.
Hari-hari kembali seperti biasa, hingga akhirnya pengkhianatan kembali terjadi.
Izora baru beberapa hari didiagnosa menderita skoliosis, dan ditinggalkan oleh seorang Pria karena menderita skoliosis, namun Locha sebagai teman, bukannya menyemangati, malah membuat rasa sakit di hatinya bertambah.
Locha menge-tag Izora di sebuah postingan TikTok seseorang yang di mana isi video itu bisa membahayakan bagi kesehatan Izora yang menderita skoliosis.
“Kapan nih?” tanya Izora.
“Lu kan tahu gw skoliosis, itu kan bahaya buat tulang gw yang ada malah patah tulang nanti gw!” jawab Izora.
“MELURUSKAN ITU,” jawab Locha mengirimkan emoticon senyuman sinis pada Izora.
Izora langsung mengirimkan WhatsApp pada Locha.
“Maksudnya apa coba? Mau menghina gw?” tanya Izora kesal.
“Gak ada tuh yang menghina lu! Lu-nya aja sensian banget jadi orang!”
“Gak menghina lu bilang? Dengan lu tag gw di akun orang lain itu sama saja dengan penghinaan! Udahlah! Gw malas sama lu!”
“Oh yaudah!”
Izora hanya membaca WhatsApp Locha. Izora melihat Locha yang selalu update status WhatsApp dan Instagram pribadinya tengah asik berlibur bersama dengan temannya, bahkan Locha juga berlibur dengan kekasihnya ke Lampung. Locha mengirimkan status saat Dia berlibur berduaan ke Lampung, kampung halaman Locha. Locha juga meng-upload saat Dia tengah di kamar bersama dengan kekasihnya.
“Ke luar kota berduaan doang sama cowok? Gak mungkin enggak kan?” tanya Izora yang nampak syok melihat story Locha.
“Kok Dia kayak gak ngerasa bersalah banget ya sama aku? Apa aku saja yang terlalu berlebihan? Aku blokir saja kali ya? Daripada aku sakit hati terus melihatnya yang bahagia dengan dunianya sendiri, tanpa pernah mempedulikan aku sedikitpun.
Izora langsung memblokir WhatsApp dan seluruh sosial media Locha.
Keisha Cassaundra Leandra teman SMK Izora mengundangnya untuk datang ke hari pernikahannya.
“Zora, gw mau ngundang nih! Datang ya!” pinta Keisha tersenyum memberikan undangan pernikahannya.
“Iya pasti dong!”
“Yaudah gw langsung balik ya, mau membagikan undangan ke yang lain juga.”
“Oh iya, hati-hati! Semoga lancar sampai hari H ya!”
“Aamiin, makasih!”
“Iya!”
“Zora, nanti lu datang sama siapa? Sama Locha aja!” notifikasi WhatsApp dari Keisha.
“Gak tahu, gw blokir Dia!”
“Lho, ada masalah apa memangnya?”
“Dia ngatain gw di sosmed!”
“Hm.. kok gitu banget ya Dia sama lu? Padahal kan kalian berteman juga udah lama banget ya?”
“Iya.”
“Eh buka dong blokiran WA-nya Locha, Dia mau ngomong sama lu tuh!”
“Emang Dia chat lu?”
“Iya, Dia minta tolong gw buat bilangin ke lu.”
“Oh..”
“Iya, selesaikan berdua aja ya, gw gak mau ikut campur dalam masalah kalian, yang terpenting gw udah menyampaikannya.”
“Hm iya!”
“Udah dibuka blokiran-nya?”
“Udah.”
“Yaudah gw bilang ke Locha dulu ya.”
“Hm...”
“Oke!”
“Zora, gw minta maaf ya sama lu, kalau gw ada salah sama lu, lu mau kan maafin gw?” tanya Locha.
“Dulu ke mana aja hah?”
“Kan lu blokir gw, gimana gw mau minta maaf?”
“Ibu lu sering kok ke warung Ibu gw, lagipula kan lu juga bisa ke rumah gw, kan rumah Kita dekat!”
“Ya maaf..”
“Hm..”
“Lu kondangan sama siapa nanti?” tanya Locha.
“Gak tahu, sendiri mungkin.”
“Sama gw aja yuk!”
“Yaudah!”
Malam harinya sebelum acara pernikahan Keisha, Zora kembali menanyakannya, jadi atau tidak Locha pergi bersamanya.
“Lu jadi pergi sama gw?” tanya Zora.
“Haduh! Gimana ya? Gw juga lagi nungguin respon cowok gw, kalau Dia gak bisa, baru gw pergi sama lu.”
“Lho! kok gitu? Kita udah janjian dari dua Minggu yang lalu lho!”
“Iya tahu, tapi gw pengen sama cowok gw, kalau mau, Kita ketemuan di sana aja. Rencananya gw sama cowok gw mau jalan jam 2 siang.”
“Panas banget jam segitu, sore aja sih, jam 4 lah gitu.”
“Cowok gw ada acara.”
“Ya gak usah pergi sama cowok lu, pergi sama gw aja.”
“Lihat besok aja deh ya!”
“Hm.. yaudahlah!”
$$$$$$$$$$
Keesokan harinya, Keisha mengirimkan WA pada Izora, jika Locha sudah datang ke pesta pernikahannya bersama dengan cowoknya.
“Tadi Locha udah ke sini sama cowoknya,” notifikasi WhatsApp dari Keisha.
“Lho? Kapan?”
“Tadi jam sepuluhan kayaknya.”
“Kok Dia gak bilang sama gw ya? Terakhir Dia bilang itu jam 2, masih ragu antara jadi atau enggak jalan sama cowoknya.”
“Astaghfirullahaladzim, kok gitu banget sih Dia?”
“Ya mana gw tahu!”
“Kalau enggak, lu jalan sama Nella dan Syifa aja, Mereka juga mau ke sini katanya.”
“Hm oke, kalau enggak nanti gw sama bapak gw aja!”
“Yaudah terserah lu juga sih, tapi datang ya!”
“Iya!”
Izora akhirnya pergi seorang diri diantarkan oleh ayahnya, karena teman-temannya pergi bersama kekasihnya masing-masing.
Izora disambut hangat oleh Ibu Keisha, karena memang Izora juga dekat dengan keluarga Keisha.
“Keisha ada di ruang ganti tuh, samperin sana!” pinta Ibu Keisha.
“Iya Tante,” jawab Izora tersenyum menganggukkan kepalanya dan pergi menghampiri Keisha.
Izora memanggil Keisha dengan sebutan “Mamih” karena saat di sekolah, Izora memanggil Keisha seperti itu.
“Mamih-mamih aja lu! Kirain siapa, Gw bukan emak lu!” ucap Keisha tertawa kecil.
Izora berjalan mengiringi Keisha ke depan.
Izora memberikan hadiahnya, dan berfoto bersama Keisha dan suaminya.
Secara kebetulan warna baju yang Izora pakai, sama dengan baju yang dipakai oleh Keisha dan suaminya yaitu baju berwarna hijau.
“Lu ke sini sama siapa?” tanya Keisha.
“Sama bokap gw.”
“Terus mana bokap lu?”
“Nunggu di luar.”
“Ajak masuk aja, suruh makan sekalian.”
“Dia maunya nunggu di luar.”
“Yaudah makan dulu sana lu.”
“Iya.”
Izora berjalan ke tempat antrian prasmanan, Ibu Keisha mengambilkan piring untuknya.
Setelah selesai makan, Izora kembali ke rumahnya.
Beberapa tahun berlalu, Izora meminta Locha untuk mengenalkannya pada seorang pria, karena sejak pertemuan terakhirnya dengan Farrel, Izora tidak pernah kencan lagi dengan seorang pria.
“Cha, kenalin gw sama cowok dong, bosen juga lama-lama gw sendirian terus,” notifikasi WhatsApp dari Izora.
“Siapa deh? Gak ada, nanti kalau ada gw hubungi lu deh ya!” jawab Izora.
“Hm yaudah deh!”
“Eh temenin gw nonton yuk, bete banget nih!”
“Lah emang cowok lu ke mana?”
“Lagi malas gw sama Dia, temenin gw apa!”
“Yaudah, tapi lu yang ke rumah gw ya!”
“Oke!”
Mereka pun bersiap-siap untuk pergi menonton film bioskop. Beberapa jam kemudian Locha tiba di rumah Izora.
“Assalamualaikum, Izora,” panggil Locha.
“Ayok masuk dulu!” ajak Izora.
“Coba cek gocar di hp lu deh, gw adanya aplikasi grab,” ucap Locha.
“Wait!”
“Oke!”
“Di Go-Jek harganya segini,” ucap Zora menunjukkan aplikasi Go-Jek di ponselnya.
“Lebih murah di HP lu, yaudah pesan.”
“Oke!”
Izora dan Locha menunggu di depan jembatan, karena gang masuk ke rumah Zora kecil, tidak muat untuk mobil.
Mereka berfoto-foto selama di mall, dan menjadikan status di Wa masing-masing.
Izora berkenalan dengan seorang pria bernama Nata Nareswara Rasendriya Pratama, keduanya nampak akrab dan menceritakan tentang kehidupan masing-masing.
Locha berulah lagi dengan mengomentari status WhatsApp Izora bertemakan “Ayah”. Locha yang notabenenya terlahir dari keluarga Cemara, sangat jauh berbeda dengan Izora yang terlahir dari keluarga broken home. Ayah dan Ibunya masih bersama, namun Izora kehilangan peran keduanya sejak kecil terutama peran Ayahnya.
“Terus apa bedanya lu sama Lolly kalau kayak gitu?” tanya Locha mengirimkan emoticon sinis.
“Lu bisa ngomong kayak gitu karena lu terlahir dari keluarga Cemara, sedangkan gw? ”
“Ya semua orang pasti pernah melakukan kesalahan termaksud Bokap gw, tapi gw gak pernah tuh menceritakan ke orang-orang tentang gimana keluarga gw.”
“Asal lu tahu ya, Bapak lu itu PEDOFIL! Bapak lu itu pernah berusaha untuk melecehkan gw!”
“Iya gw tahu, tapi Alhamdulillah Bokap gw sekarang udah berubah.”
“Hati-hati aja sama anak lu, pesen gw satu, lu jauhin anak lu itu dari Bapak lu, karena PEDOFIL itu gak ada obatnya selain dengan kematian! Anak lu suatu saat akan merasakan bagaimana rasanya jadi gw yang pernah hampir dilecehkan sama Bapak temannya sendiri, dan disaat itu terjadi gak akan ada yang bela anak lu, sama kayak lu yang gak pernah membela gw, dan terus membanggakan Bapak lu yang PEDOFIL itu! Gw bisa aja laporin Bapak lu, tapi gw kasian sama Ibu lu, tapi apa yang gw dapatkan dari lu? Yaps! Penghinaan! Selamat menikmati hukum tabur tuainya ya Locha Omnicka Indali, tunggu saja, karmamu sedang diproses oleh takdir! Nikmati kebahagiaanmu, sebelum akhirnya karmamu itu datang menghampirimu!”
Izora yang kesal pun langsung memblokir WhatsApp Locha.
Beberapa hari kemudian, Izora mendapatkan fakta menggemparkan bahwasanya Bapak Locha pernah dipenjara dengan kasus yang sama yaitu pelecehan terhadap anak dibawah umur.
“Ternyata bukan gw doang ya korbannya? Gw malah kasian sama anaknya, takutnya jadi korban hasrat Bapaknya juga lagi! Hm.. tapi yaudahlah! Biarin aja, biar dia sadar juga, kalau gak kayak gitu, Dia gak akan pernah sadar,” ucap Izora menatap foto kebersamaannya dengan Locha dan menghapusnya.