Faatina Sarah yang akrab dipanggil Fatin seorang gadis manis yang humoris dan menyenangkan, walaupun terlihat patuh sebenernya Faatina gadis yang sedikit keras kepala. Apa yang dia mau, harus dia dapatkan dengan caranya yang unik.
Suatu ketika saat Faatina sedang berada di pengajian, ada seseorang yang menarik perhatiannya, Tubuhnya tegap, tinggi, berkulit putih, dan wajahnya yang sangat tampan itu tidak hanya memikat Faatina, tetapi para gadis yang berada disekitarnya.
“Ustadzah, itu yang tadi nyapa ustadz Baqir siapa?”, ucap Faatina penasaran.
Ustadzah Inara tersenyum, lalu menatap Fatin,“Siapa yaaa.” godanya
“ish ustadzah maah.. Fatin serius”, rengeknya.
mendengar Faatina yang merengek membuat Inara gemas, “Itu anak kedua ustadzah, beda 3 tahun sama kamu.”
“Loh ustadzah punya anak?, kok gak keliatan sihh abisnya awet muda” ucap Faatina.
“Bisa aja kamu”
“Ustadzah, kali kali kenalin ke Fatin dong hehe.” ucap Fatin dengan tersenyum menampakkan giginya.
“harus hafal Juzz 30 ya” Ujar Inara menggoda Fatin.
“ishh ustadzah..”
...
Hari demi hari berlalu, Faatina semakin sering memperhatikan pria tersebut, dengan berbagai cara untuk meminta dikenalkan oleh ustadzah Inara namun selalu gagal, jangankan dikenalkan namanya saja Faatina belum tau. Suatu hari, Faatina bertemu dengan pria tersebut di warung miliknya saat Faatina ditugaskan uminya untuk menjaga warung sementara.
*Aduh ini dia kan? ish tinggi banget. kok bisa ustadzah lahirin bibit seganteng dia huhu..* batin Faatina sangat berisik, ia tidak berhenti berbicara dalam batin.
“Beli apa mas?” ucap Faatina.
*Aduh mas segala eeeuhh abisnya kasep pisan hehe* batinnya
“Air botol, dua berapa?” ucap pria tersebut.
“satunya 2 ribu, kalau dua jadi 4 ribu.” jawab Faatina.
Saat pria tersebut ingin memberikan uangnya, secara bersamaan Faatina membuka suara.
“Maaf mas, gak ada kembalian.” Ucap Faatina
Pria itu mengangguk paham, lalu ia berujar,“Yaudah kembaliannya ambil aja”
“Masa di ambil, ini uangnya 10 ribu loh, sayang banget” Ucap Faatina. “apa lagi umi biasanya gak suka terima dengan sukarela begini” sambungnya.
“Lalu saya harus gimana?”. tanya sang pria tersebut.
“Gini aja, mas tulis nama di kertas ini, jadi airnya ambil aja gausah di bayar.. jadi mas pulang dulu ambil uang pas nanti baru balik lagi, lagian rumah mas sama warung saya gak jauh kan”. Ucap Faatina panjang lebar.
Faatina pikir trik modusnya akan ketahuan, namun tidak menyangka pria itu menulis namanya di kertas yang Faatina berikan serta nominal yang belum ia bayar.
‘ILYAS HANIF’
“Kalau begitu permisi” ucap Pria tersebut.
Setelah Pria itu memutar tubuhnya dan pergi, Faatina kegirangan karena akhirnya ia mendapatkan nama pria yang iya sukai itu.
“Hehehe ustadzah Inara, Fatin bisa dong wle”. Ia bicara sendiri sambil melompat lompat kegirangan.
...
Faatina sedang bersantai di kamarnya, tiba tiba Sang ibu tercinta menghampiri dengan membawa Tote bag yang berisi kue buatan ibunya.
Menyerahkan Tote bag ke Faatina,“Fatin, ini tolong kasih ke ustadzah Inara, bilang ya dari umi.”
“Loh emangnya kenapa umi?” tanyanya penasaran.
“Kemarin ustadzah kasih umi ikan bakar, gak enak kan kalau umi gak bales apa apa.” Ujar umi Faatina yang membuat Faatina kegirangan, itu berarti jika ia pergi ke rumah Ustadzah Inara, ia akan bertemu Ilyas disana.
“Oke umi!”
Faatina bergegas mengenakan Khimarnya dan berangkat ke rumah ustadzah Inara, ia tidak sabar bertemu Ilyas, eh maksud ustadzah Inara yang tercinta haha.
Sesampainya disana, ia bertemu dengan ustadzah Inara lalu ia mencium punggung tangannya.
“Ustadzah, ini dari umi.. kue buatan umi Fatin enak loh.” ujarnya
Inara tersenyum hangat, dan menerima Tote bag itu, “Wah terimakasih bilang sama umi kamu, gak perlu repot-repot.”
“Ustadzah lucu deh, gak perlu repot-repot tapi di ambil” Goda Faatina.
Terdengar tawa dari keduanya, Setelah itu Faatina tidak langsung pergi, Melainkan melemparkan senyum mencurigakan ke Inara.
“Ada apa Fatin?,” ujar Inara. Setelah diam beberapa detik, Inara baru menyadari maksud dari Faatina diam sambil tersenyum seperti itu.
“Ustadzah panggilin nih.” Ucapannya untuk menggoda Faatina.
“Boleh”, Bukannya menolak malu malu, justru Faatina dengan senyum manisnya mengangguk semangat.
Mencubit hidung Faatina, “dasar kamu, Ilyas lagi sibuk di kamarnya, Fatin..” ujarnya.
Terdapat wajah kecewa dari Faatina, setelah itu ia berpamitan dan pulang ke rumah. Setelah Faatina pulang, tiba tiba..
“Umi, perempuan itu udah pergi?” Ujar sosok yang berada di Balik pintu.
“Astaghfirullah Ilyas.. ngagetin umi aja kamu”, ujar Inara sambil mengelus dada
“Maaf umi,” kata Ilyas. “Kenapa perempuan itu nyariin Ilyas mulu?”
“Fatin suka kamu kali” Ujar Inara.
“Tapi Ilyas gak suka umi, suruh dia jauhin Ilyas umi” mohon Ilyas kepada Inara
Inara menggelengkan kepalanya,“Umi bisa aja nyuruh Fatin berhenti ngejar kamu, tapi Fatin itu orangnya kekeuh banget.. pusing umi ngadepin dia, Kamu urus sendiri gih.”
..
Berminggu-minggu bahkan sudah 6 bulan telah berlalu, dan setiap minggunya ada saja modus Faatina yang unik dan bikin geleng geleng kepala. Namun cintanya belum juga dibalas oleh Ilyas, lelaki yang ia idam-idamkan itu. Faatina sudah hampir menyerah dengan Ilyas si manusia berhati batu akik, kata Faatina. Saat di rumah Faatina menceritakan kepada Uminya tentang lelaki yang ia kagumi.
“Jadi gitu umi..” ucap faatina murung
Umi Faatina geleng geleng kepala dengan tingkah anak perempuannya,“Fatin, kamu ini perempuan, jangan terlalu ngejar ngejar begitu.. Kita sebagai perempuan harus punya rasa malu nak.” Ucap sang umi dengan bijak.
“Tapi umi, Fatin udah terlanjur suka, gimana dong..” Faatina menyahuti ucapan Uminya dengan cemberut.
“Kalau soal manusia, kamu harus minta sama Allah untuk turun tangan” Ucap Umi, “Umi gak pernah ngelarang Fatin untuk suka orang, justru bagus itu tandanya anak umi normal. Tapi jangan terlalu fokus sama ciptaan Allah sampe Kamu lupain penciptanya. Nanti Allah cemburu” Sambung umi.
“Iya umi, Fatin inget terus kok..”
Waktunya Sholat zhuhur tiba, Faatina segera bergegas untuk menunaikan ibadah bagi umat muslim yaitu menunaikan sholat wajib. Di akhir sholatnya, Faatina tidak lupa dengan saran uminya yang bilang harus meminta dan berdoa kepada Allah.
Faatina mengangkat tangannya dan berdoa,"Ya Allah, aku tau Engkau Maha Membolak-balikkan hati. Jadi, kalau bisa, bolak-balikkan hatinya ke aku aja, biar dia penasaran dan jadi mikirin aku juga."Ucap Faatina, “Ya Allah, kalau boleh… pas aku ketemu dia besok, tolong bisikin ke hatinya bahwa aku ini unik, beda, dan bisa bikin dia bahagia. Kalau enggak… ya, minimal bikin dia bingung kenapa aku selalu ada di sekitarnya!” Lanjut Faatina memohon kepada sang maha kuasa.
...
5 Hari kemudian..
Seperti biasa, Faatina sedang mengaji bersama Ustadzah Inara yakni ibu dari Ilyas, pria yang ia sukai.
“Fatin, Ilyas nyariin kamu loh”. ucap Inara
Faatina menoleh ragu,“Ah ustadzah gausah bercanda, mana ada begitu.”
“Ih giliran ustadzah serius malah kamu tanggepin cuek begini, ustadzah gak bohong Fatin.. kalau gak percaya sana gih tanya langsung.”
Faatina yang mendengar itu sangat terkejut sekaligus senang kegirangan, namun ia mencoba terlihat tak peduli.
“Udah ah ustadzah, Fatin udahan aja suka Ka Ilyasnya, Fatin capek tau gak di follback” ucap Faatina dengan cemberut.
“apanya yang gak di follback? sosmed kamu?, Ilyas gak main sosmed.”
Faatina menggeleng cepat, “ishh bukan..tapi hati aku.”
“Ya ampun Fatin, nanti ya ustadzah bilang ke Ilyas buat follback hati Fatin, sekalian kasih lope tarus share.” Goda Inara
“Ishh ustadzah, ngeselin banget!!” rengek Faatina.
..
Benar saja, Keesokan harinya ia dan Ilyas semakin dekat namun tetap ada jarak karena mereka bukan mahram, mungkin maksud Faatina dekat dihati jauh dipandang, hubungan mereka dipantau oleh orang tua masing masing. Karena ada dimana Ilyas mengirimi surat yang tertulis ‘Bismillah... Aku datang bukan hanya untuk mengucapkan janji di dunia, tapi untuk berusaha menuntunmu ke jalan yang diridhai Allah. Dengan izin-Nya, izinkan aku menjadi imam yang akan menggenggam tanganmu, bukan hanya hari ini, tapi juga dalam setiap langkah menuju surga. Maukah kamu menjadi pelengkap imanku, menjadi sahabat dalam setiap doa, dan penopang dalam setiap perjuanganku? dan terimakasih ya, sepertinya doa Fatin di kabulkan Allah.’
Faatina sangat terkejut dan senang, namun sangat malu karena dia paham dengan kalimat terakhir, Siap yang membocorkan doanya yang meminta Ilyas menjadi miliknya? pasti itu uminya. Faatina sangat malu.
“UMIIIIIII ASTAGFIRULLAH FATIN MALU” Ucapnya.