Gedung Suropati kini telah di sulap menjadi gedung yang nampak begitu indah dengan dekorasi balon yang bernuansa biru dongker, yang dipadu padankan dengan warna kuning keemasan, juga beberapa kue tart yang sudah didesain khusus untuk merayakan hari ulang tahun Aldebaran, semuanya sudah dirancang dengan apik oleh kakak dan juga papanya, sehingga keindahan ini membuat kesan mewah bagi setiap mata yang memandang, semua kursi para tamu undangan sudah berjajar rapi, serta tak luput hiasan lampu dinding yang mengitari setiap area plafon, menambahkan keindahan dan kemewahan acara tersebut.
Semua tamu undangan satu persatu sudah memenuhi kursi undangan tersebut, acara yang begitu besar digelar untuk merayakan hari ulang tahun serta syukuran atas kesembuhan Aldebaran akibat kecelakaan tunggal dan menabrak trotoar pembatas jalan tol. Di sini Aldebaran masih menaiki mobil mewahnya dengan mata yang sudah ditutupi kain hitam, sebenarnya dia amat kesal dengan semua perlakuan ini, tapi kembali lagi semua ini gara-gara permintaan sang papa yang sulit untuk dia tentang.
Mobil pun melaju dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan yang dipadati oleh kerumunan pengendara lain. Perlahan mobil tersebut sudah berada di Rest area Gedung Suropati itu, segera para pesuruh Tuan Mahendra membawa Putranya itu menuju ke tempat inti acara.
“Ah, sebenarnya aku mau dibawa ke mana!” decak Aldebaran dengan frustasi.
“Sabar Tuan Al, sebentar lagi sampai,” ucap dari salah satu orang tersebut.
Semua mata mengalihkan pandangannya menuju ke belakang, melihat seorang pemuda di dorong dengan menggunakan kursi roda di atas karpet merah itu dengan mata yang masih tertutup, dan didampingi oleh beberapa bodyguard, orang-orang sudah menduga kalau pemuda tersebut adalah putra pertama dari tuan Mahendra yang memang sedari dulu selalu menjadi kebanggaan keluarga Argawinata.
Semenjak kecelakaan tunggal yang menimpa dirinya enam bulan yang lalu, Aldebaran yang merupakan seorang penulis terkenal seolah sudah tidak bersemangat kembali untuk melakukan aktivitas yang paling di cintainya, apalagi selang setelah kecelakaan naas itu, ibunya meninggal dunia. Padahal Ibunya tersebut adalah Sumber inspirasi nya.
Ketika penutup mata di buka, Al bukannya bahagia tapi ia malah memasang wajah datarnya.
"Al, kok murung terus sih dari tadi? Padahal Kak Lily dan Papah sengaja merayakan ulang tahunnya Al semewah ini, oh iya ada sesuatu yang ingin kakak berikan untukmu, ini adalah amanat dari Mamah!" Ucap Lily sembari mengambil sesuatu di dalam tas miliknya.
Saat Lily mengasongkan sebuah buku Diary berwarna merah marun, Al tampak keheranan.
"apa ini kak?"
"Ini buku Diary milik Mamah Bunga, di dalamnya ada banyak kisah tentang kehidupan Mamah di masalalu, kata Mamah sebelum meninggal, ingin Al yang meneruskan isi dari kisah Mamah di dalam buku Diary ini. Al mau kan melaksanakan amanat dari Mamah?"
Mendengar hal itu, Al hanya bisa menangis haru, ia tidak menyangka jika di saat terakhir ibunya meninggal, masih ingat akan kecintaannya di dunia menulis dan berkat dari kecintaannya tersebut Al menjadi seorang penulis terkenal, saat hiatusnya Al dari dunia menulis, banyak para pembaca setianya yang merindukan karya dari seorang Aldebaran.
"Papah akan selalu mendukungmu, Nak! Lakukan apapun yang kau suka dan bisa membuatmu bahagia!"
"Terima kasih Pah, terima kasih Kak Lily,dan terim kasih juga untuk Mamah Bunga, aku berjanji kan mewujudkan keinginan Mamah, aku akan kembali menjadi sosok Aldebaran, seorang Penulis terkenal yang cintai banyak penggemar."