Ballroom hotel Nirwana, nampak begitu indah dengan dekorasi balon yang bernuansa biru dongker, yang dipadu padankan dengan warna kuning keemasan, juga beberapa kue tart yang sudah didesain khusus untuk merayakan hari jadi tuan muda Eiden, semuanya sudah dirancang dengan apik oleh Maria, kakak kandung Eiden dan juga papanya, sehingga keindahan ini membuat kesan mewah bagi setiap mata yang memandang, semua kursi para tamu undangan sudah berjajar rapi, serta tak luput hiasan lampu dinding yang mengitari setiap area plafon, menambahkan keindahan dan kemewahan acara tersebut.
Semua tamu dan kolega satu persatu sudah memenuhi kursi undangan tersebut, acara yang begitu besar digelar untuk merayakan hari ulang tahun serta pengumuman pemindahan kekuasaan kepada tuan muda Eiden atas perusahaan milik Papahnya, di sini Eiden masih menaiki mobil mewahnya dengan mata yang sudah ditutupi kain hitam, sebenarnya dia amat kesal dengan semua perlakuan ini, tapi kembali lagi semua ini gara-gara permintaan sang papa yang sulit untuk dia tentang.
Mobil pun melaju dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan yang dipadati oleh kerumunan pengendara lain. Perlahan mobil tersebut sudah berada di Rest area Hotel berbintang itu, segera para pesuruh tuan Jacob membawa tuan Mudanya itu menuju ke tempat inti acara.
“Ah, sebenarnya aku mau dibawa ke mana!” decak Eiden dengan frustasi.
“Sabar Tuan muda, sebentar lagi sampai,” ucap dari salah satu orang tersebut.
Semua mata mengalihkan pandangannya menuju ke belakang, melihat seorang pemuda berjalan di atas karpet merah itu dengan mata yang masih tertutup, dan didampingi oleh beberapa bodyguard, orang-orang sudah menduga kalau pemuda tersebut adalah putra pertama dari tuan Jacob, yang memang sedari dulu selalu menjadi kebanggaan keluarga Rahadian.
Eiden pun sudah naik ke atas panggung kecil itu, penutup matanya perlahan di buka, betapa tidak terkejutnya melihat puluhan manusia yang menyaksikan dirinya di atas panggung kecil itu, malam ini dirinya begitu bahagia dengan surprise yang diberikan oleh papanya dan juga kakak perempuan nya.
Para tamu undangan menyambut meriah tuan muda Eiden, sedangkan Maria kini mengekori adiknya dari belakang, semua mata tertuju kepada Eiden.
"Berbahagialah selalu adikku, sekarang kau bukan lagi adik kecil yang selalu merengek, tetaplah semangat untuk melangkahkan kakimu menuju masa depanmu, meskipun sekarang Mamah sudah tidak bisa mendampingi kita lagi, tapi kakak yakin jika Mamah akan selalu melihat kita dari langit, melihat orang tersayangnya selalu di selimuti rasa bahagia."
Eiden pun langsung memeluk erat tubuh kakaknya, seorang kakak yang ia anggap sekaligus pengganti sosok ibunya, karena Eiden belum bisa melupakan akan kenangan bersama ibu tercintanya.
"terima kasih kak Maria, berkat dirimu, rasa sedihku bisa sedikit terobati, berkat dirimu juga aku bisa bangkit dari keterpurukan setelah kepergian Mamah, dan untukmu Papahku, terima kasih karena selalu memberiku semangat untuk tidak mudah menyerah, hingga akhirnya aku bisa menjadi seperti ini."
"Sama-sama, Putraku! Kau adalah Putra kebanggaan Papah, Papah akan selalu mendukungmu,Nak."
Kini baik Tuan Jacob, Maria dan juga Eiden, ketiga nya saling berpelukan meluapkan rasa bahagia mereka.
Saat ini pun senyum renyah dari Tuan Muda Eiden selalu ia tunjukkan kepada semua orang, terutama papah dan juga kakak tersayangnya.