Aku Maya, saat ini usiaku 15 tahun, aku mempunyai seorang adik laki-laki bernama Mada. Kami tidak kembar. Dia saat ini berumur 9 tahun.
Ini storyku....
******************
Aku sedari dulu sangat disayang oleh kedua orang tua ku. Bahkan apa yang aku minta sekalu di kabulkan. Syukurnya aku tidak tumbuh menjadi anak manja, aku selalu diajarkan cara bersyukur oleh kedua orang tuaku.
Aku sangat senang mereka perduli padaku. Namun kepedulian itu hanyalah ilusi sebentar saja. Kini mereka lebih menyayangi Mada, adikku daripada aku.
Aku sangat ingin memiliki adik. Mereka mengabulkan. Tepat saat aku kelas 1 sd, ibuku melahirkan seorang adik untukku. Tapi dia laki-laki, dan aku inginnya perempuan.
Tapi kata ayah dan ibu, dia juga adikku. Semoga suatu saat nanti aku bisa memiliki adik perempuan.
Sejak kelahirannya, aku mulai di abaikan. Aku serinh disuruh-suruh. Biar apa? Aku juga tidak tau.
Aku mencoba untuk menyayangi dan mencintai adikku. Berhasil namun tak lama.
Semakin lama ayah dan ibuku semakin mengabaikan aku. Dan aku berfikir bahwa aku tak lagi dibutuhkan. Mereka hanya butuh Mada, bukan Maya.
"Mada masih kecil May.. Kamu jangan iri sama dia, dia harusnya di sayang. Kan kamu yang mau punya adik, jaga adik kamu dengan benar dan sayangi dia". Itulah ucapan kedua orang tuaku bila aku merasa terabaikan.
Masih kecil? Wajar? Iya.. Memang wajar. Tapi apa wajar jika mereka hanya perduli dengan Mada sedangkan aku di abaikan.
Sakit Yah.. Bu.. Kenapa kalian tega mengabaikan aku?.
Aku yang awalnya sangat mencintai dan menyayangi Mada kini mulai berbalik membenci nya. Tapi aku tak menampakkan kebencianku karena sejujurnya dia membawa banyak perubahan padaku.
Sejak dia lahir dan aku diabaikan, aku cenderung menjadi lebih mandiri. Tapi sebagai anak tentu aku juga ingin kasih sayang dari orang tuaku.
Saat usiaku 8 tahun, kasih sayangku terbagi dengan seorang bayi kecil yang tak berdosa. Aku hanya bisa memeluk dan mencium kedua orang tuaku selama 8 tahun.
Sejak kelahiran Mada, aku tak pernah lagi memeluk dan mencium selain pada hari raya. Bahkan mereka juga tak pernah mencium dan memelukku.
Apa salahku? Kenapa sampai sebegitunya kalian padaku? Apa kalian jijik padaku? Sekotor itukah aku? .
Mada adalah orang pertama yang aku benci. Sebelumnya aku tidak pernah dan tidak bisa membenci seseorang. Saat ada orang lain yang bersalah padaku selalu dengan lapang dada ku maafkan.
Tapi Mada? Dia sudah menghancurkan setengah hidupku. Dia merebut bagian kasih sayangku. Kembalikan Da.. KEMBALIKANNNN...
*************
Aku berubah dratis. Sejak kelas 5 aku mulai bergaul dengan teman-temanku. Aku yang selalu jaga jarak itu mulai berbaur.
Bahkan aku sempat pacaran dengan temanku,Fadhil. Dia selama ini selalu membuat ku nyaman. Padahal dia tidak melakukan apapun.
Ini adalah cinta tol0l anak SD. Aku tau itu. Tapi aku cinta dia, aku cinta Fadhil.
Aku dan Fadhil pacaran kurang lebih 2 bulan saja, kami putus karena ada yang perempuan yang mencintai Fadhil dan Fadhil memilih dia lalu putus dan meninggalkan aku.
Syafa, dia perempuan yang sudah merebut Fadhil. Ku akui dia cantik dan baik. Tapi kenapa kamu tega Syaf? Bahkan aku dan Syafa berteman baik. Kami satu circle.
Maaf Syafa. Aku benci kamu. Kamu udah merebut Fadhil. Kita sama-sama menyukai Fadhil tapi biarlah aku yang mengalah asal kamu bahagia.
"Syafa sama Fadhil tuh cinta mati"
"Syafa cocok sama Fadhil"
"Iya bener! Udah gitu sama-sama gemoy dan cuteee"
"Sama Maya juga cocok, tapi aku lebih Fadhil sama Syafa"
-DEGH!
Menusuk. Tuhann.. Inikah alasan kau tak membolehkan pacaran? Tapi disaat itu aku memang dibutakan oleh cinta. Cinta tol0l.
Semenjak aku dan Fadhil putus, aku mulai mengurangi interaksi dengan teman-teman. Aku dewasa sebelum waktunya. Benar-benar dewasa.
Mada dan Syafa. Aku benci dengan kalian, kaliam merebut apa yang aku miliki. Kenapa kaliam tega denganku. Salahku pada kalian apa?.
************
Aku tau ini pilihan yang sulit tapi aku akan berusaha.
Puas membenci Syafa dan Mada dalam diam dan juga puas melupakan Fadhil, aku memilih untuk melanjutkan belajarku ke pondok pesantren.
Masih bersama Hilya, sahabat SD yang juga ternyata satu pondok.
Aku dan Hilya pun belajar bersama di pondok itu.
Setahun berlalu kami masih saling bersama. Hingga pada akhirnya dia punya circle lain dan tidak mengajak aku.
Aku diabaikan. Dan dia malah seenaknya datang saat ada maunya. Hey! Kamu pikir aku apa Hil?!.
Semenjak dia memiliki teman dan circle baru, aku diabaikan. Saat itu juga aku yang tak mau benci Hilya berbalik menjadi benci dengannya.
Tapi itu hanya sesaat. 2 orang teman circlenya pindah kesekolah lain dan Hilya kembali lagi kepadaku.
Tapi tetap, hati ini tak bisa menyembuhkan kecewa yang sudah dia perbuat. Aku benci aku kecewa tapi aku tak perduli. Dia temanku, dia berhak mendapat maag dariku. Bukankah Tuhan maha pemaaf? Tuhan saja memaafkan hambanya yang bergelimang dosa, apalagi aku manusia, harusnya aku bisa memaafkannya.
***********
4 tahun sudah aku di pondok. Rasa benci pada Syafa sudah berkurang. Tapi jika mengingat Fadhil pasti teringat Syafa dan kembali rasa benci itu muncul.
Dan Mada, Dia adikku. Tak seharusnya aku membenci adikku sendiri. Aku sayang dengan Mada. Aku akan menjadi primadona untuk Mada.
Hilya... Aku sudah tak punya alasan lagi untuk membencinya. Dia kembali. Dia menjadi temanku kembali. Dia kembali menjadi Hilya yang aku kenal dulu.
************
End story Maya. (diambil dari kisah nyata yanh author alami sendiri, dan Maya itu adalah Author sendiri).
Terima kasih<3!!