Di zaman kuno, dunia ini pernah berada dalam kedamaian di bawah perlindungan tujuh Ksatria Terang, prajurit yang berikrar untuk menjaga keseimbangan antara cahaya dan kegelapan. Namun, di antara mereka, ada satu ksatria bernama Aldric yang memiliki pandangan berbeda. Ia percaya bahwa kegelapan bukan musuh, tetapi kekuatan yang bisa dimanfaatkan untuk melindungi dunia dengan cara yang lebih absolut.
Para ksatria lainnya menentangnya. Melihat kegelapan sebagai ancaman, mereka membuang Aldric ke Abyss, jurang terdalam yang dikenal sebagai penjara bagi kekuatan terlarang. Mereka yakin ini adalah jalan terbaik, tanpa mengetahui bahwa Abyss justru memanggil dan merengkuh jiwa Aldric, memberinya kekuatan yang jauh melebihi imajinasi para ksatria.
Transformasi di Abyss.
Selama berabad-abad, Aldric bertahan di dalam Abyss, mempelajari rahasia kegelapan dan menjadi satu dengan entitas abyssal. Kegelapan bukan hanya kekuatan; ia adalah makhluk hidup yang meresap ke dalam jiwanya. Aldric mengalami transformasi menjadi Lord of the Abyss, raja kegelapan yang memiliki pengaruh atas kekuatan gelap yang selama ini tersembunyi dari dunia.
Namun, Abyss menuntut harga. Dengan setiap rahasia yang ia pelajari, ia kehilangan ingatan tentang siapa dirinya dan mengapa ia berjuang. Abyss menanamkan visi baru—bahwa dunia harus diubah, dijadikan satu dengan kegelapan, agar tidak ada lagi yang memisahkan antara yang terbuang dan yang berkuasa.
Konflik: Anak yang Hilang.
Sementara itu, di dunia atas, anak kandung Aldric yang tak pernah ia ketahui tumbuh menjadi ksatria dalam Ordo Terang yang sama. Sang anak, Caelan, mendengar legenda tentang seorang ksatria yang dikhianati oleh saudara-saudaranya dan dikutuk ke dalam Abyss. Caelan merasa terhubung dengan legenda itu, meskipun ia tak tahu mengapa.
Caelan akhirnya menemukan jalan menuju Abyss, bertekad untuk membebaskan "ksatria terkutuk" dan membawa keadilan bagi ayahnya yang ia yakini masih hidup. Namun, saat ia tiba di Abyss, ia tidak bertemu dengan seorang ayah atau pahlawan, melainkan monster kegelapan, Lord of the Abyss, yang sudah lama melupakan identitas lamanya.
Dua Jalan Takdir.
Saat Caelan dan Aldric bertarung, Abyss memulai manipulasi licik. Abyss menciptakan ilusi tentang masa lalu yang keliru, membuat Aldric melihat Caelan sebagai manifestasi pengkhianatan para Ksatria Terang. Setiap kali Caelan mencoba berbicara, suara-suara Abyss memutar kata-katanya, membuat Aldric semakin terjerumus dalam amarah.
Namun, di tengah pertempuran yang brutal, Caelan menyadari bahwa kegelapan ini tidak hanya dikendalikan oleh Lord of the Abyss, tetapi juga memakan dirinya perlahan-lahan. Dengan keputusasaan, Caelan mencari cara untuk membangunkan ingatan Aldric, bahkan jika itu berarti mengorbankan dirinya.
Plot Twist: Kebenaran Abyss.
saat Aldric hendak memberikan serangan terakhir, kilasan ingatan dari masa lalu menghantam dirinya. Ia mulai mengingat pengkhianatan, rasa sakit, dan tujuan aslinya. Namun, ia juga menyadari bahwa Abyss telah membohonginya sejak awal. Abyss bukanlah kegelapan biasa; ia adalah kesadaran yang tumbuh dari kumpulan jiwa-jiwa yang dikutuk, dan Abyss telah menghasut Aldric untuk menjadi alat balas dendamnya.
Aldric akhirnya paham bahwa kekuatan sejatinya adalah pilihan untuk tidak menggunakan kekuatan tersebut. Dalam tindakan terakhir yang mengorbankan dirinya, ia melepaskan semua kekuatan Abyss, mematahkan kontrol yang dimiliki Abyss atasnya, dan mengembalikan kedamaian dalam jiwanya.
Akhir: Warisan Kegelapan dan Cahaya.
Namun, Abyss tidak mati. Caelan, yang terluka parah, dihadapkan pada pilihan sulit: mengambil kekuatan Abyss dan meneruskan warisan ayahnya, atau menghancurkannya selamanya. Di sinilah kegelapan menawarkan janji kekuatan dan keabadian, dengan harga mengorbankan sisi kemanusiaannya.
Dengan penuh keraguan, Caelan menolak tawaran tersebut. Ia memilih untuk kembali ke dunia dengan membawa satu-satunya hal yang tersisa dari ayahnya—sebuah pendant yang tertinggal dari armor Lord of the Abyss sebagai simbol pengorbanan dan kekuatan sejati. Kegelapan tetap mengintai, tetapi cahaya dalam dirinya tak pernah padam.
Babak Baru: Warisan yang Terikat.
Setelah kembali dari Abyss, Caelan merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Dia mulai merasakan bisikan-bisikan dalam pikirannya, suara yang seolah-olah memandu setiap langkahnya. Pada awalnya, dia menganggapnya sebagai trauma dari pertemuannya dengan sang Lord of the Abyss, tetapi semakin lama, bisikan itu semakin nyata, semakin kuat, dan sepertinya memanggil namanya dengan penuh kasih dan pengharapan.
Suatu malam, saat dia tengah terlelap, pendant yang dia bawa dari Abyss mulai bersinar dengan cahaya kelam. Di dalam mimpi, Caelan melihat sesosok pria berpakaian gelap dengan topeng yang menyembunyikan wajahnya. Sosok itu berbicara padanya dengan suara dalam yang akrab. Tanpa Caelan sadari, sosok itu adalah Aldric, ayahnya, yang ternyata masih hidup dan menggunakan pendant itu untuk menanamkan bisikan dan pengaruh ke dalam pikiran Caelan.
"Aku memanggilmu, anakku. Abyss merindukanmu, dan kegelapan dalam dirimu hanya akan menjadi lebih kuat."
Pengkhianatan dari Dalam.
Di luar dugaan, pendant yang Caelan simpan sebenarnya adalah artefak kegelapan yang memungkinkan Aldric mengontrol pikiran dan emosi Caelan. Melalui pendant ini, Aldric dan Abyss perlahan-lahan meracuni jiwa Caelan, membuatnya mulai meragukan segalanya—dunia di sekitarnya, ksatria lain, bahkan tujuannya sendiri.
Saat Caelan mencoba mencari jawaban atas bisikan-bisikan tersebut, ia mulai melihat dunia dalam pandangan yang lebih sinis dan gelap. Orang-orang yang dulu dia anggap teman kini tampak sebagai musuh. Keputusasaan dan kebencian merasukinya perlahan, dan keinginannya untuk bertarung demi keadilan perlahan-lahan tergantikan oleh keinginan untuk menghancurkan segala sesuatu yang tidak bisa ia percayai.
Para Pelayan Kegelapan.
Suatu malam, ketika bisikan itu mencapai puncaknya, tujuh sosok berjubah gelap datang menemui Caelan di balik bayangan. Mereka adalah tujuh pelayan Lord of the Abyss yang telah disumpah untuk melindungi Aldric dan membawa Caelan ke dalam takdirnya. Mereka mulai memperkenalkan diri satu per satu, menceritakan bagaimana mereka dulunya adalah ksatria seperti Caelan, tetapi kemudian mengabdikan diri pada kegelapan di bawah kepemimpinan Aldric. Mereka masing-masing memiliki kekuatan unik yang berasal dari bagian-bagian Abyss yang berbeda, dan mereka mengajarkan Caelan untuk menggunakan kekuatan gelapnya yang baru.
Para Pelayan ini—dengan penuh hormat dan ketulusan—meminta Caelan untuk bergabung dengan mereka sebagai yang kedelapan, sang Void Disciple. Meskipun ragu, bisikan pendant dan pengaruh Abyss membuat Caelan mulai merasakan kekuatan dalam kegelapan dan mulai mempertimbangkan penawaran tersebut.
Perlawanan Batin.
Namun, bagian kecil dari jiwanya masih mengingat kenangan indah tentang ayahnya yang penuh cinta sebelum dikutuk oleh Abyss. Ia mulai bertanya-tanya, apakah Aldric benar-benar ingin dirinya terperangkap dalam kegelapan ini, ataukah ini semua hanyalah permainan Abyss? Caelan mulai mengingat kembali pesan-pesan terakhir yang ia dengar dari ayahnya saat pertarungan mereka, tentang pilihan dan pengorbanan sejati.
Suatu malam, saat berada dalam perenungan, roh dari ibunya muncul dalam mimpi. Sang ibu, yang sudah lama meninggal, berbisik padanya untuk tidak terjebak dalam permainan Abyss dan menunjukkan bagaimana ia harus berjuang untuk mengembalikan kesadaran ayahnya. Ia juga memberitahu bahwa hanya dengan menggunakan pendant tersebut dengan cara tertentu, Caelan bisa membebaskan jiwa ayahnya.
Konfrontasi Terakhir.
Maka, Caelan membuat keputusan untuk bertarung melawan Abyss, menggunakan semua yang telah dia pelajari dari pelayan-pelayan kegelapan. Dia menyusup ke dalam Abyss sekali lagi, menghadapi ayahnya dalam benteng kegelapan terdalam, tempat di mana jiwa Lord of the Abyss sepenuhnya bersatu dengan kekuatan Abyss.
Caelan akhirnya menghadapi Aldric dengan kekuatan penuh, tetapi kali ini bukan untuk mengalahkan atau membebaskannya. Sebaliknya, Caelan mencoba untuk berbicara langsung pada jiwa ayahnya yang tersembunyi di balik lapisan-lapisan kegelapan. Di tengah pertarungan sengit, Caelan menggunakan pendant tersebut untuk memancing ingatan-ingatan lama Aldric, mencoba mengingatkan ayahnya tentang siapa dirinya sebelum Abyss menguasainya.
Plot Twist: Pengorbanan Terakhir.
Akhirnya, setelah pertarungan batin dan fisik yang panjang, jiwa Aldric kembali sadar. Namun, Abyss tidak akan melepaskannya begitu saja. Abyss mengancam akan menghancurkan jiwa Aldric sepenuhnya jika ia mencoba untuk meninggalkan kekuatan tersebut. Dalam momen terakhirnya, Aldric memutuskan untuk mentransfer seluruh kekuatan Abyss ke dalam pendant yang Caelan bawa.
Aldric kemudian berkata pada Caelan dengan suara bergetar, "Aku tidak akan membiarkan Abyss menguasai dirimu, nak. Pergunakan pendant ini… bukan sebagai senjata, tetapi sebagai segel. Jadikan aku, dan kegelapan ini, pelindungmu. Kegelapan bukanlah musuh kita, tetapi ia harus dijaga, agar tak ada yang disakiti oleh kekuatannya lagi."
Dengan penuh tangis dan rasa haru, Caelan mengucapkan salam perpisahan terakhir pada ayahnya, dan pendant itu mulai bersinar terang sebelum menyegel seluruh kekuatan Abyss. Aldric, bersama Abyss, menghilang dalam ledakan cahaya, meninggalkan Caelan sendirian, tetapi kali ini dengan tekad yang baru.
Akhir: Pelindung Kegelapan.
Caelan kembali ke dunia atas, membawa pendant tersebut sebagai simbol kekuatan dan pengorbanan. Ia kini bukan hanya seorang ksatria, tetapi juga penjaga kegelapan, memastikan bahwa Abyss tidak akan pernah bangkit lagi. Selamanya, Caelan akan menjadi pengingat dari seorang anak yang mengorbankan segalanya untuk menyelamatkan ayahnya, dan seorang ayah yang menyerahkan dirinya untuk melindungi anaknya dari kegelapan.
Babak Akhir: Bayangan yang Terperangkap.
Saat Caelan "menyegel" Abyss dan merasakan kepergian sosok ayahnya, ia kembali ke dunia dengan pendant tersebut, percaya bahwa ia telah menyelesaikan misinya dan menyelamatkan ayahnya. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai merasakan sesuatu yang aneh—bisikan yang ia kira sudah hilang mulai kembali, kali ini lebih dalam dan menyatu dengan dirinya.
Setiap malam, pendant itu bersinar dengan cahaya gelap yang tak pernah redup, seolah-olah menyimpan energi yang tak kunjung padam. Caelan mulai mengalami kilasan-kilasan ingatan yang samar, seakan-akan ia berada dalam dua realitas. Dalam satu realitas, ia adalah pahlawan yang berhasil mengalahkan Abyss, tetapi dalam realitas yang lain, ia melihat dirinya berdiri di sisi ayahnya, mengenakan jubah kegelapan, bersama para pelayan Abyss.
Mimpi atau Realitas?.
Semakin hari, dua dunia tersebut semakin sulit dibedakan. Ia melihat dirinya memimpin pasukan kegelapan, menghancurkan segala yang menghalangi jalan mereka, sementara pada saat yang sama, ia juga menjalani hidup sebagai ksatria yang membawa kedamaian. Setiap tindakan baik yang ia lakukan di dunia nyata terasa seolah-olah berlawanan dengan perasaan dalam hatinya yang mendesak untuk membawa kehancuran.
Hingga suatu hari, Caelan bertemu dengan seorang ksatria lama yang mengenalnya sebelum ia pergi ke Abyss. Ksatria tersebut menatap Caelan dengan ketakutan, lalu berkata, "Kau… bukan Caelan yang kukenal. Matamu… penuh dengan kegelapan."
Caelan merasa bingung dan marah. Bagaimana bisa ia, yang telah menyegel Abyss, dianggap sebagai sosok kegelapan?
Kesadaran yang Menghancurkan.
Dalam kebingungannya, Caelan memutuskan untuk kembali ke Abyss dan mencari jawaban. Di sana, ia menemukan cermin gelap yang selama ini tersembunyi dalam lapisan terdalam Abyss. Ketika ia melihat bayangannya sendiri, kebenaran terungkap dengan brutal.
Seluruh perjalanan "penyegelan" Abyss hanyalah ilusi yang diciptakan oleh ayahnya, Aldric, yang saat itu mengendalikan pikirannya. Aldric, Lord of the Abyss, telah menanamkan serangkaian ilusi agar Caelan percaya bahwa ia menyelamatkan dunia, padahal sebenarnya, ia telah berubah menjadi alat ayahnya, tanpa sadar menjadi pelayan Abyss yang paling setia.
Selama ini, semua yang dilihatnya hanyalah bayangan dari pikirannya yang terkoyak, berjuang melawan realitas yang mengerikan. Caelan tidak pernah menyegel Abyss—ia malah menyegel kehendak bebasnya sendiri, tunduk sepenuhnya pada perintah Aldric.
Takdir yang Terlupakan.
Saat kenyataan ini menghancurkan jiwanya, Caelan mendengar suara ayahnya di dalam kepalanya, berbisik dengan penuh kemenangan, "Kegelapan adalah nasib kita, anakku. Kau adalah aku, dan aku adalah kau. Kini, Abyss akan menguasai dunia, dan tak ada yang bisa menghentikannya."
Dalam kepasrahan dan keterpurukannya, Caelan menerima nasibnya. Di balik kedok ksatria yang mulia, ia kini hidup sebagai tangan kanan Lord of the Abyss, membawa kegelapan dan kehancuran ke dunia. Orang-orang yang pernah mengenalnya sebagai pahlawan tak akan pernah tahu bahwa sosok yang mereka lihat sekarang hanyalah boneka yang dikendalikan oleh Abyss.
Dan dengan setiap langkah yang ia ambil, dunia perlahan-lahan jatuh ke dalam bayangan Abyss yang mengerikan, di bawah pengaruh tak terlihat dari Lord of the Abyss dan anaknya, Caelan—Sang Pewaris Kegelapan yang tak pernah disadari.