Di dalam hutan yang tenang, di antara pepohonan tua yang menjulang tinggi, seorang gadis duduk bersandar pada akar besar sebuah pohon beringin. Namanya adalah Nara, dan sejak kecil, ia sering bermimpi tentang tempat ini. Dalam mimpinya, hutan ini terasa begitu akrab, meski ia belum pernah menginjakkan kaki di sana sebelumnya—setidaknya, tidak dalam kehidupan ini.
Nara selalu merasa ada sesuatu yang berbeda dengan dirinya. Di usianya yang masih muda, ia sering merasa seperti pernah mengalami hidup yang jauh lebih lama dari yang seharusnya. Ada memori-memori kabur yang muncul tanpa peringatan—kilasan tentang masa lalu yang tak pernah ia jalani, wajah-wajah asing yang terasa akrab, dan perasaan kehilangan yang tak pernah bisa ia jelaskan.
Semua itu semakin nyata ketika suatu malam, ia bermimpi tentang seorang pria dengan senyum lembut yang menatapnya penuh cinta. Dalam mimpi itu, mereka berbicara, tertawa, dan saling berjanji untuk bersama selamanya. Namun, di akhir mimpi, ia selalu terbangun dengan air mata di pipinya, merasakan duka mendalam, meski tak tahu mengapa.
Hari itu, Nara mengikuti kata hatinya yang membawanya ke hutan ini. Ada sesuatu yang memanggilnya, menariknya semakin dalam ke tengah hutan, sampai akhirnya ia tiba di depan pohon beringin tua ini. Saat ia menyentuh kulit kasar pohon itu, kenangan-kenangan mulai membanjiri pikirannya. Ia memejamkan mata, mencoba memahami apa yang terjadi.
Tiba-tiba, semuanya menjadi jelas. Nara mengingat semuanya—bukan hanya kehidupannya saat ini, tetapi juga kehidupan yang telah ia jalani sebelum ini. Ia melihat dirinya sebagai seorang wanita muda di masa lalu, duduk di bawah pohon yang sama, menunggu seseorang yang ia cintai. Pria dalam mimpinya—namanya adalah Arya. Mereka pernah hidup bersama, saling mencintai, tapi takdir memisahkan mereka sebelum janji itu bisa terpenuhi.
Masa lalu itu datang begitu jelas, seolah-olah Nara kembali hidup di dalamnya. Ia dan Arya adalah sepasang kekasih di masa itu, saling mencintai dengan dalam, tetapi dunia tidak berpihak kepada mereka. Arya pergi berperang, dan tak pernah kembali. Nara yang dulu, menunggu di bawah pohon beringin ini setiap hari, berharap Arya akan pulang. Tapi penantian itu tak pernah berakhir bahagia. Nara meninggal dalam kesedihan, tanpa pernah melihat Arya lagi.
Dan kini, di kehidupan barunya, Nara akhirnya mengerti mengapa ia selalu merasa ada yang hilang. Ia adalah reinkarnasi dari wanita di masa lalu itu. Waktu telah memutar kembali takdir mereka, memberinya kesempatan kedua untuk menemukan Arya, dan mungkin, kali ini, mereka bisa menyelesaikan apa yang belum sempat mereka mulai.
Dengan napas yang berat, Nara bangkit dari tempat duduknya, menatap jauh ke dalam hutan, berharap bahwa Arya juga ada di suatu tempat di dunia ini, terlahir kembali, mencari dirinya seperti ia mencari Arya. Perasaan yang begitu kuat muncul dalam hatinya—perasaan bahwa mereka akan bertemu lagi. Mungkin tidak hari ini, mungkin tidak di sini, tapi di suatu tempat dan di suatu waktu, lingkaran ini akan selesai.
Setiap hari setelah itu, Nara kembali ke hutan. Ia menunggu, sama seperti dirinya di masa lalu. Namun, kali ini ia menunggu dengan harapan, bukan dengan kesedihan. Setiap langkah yang ia ambil di dunia ini terasa seperti mendekatkan dirinya kepada Arya.
Dan pada suatu sore yang tenang, saat matahari mulai terbenam, Nara melihat seseorang berjalan ke arahnya dari balik pepohonan. Pria itu tampak asing, tapi ada sesuatu di dalam dirinya yang tahu bahwa ini bukan pertemuan pertama mereka. Jantung Nara berdegup kencang, dan ketika pria itu mendekat, ia tahu—Arya telah kembali.
Pria itu tersenyum, senyum yang sama seperti dalam mimpinya. "Aku seperti pernah bertemu denganmu sebelumnya," katanya pelan, seolah-olah kata-kata itu datang dari tempat yang jauh di dalam ingatannya.
Nara tersenyum, matanya berkaca-kaca. "Mungkin kita pernah saling mengenal di kehidupan lain."
Dan saat mereka saling menatap, semua kenangan, semua cinta, dan semua janji yang tertinggal di masa lalu akhirnya terhubung. Mereka mungkin telah terpisah oleh waktu, tetapi cinta mereka lebih kuat dari kehidupan itu sendiri. Di kehidupan ini, mereka diberi kesempatan kedua—untuk memenuhi janji yang dulu tak sempat ditepati.
Di bawah pohon beringin tua itu, Nara dan Arya saling menggenggam tangan, menyadari bahwa takdir memang bisa berputar, tetapi cinta yang sejati akan selalu menemukan jalannya kembali.