Jihan Aruna Pradeepa, gadis manis dengan senyum yang tak pernah padam, memiliki segalanya—kecantikan, kepintaran, dan kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya.
Namun, takdir berkata lain. Di usia mudanya, Jihan harus menerima kenyataan bahwa penyakit langka bersarang di tubuhnya. Penyakit itu ibarat bom waktu, bisa merenggut nyawanya kapan saja. Tapi Jihan tak ingin membuat keluarganya berlarut dalam kesedihan. Ia memiliki misi terakhir: mencarikan istri terbaik untuk kakaknya, Kevin Bayu Pradeepa.
Kevin adalah sosok kakak yang sempurna di mata Jihan. Meski sibuk bekerja, ia tak pernah absen untuk mengantar dan menjemput dirinya dari sekolah. “Kak, kamu harus bahagia nanti, ya,” sering kali Jihan berkata demikian di sela perjalanan pulang. Kevin hanya tertawa sambil mengacak rambut adiknya, tak tahu betapa seriusnya kalimat itu.
Di sekolah, Jihan bertemu dengan Verona Daviera, seorang guru baru yang segera menjadi favorit semua siswa.
Wanita itu cantik, lembut, dan selalu tersenyum dengan penuh kasih. Dalam hati, Jihan tahu bahwa Verona adalah sosok yang tepat untuk mendampingi Kevin. Ia mulai mendekati Verona dengan berbagai cara—mengajaknya mengobrol seusai kelas, membawakan bunga kecil, bahkan meminta bantuan Verona untuk belajar matematika meski nilai Jihan tak pernah buruk.
Setiap hari, Jihan meminta Kevin untuk mengantar dan menjemputnya tepat waktu. Tujuannya satu: mempertemukan kakaknya dengan Verona sesering mungkin.
Awalnya Kevin hanya menganggap pertemuan-pertemuan itu kebetulan karena Verona merupakan guru adiknya, tapi perlahan ia mulai tertarik pada sosok guru muda itu karena setiap hari bertemu.
Jihan tak henti-hentinya menggoda Kevin, “Kak, kamu tidak mau kenal lebih dekat sama Miss Verona? Orangnya baik lho, cocok buat jadi istri!” goda Jihan.
Kevin tertawa sambil menepuk kepala adiknya, “Ah, kamu ini. Ada-ada aja.” Tapi jauh di lubuk hatinya, Kevin mulai merasa ada sesuatu yang berbeda setiap kali bertemu Verona. Ditambah dengan Jihan yang begitu menyukai Verona.
_______
Seiring waktu, Jihan berhasil menjalin kedekatan antara Kevin dan Verona.
Hingga tak lama kemudian, Kevin dengan mantap melamar Verona.
Lamaran itu diterima dengan penuh haru, dan mereka menikah dalam upacara sederhana, namun hangat dan penuh kebahagiaan. Di tengah senyum tamu-tamu yang hadir, hanya Jihan yang tahu bahwa kebahagiaan itu adalah hadiah terakhirnya untuk Kevin.
Dua bulan setelah pernikahan kakaknya dengan Verona, Jihan memutuskan untuk pindah ke Singapura bersama orang tuanya.
Ia ingin fokus pada pengobatannya, meski tahu di dalam hati bahwa kondisinya semakin memburuk. Hari-hari di rumah sakit berlalu dengan cepat, dan tubuhnya kian lemah. Namun, Jihan tidak pernah mengeluh. Setiap hari, ia hanya memikirkan kebahagiaan Kevin dan Verona, serta orang tua mereka.
_______
Di akhir hidupnya, Jihan meninggalkan sebuah surat untuk kakaknya. Surat itu ditemukan Kevin di kamar Jihan, beberapa hari setelah kepergiannya. Dengan tangan bergetar, Kevin membaca kalimat-kalimat terakhir dari adik yang begitu dicintai:
'Kak Kevin, maaf kalau Jihan tidak bisa selalu di samping Kakak. Tapi Jihan senang bisa lihat Kakak bahagia bersama kak Verona. Jihan tahu Kakak akan jadi suami dan ayah yang baik. Jangan pernah merasa sendiri, ya, Kak. Karena Jihan selalu ada di hati Kakak. Jaga kak Verona dan calon anak kalian baik-baik. Itu hadiah terakhir dari Jihan'
Jihan menulis surat itu, saat ia tahu jika kakak iparnya sedang mengandung. Dan dia merasa sangat bahagia, akan ada tambahan keluarga baru setelah dirinya pergi nanti, itulah yang ada dipikiran Jihan saat menulis surat tersebut.
Air mata jatuh tanpa henti dari mata Kevin. Ia merasa dunianya runtuh, kehilangan sosok yang selama ini menjadi cahaya hidupnya. Namun, disisi lain, ia tahu ia harus kuat—untuk Verona dan calon bayi yang kini ada dalam kandungan istrinya.
Hari-hari berikutnya tidak mudah bagi Kevin. Tapi setiap kali ia merasa lemah, ia teringat senyum Jihan yang selalu ceria, meski di tengah rasa sakit yang tak terucapkan. Jihan telah pergi, tapi cinta dan semangatnya akan selalu hidup dalam keluarga kecil Kevin—di dalam hati Verona, dan di mata anak mereka yang kelak akan melihat dunia dengan senyuman yang sama indahnya.
Jihan memang telah pergi, tapi warisannya tetap abadi: kebahagiaan bagi kakaknya dan cinta yang akan terus tumbuh di hati orang-orang yang ia tinggalkan.