Langit sore mulai berubah oranye keemasan ketika Nia duduk di salah satu sudut kafe favoritnya. Kafe kecil dengan jendela besar menghadap ke taman itu selalu menjadi tempat pelariannya dari hiruk-pikuk kota. Ia memesan secangkir kopi hangat, seperti biasa, dan membuka novel yang sudah hampir selesai ia baca.
Tapi sore itu, matanya tak sepenuhnya tertuju pada halaman novel. Sesekali, ia melirik ke arah pintu, berharap melihat sosok yang diam-diam telah menjadi bagian dari harinya. Sosok itu tak lain adalah Arga—barista di kafe ini yang selalu menyajikan kopinya dengan senyuman lembut dan percakapan ringan yang menyenangkan.
Entah sejak kapan, Nia mulai merasa degup jantungnya berirama lebih cepat setiap kali melihat Arga. Awalnya, ia pikir itu hanya karena keramahan Arga yang alami, atau mungkin karena secangkir kopi buatannya yang selalu sempurna. Tapi semakin hari, ia mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar senyum atau kopi. Ada getaran halus yang ia rasakan setiap kali mereka bertemu pandang.
Sore itu, ketika ia sedang asyik membaca, Arga datang menghampiri mejanya, membawa secangkir kopi baru. "Kali ini aku coba buatkan yang sedikit berbeda," ucapnya sambil tersenyum.
Nia menatap cangkir itu, bingung. "Tapi aku nggak pesan kopi baru."
Arga tertawa kecil. "Aku tahu. Tapi aku lihat kamu datang lebih awal hari ini, jadi aku pikir mungkin kamu butuh sesuatu yang lebih spesial."
Nia tersenyum, merasa pipinya memerah sedikit. "Terima kasih. Apa ini?"
"Ini latte karamel, dengan sedikit tambahan rasa vanila. Aku rasa kamu bakal suka."
Nia mengangkat cangkir itu dan menyeruput sedikit. Rasa manis yang lembut menyapa lidahnya, dan ia mengangguk setuju. "Enak banget! Kamu selalu tahu apa yang aku suka."
Arga hanya tersenyum dan duduk di kursi seberang. "Sebenarnya, aku selalu memperhatikan apa yang kamu pesan setiap hari. Dan sepertinya, setiap kali kamu datang, kamu sedang mencari sesuatu yang membuatmu tenang. Aku harap kopi ini bisa jadi salah satunya."
Nia terkejut. Arga ternyata memperhatikannya lebih dari yang ia duga. "Kamu selalu ramah dan penuh perhatian ke pelanggan lain juga, ya?"
Arga tersenyum lebih lebar. "Mungkin. Tapi kamu berbeda. Setiap kali kamu datang, aku selalu merasa ingin membuat harimu lebih baik."
Degup jantung Nia semakin kencang. Ada sesuatu dalam tatapan mata Arga yang membuatnya merasa hangat dan nyaman. Ia tahu, perasaan ini bukan sekadar basa-basi. Ada kejujuran dalam kata-kata Arga.
"Kenapa aku merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar kopi di sini?" Nia memberanikan diri bertanya.
Arga menatapnya dalam-dalam, lalu tertawa ringan. "Karena kamu benar. Ini bukan hanya tentang kopi."
Keduanya terdiam sejenak, merasakan getaran yang menggantung di udara. Tak ada kata yang perlu dijelaskan lebih jauh, karena perasaan itu sudah berbicara dengan sendirinya.
"Aku sudah lama ingin mengatakan ini," ucap Arga akhirnya, suaranya lembut namun tegas. "Aku suka melihatmu datang ke sini setiap hari. Aku suka caramu membaca buku sambil sesekali tersenyum sendiri. Dan, kalau boleh jujur, aku suka sama kamu, Nia."
Kata-kata itu terasa seperti melodi manis di telinga Nia. Pipinya semakin memerah, tapi kali ini ia tak mencoba menyembunyikannya. "Aku... juga merasakan hal yang sama," jawabnya pelan. "Aku selalu menunggu momen ketika kita bisa ngobrol lebih dari sekadar kopi."
Arga tersenyum penuh kebahagiaan. Ia berdiri, lalu mengulurkan tangan ke arah Nia. "Kalau begitu, gimana kalau kita mulai sekarang? Ada taman kecil di dekat sini, mungkin kita bisa berjalan-jalan sebentar sebelum malam tiba?"
Nia meraih tangannya, merasa ada sesuatu yang manis dan lembut mengalir di antara jemari mereka yang saling bersentuhan. "Terdengar seperti ide yang sempurna."
Mereka berjalan keluar dari kafe bersama, meninggalkan secangkir kopi yang belum habis di meja. Matahari mulai tenggelam di ufuk barat, memberikan warna oranye keemasan pada langit, seolah merestui awal dari kisah cinta yang baru saja dimulai.
Dan di bawah langit senja yang indah itu, dua hati yang pernah hanya terikat oleh secangkir kopi, kini saling terhubung oleh perasaan yang jauh lebih manis dan hangat.