Seorang gadis kini menatap teman kampusnya dengan senyum nanar, sudah terhitung empat kali dalam seminggu temannya ini menggagalkan kencan nya sendiri dengan alasan yang tidak masuk akal sama sekali.
"Yang bener aja, lagi?!" geramnya sambil memandang sebal kearah Tiara.
Sementara Tiara, pelaku yang menggagalkan kencan nya sendiri nampak biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.
"Dia bukan tipe darah yang aku cari," jawab Tiara dengan enteng.
Ia sudah muak dengan kekonyolan ini, sungguh jika bukan Tiara, teman yang paling dia percaya pastinya akan langsung ia tinggalkan.
"Tiara, listen to me. Itu tuh gak berpengaruh, lagian kuno banget percaya sama yang kayak begitu."
Dia menceramahi temannya itu meski ia tau tidak akan di dengar sama sekali, yang nama nya Tiara ya tetaplah Tiara.
"Tapi Nesya, kamu enggak tau seberapa pentingnya itu pas waktu genting, kan?" sanggah nya juga kesal.
Oke, siapapun tolong tahan Nesya untuk tidak menendang wajah temannya ini. Dia capek kalo setiap hari bertengkar tentang ini-ini saja.
"Fine, terserah kamu deh, aku ngalah."
Yap, pertengkaran ini selalu di akhiri dengan Nesya yang mengalah, kalau tidak pasti ini tidak akan berujung.
Sebenarnya mereka berdua sedang mengerjakan tugas kelompok di sebuah kafe, dan Nesya menanyai tentang kencan Tiara. Seharuanya sedari awal Nesya tidak perlu menanyakan kencan temannya, pasti akan berakhir seperti ini.
Tiara mendengar ucapan Nesya tadi, mengendikkan bahunya acuh tak acuh.
"Yaudah aku pulang duluan, hati-hati lho."
Tiara menatap temannya yang tengah berkemas itu sambil berdecak, "Seharusnya aku yang bilang gitu. Hati-hati, Nesya."
Nesya hanya tersenyum kecil mendengar jawaban dari Tiara. Ia akhirnya pergi meninggalkan seorang diri.
Walau bagaimana pun keras kepalanya Tiara, ia adalah sosok teman yang sangat peduli sekitar. Kalau sisi menyebalkannya tidak keluar sih.
Tiara sendiri masih asik dengan buku-bukunya, katanya lebih baik langsung di kerjakan daripada nanti. Tiara itu tipe anak yang rajin, terlepas dari sikapnya yang menjengkelkan.
Dia termasuk murid yang sering disanjung dosennya karena mengumpulkan tepat pada waktunya. Pokoknya halangan apapun Tiara tetap mengumpulkan tugasnya tepat waktu.
Mengingat yang dikatakan temannya tadi Tiara tidak akan mengelak, memang benar ia menggagalkan acara kencan butanya sendiri dalam tiga kali berturut-turut.
Tapi ini juga bukan sepenuhnya kesalahan Tiara kok. Yang memaksanya untuk kencan buta juga temannya sendiri, katanya ia malas melihat Tiara sendiri dan kesepian membuat muak, sialan.
Ditambah lagi, patner teman kencannya juga tidak ada yang benar, semuanya sinting. Alias, siapa orang gila yang mengajak bertemu di depan pemakaman, apalagi untuk berkencan. Iya, ini kencan butanya terakhir kali. Tapi untung saja gagal.
Kalau kencan ini tetap berlangsung, ini bukan lagi berkencan. Ini judulnya sudah jadi menantang adrenaline. Jadi, Tiara mencari cara agar dia bisa menolak orang itu. Ia bingung sendiri, dimana temannya itu menemukan patner kencannya coba.
Tidak ada yang jelas semua.
Saat Tiara ingin beranjak tiba-tiba ponsel miliknya memberi sebuah notifikasi, dengan segera Tiara melihat orang yang mengirim pesan. Terpampang nama Nesya di sana.
______
From: Nesya
To: You
Aku punya kenalan lagi! Kali ini kamu pasti suka. Jangan bertingkah konyol lagi.
Oh ya, orangnya akan datang sebentar lagi. Aku udah nyuruh dia buat ke cafee.
Good luck!
______
Tiara membaca pesan tersebut pun menghela napas. Lagi-lagi Nesya memaksanya untuk kencan buta. Aslinya Tiara sudah malas sekali melakukannya, mengingat kejadian sebelum-sebelumnya.
"Padahalkan aku bisa cari sendiri," gerutu Tiara sambil memasukan ponselnya ke dalam tasnya.
Ia bersiap untuk pergi, dirinya tidak mau melakukan kencan buta lagi. Namun, sepertinya niatnya untuk kabur harus di urungkan saat ada seseorang yang menepuk bahunya. Tiara yang terjengat reflek menoleh ke sang pelaku.
"Maaf sebelumnya. Kamu Tiara, kan?" tanya orang tersebut.
"Oh ya, aku Kenzo. Temen Nesya," sambungnya sambil mengadahkan tangannya. Pasti tidak lain dan tidak bukan, orang ini adalah yang di maksud oleh Nesya. Untuk kencan butanya.
Berakhir Tiara mengajak pemuda tersebut untuk duduk di kursi yang berada di depannya. Dan mereka pun kencan buta secara dadakan.
Sebenarnya pemuda kali ini tidak terlalu buruk. Berbicara layaknya teman, bukan orang yang ingin pdkt. Walaupun pemuda itu yang terus mencari topik, sedangkan Tiara hanya menanggapi seadanya.
Kapan selesainya coba, dirinya bosan dan ingin segera pulang, batin dari Tiara.
Yah, mau sebaik apapun jika bukan golongan darah pilihannya dirinya tidak akan mau sih.
Menurut Tiara, pria idaman itu harus rajin, perfeksionis, baik hati dan sabar, dan yang paling penting tipe darahnya A. Kenapa harus A? Karena jika harus transfusi darah tidak perlu khawatir. Karena dirinya juga bergolongan darah A. Agak kocak memang alasannya.
"Kamu enggak suka sama kencan buta ini?" tanya Kenzo yang sedari tadi melihat gerak-gerik Tiara yang terlihat bosan.
Mendengar hal tersebut membuat Tiara tersadar dari lamunannya, "Enggak kok."
"Kamu terpaksa, ya?" ucapan tersebut tepat sasaran dan membuat Tiara langsung terdiam.
Kenzo tersenyum, diamnya Tiara membuat ia berspekulasi bahwa apa yang ia katakan itu benar. Dirinya juga tidak menyalahkan Tiara sih, karena pasti ini kerjaan Nesya.
"Kalo kamu ngerasa gitu, aku bakal akhiri aja kencan ini," tuntasnya. Tiara refleks menahan Kenzo, sebenarnya dirinya juga bingung, untuk apa ia menahan pemuda tersebut.
Karena merasa di tunggu Tiara pun akhirnya membuka suara.
"Tipe darahmu.. Apa?"
Pertanyaan yang selalu keluar dari mulut Tiara saat ia kencan buta. Seringnya karena pertanyaan itu dirinya malah mendapatkan tatapan aneh dari lawan bicaranya.
Kenzo mendengar pertanyaan itu dirinya berpikir sejenak untuk mengingatnya.
"Aku tipe A," jawabnya sembari tersenyum lembut.
Tiara langsung terpaku. Untuk pertama kali ada yang menjawab pertanyaannya dengan senyuman. Biasanya saat dia bertanya patnernya langsung pergi begitu saja dan menganggap dirinya orang aneh.
Pemuda ini, masuk dalam listnya. Hampir semua sifat pemuda ini, masuk dalam kategori pria idamannya. Hal tersebut pastinya tidak akan Tiara sia-siakan.
"Kamu mau jadi pacar aku?"
Pertanyaan terakhir yang di lontarkan oleh Tiara ini mampu membuat Kenzo terkejut. Gadis ini memang sesuatu sekali. Namun lagi-lagi hanya di balas senyuman oleh Kenzo.
"Pelan-pelan dulu, oke? Bagaimana kalo kita mulai dari jalan-jalan malam? Sepertinya tidak buruk."
Astaga, sifat pemuda ini membuat Tiara lagi-lagi tidak bisa mendeskripsikan perasaannya. Sepertinya.. Tiara jatuh cinta dengan pemuda ini. Memang cheesy sih, cinta pandangan pertama.
Mungkin dirinya akan berterima kasih pada Nesya setelah ini karena memperkenalkan dirinya pada Kenzo yang saat ini menjadi patner kencan butanya.
Fin.
Apalah cinta gara-gara tipe darahnya :)
Kalo kalian tipe darahnya apa?<( ̄︶ ̄)>