Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan lebat, ada kisah tentang dua jiwa yang terpisah oleh waktu dan takdir. Clara, seorang gadis desa, memiliki ketertarikan pada misteri. Ia sering menjelajahi hutan, terutama di malam hari, ketika kabut tebal menyelimuti pepohonan. Suatu malam, saat bulan purnama bersinar, Clara mendengar bisikan lembut yang memanggil namanya.
Mengikuti suara itu, Clara tersesat lebih dalam ke dalam hutan. Di sana, di antara kabut yang melayang, ia melihat sosok tampan dengan mata biru yang berkilau. “Aku adalah Arman, jiwa yang terperangkap di sini,” ujarnya dengan suara yang menenangkan. Arman bercerita tentang kehidupannya yang tragis; ia adalah seorang pemuda yang meninggal dalam kecelakaan misterius di hutan ini puluhan tahun yang lalu.
Sejak pertemuan itu, Clara dan Arman saling jatuh cinta. Setiap malam, Clara kembali ke hutan, berbagi cerita dan impian mereka. Namun, seiring waktu, Clara menyadari bahwa kehadiran Arman membawa dampak aneh. Hutan semakin gelap, dan suara-suara aneh mulai terdengar di malam hari.
Clara merasa terjebak antara cinta dan bahaya. Suatu malam, Arman meminta Clara untuk membawanya ke tempat di mana ia pertama kali meninggal. “Di sana, kita bisa bersama selamanya,” ucap Arman dengan penuh harap. Meski takut, cinta Clara lebih besar dari ketakutannya. Ia berjanji untuk membawanya.
Malam itu, saat kabut semakin tebal, Clara menggenggam tangan Arman dan berjalan menuju lokasi yang ditunjukkan. Setibanya di sana, Clara merasakan hawa dingin yang menusuk. Tanpa disadari, kabut mulai mengental dan mengelilingi mereka. Arman menjelaskan bahwa hanya dengan pengorbanan cinta yang tulus, ia bisa bebas dari kutukan hutan.
Clara, terhanyut oleh cinta dan rasa takut, berdoa agar mereka bisa bersama. Tiba-tiba, angin berputar kencang, dan suara-suara jeritan mulai memenuhi udara. Clara merasakan tubuh Arman mulai memudar, seolah ia semakin terhisap oleh kabut. “Clara, jangan biarkan cinta kita mati!” teriaknya.
Dengan tekad, Clara berteriak, “Aku bersedia melakukan apa saja!” Dalam sekejap, hutan bergetar, dan sebuah cahaya muncul. Clara merasakan sesuatu yang kuat menariknya. Ia mengerti, untuk menyelamatkan Arman, ia harus merelakan dirinya.
Dengan air mata di wajahnya, Clara mengucapkan kata-kata perpisahan. “Aku mencintaimu, Arman. Bebaskan dirimu.” Di saat itu, kabut menghilang, dan Arman tersenyum, lalu menghilang ke dalam cahaya. Clara merasakan beban yang hilang dari hatinya, tetapi juga merasakan kehilangan yang mendalam.
Hari-hari berlalu, dan Clara kembali ke kehidupan sehari-harinya. Hutan itu tetap ada, namun kehadiran Arman selamanya terukir dalam hatinya. Ia tahu cinta mereka abadi, terikat oleh kenangan dan pengorbanan yang takkan pernah terlupakan. Meskipun Arman tak lagi ada di dunia fisik, Clara merasa bahwa cinta mereka mengatasi batasan waktu dan ruang.