Di sebuah desa kecil, terdapat sebuah danau yang dikenal dengan nama Danau Rindu. Konon, danau ini memiliki kekuatan magis yang bisa mengabulkan setiap permohonan. Namun, semua yang datang untuk meminta biasanya pulang dengan tangan hampa, meskipun hati mereka penuh harapan.
Dahulu kala, ada seorang pemuda bernama Raka yang jatuh cinta pada seorang gadis bernama Lila. Setiap hari, Raka datang ke tepi danau, berbicara pada air yang tenang seolah danau itu bisa mendengar keluh kesahnya. "Danau, tolong sampaikan rasa cintaku padanya. Biarkan Lila tahu betapa aku menginginkannya," katanya dengan penuh keyakinan.
Air danau seakan menjawab, bergetar lembut dan berkilau di bawah sinar matahari, membuat Raka percaya bahwa harapannya akan segera terwujud. Ia merasakan setiap riak air sebagai balasan dari cinta yang tulus. Namun, ketika Lila akhirnya mengetahui perasaan Raka, ia malah tertawa, berkata, "Oh Raka, kau terlalu percaya pada dongeng. Bagaimana mungkin air bisa mengerti hati manusia?"
Raka pulang dengan perasaan hancur, sementara Danau Rindu, seolah merasa kesepian, tetap berkilau indah di bawah sinar bulan, menanti pemohon selanjutnya yang akan datang dengan harapan dan impian.
Ironisnya, meskipun danau itu dikenal sebagai tempat pengabul harapan, tidak ada satu pun permohonan yang pernah dikabulkan. Namun, setiap tahun, desa itu mengadakan festival untuk merayakan "cinta yang tidak terbalas," menjadikan Danau Rindu simbol dari harapan yang abadi, meski semua orang tahu bahwa harapan itu mungkin hanya ilusi.
Danau Rindu terus berdiri di tengah desa, menampung segala kerinduan, seolah-olah mengatakan, "Aku di sini untuk mendengarkan, meski aku tak bisa memberikan apa yang kau inginkan."