Di suatu benua di antah berantah berdirilah kerajaan yang bernama Kerajaan Green Wyvern. Di sana hiduplah seorang prajurit Kerajaan Green Wyvern yang bernama Rolan Charten, dia tinggal bersama kedua istri dan anaknya di kota kecil di daerah kerajaan.
Istrinya bernama Anastasia Ferolan dan anaknya bernama Kevin Charten Ferolan. Di pagi yang sangat sejuk Rolan bangun dengan ekspresi yang mengantuk.
“ Selamat pagi My Honey .” Ucapan selamat pagi yang terucap dari bibir sang istri menyambut Rolan setelah dia bangun.
“Ah... selamat pagi juga Honey.”
“Apakah si kecil sudah bangun?” tanya Rolan menanyakan apakah anaknya sudah bangun.
“Belum.... dia masih tidur dikasur kecilnya, omong-omong ayo cepat bangun dan cuci mukamu nanti sarapannya akan dingin.” Jawab istrinya kepada Rolan yang masih terduduk di kasur.
“Siap! Laksanakan. Hehe..” canda Rolan kepada Istrinya.
Rolan pun pergi mencuci mukanya dan kemudian ke meja makan,disana sudah terlihat Istrinya yang sudah menunggu Rolan untuk sarapan.
“Wah!! Sup daging kambing dengan ditemani roti dari toko di pusat kota, ini adalah sarapan yang TERBAIK!!” ucap Rolan setelah melihat menu sarapan yang tersedia di meja makan .
“Mo... kamu terlalu berlebihan, sudah-sudah cepat sarapan ,oh.. ya katanya kau akan pergi besok pagi?”
“Kau benar.. besok aku akan pergi ke barak besok pagi, kerajaan akan berperang sebentar lagi .” ucap Rolan kepada Istrinya.
“....”
Suasana yang hening pun terjadi sesaat.
“ Jadi kau akan pergi untuk waktu yang lama?” Tanya sang Istri dengan raut muka yang khawatir.
“Ya... sepertinya akan begitu.. mari kita lupakan tentang hal itu dan mari kita pergi ke pusat ibu kota untuk bersenang-senang hari ini!”
Setelah mereka berdua menyelesaikan sarapannya dan si Kecil Kevin juga telah bangun, mereka pun pergi ke ibukota bersama untuk bersenang-senang.
Di sana mereka berkeliling dengan gembira dan juga bahagia , mereka pergi berbagai toko untuk melihat-lihat , mereka pergi ke toko baju, restoran, taman ibukota, dan berbagai tempat lainnya di ibu kota kerajaan.
Setelah mereka berjalan-jalan di ibukota akhirnya waktu untuk bersama akhirnya berakhir, hati dari Rolan bagaikan terikat oleh rantai yang memiliki bola besi yang berat, dia sangat tidak ingin meninggalkan anak dan istrinya.
Hati dari Anastasia pun bagaikan bunga tanpa tanah, dia merasa bahwa jika Rolan pergi berperang dia akan kehilangan Sang kekasih yang sangat dia cintai, dia takut jika Rolan berperang dia akan mati dalam peperangan dan meninggalkan mereka berdua sendirian.
“Sesungguhnya aku tidak ingin meninggalkanmu Anastasia, aku tidak ingin meninggalkan Kevin anak kita, aku... sangat takut jika aku mati dalam pertempuran, aku sangat takut meninggalkan kalian!” ungkap Rolan bahwa dia tidak ingin meninggalkan mereka berdua sendirian.
“Rolan angkatlah kepalamu! Bukankah kau seorang prajurit?! Kami akan selalu menunggumu sampai kau kembali, pegilah dan menangkanlah perang itu agar kau bisa kembali bertemu kami.”
Rolan pun memperoleh semangat dari perkataan istrinya.
“Ya.. Kau benar! Pasti! Pasti aku akan mengambil kemenangan untuk kerajaan kita! Dan aku akan kembali bertemu dengan keluarga kecilku.”
.....
Keesokan harinya terdengar suara ketukan dari balik pintu dan setelah dibuka ternyata itu adalah Fernan Quincy sahabat Rolan, dia juga seorang prajurit di Kerajaan Green Wyvern.
Dia datang ke rumah Rolan untuk menjemput Rolan pergi ke barak latihan, sebelum pergi ke Barrak Latihan Rolan memberi kecupan manis kepada si kecil Kevin dan pelukan yang hangat kepada Anastasia .
“Aku pergi dulu, jaga dirimu dan Kevin tetap baik, aku akan segera kembali.” Ucap Rolan sebelum pergi.
“Ya... aku akan menjaga diriku dan Kevin tetap baik, dan jaga dirimu baik-baik Suamiku, aku.. akan selalu menunggumu, semoga kamu diberi keselamatan oleh sang pencipta.”
Rolan dan Fernan kemudian pergi ke barak latihan bersama, di sana sudah terlihat banyak prajurit yang sudah datang ke barak.
“Wah... banyak yang sudah datang ya..” ucap Fernan melihat banyak prajurit yang sudah datang.
“Ya.. kau benar.”
“Ouch! Hey! Jangan menghalangi jalanku tuan!” ucap Rolan karena kesal dengan orang yang menghalanginya.
“Hah! Apakah kau tidak tahu aku siapa ?!”
Ternyata yang ditabraknya itu adalah seorang komandan perang yang akan melatih di barak tempat mereka latihan, ia bernama Komandan Guinton Solomon, seorang komandan perang yang sudah memenangkan banyak sekali pertempuran. Sudah bisa terlihat dari tubuhnya yang gagah dan besar , banyak sekali bekas peperangan di tubuhnya.
“Hah?! Memangnya kau siapa?!” Tanya Rolan yang masih kesal dan tidak tahu mengenai apa-apa tentang Guinton.
“Hey... hey... Rolan, apakah kau tidak tahu bahwa dia adalah seorang komandan yang akan melatih kita di barrak? Dia adalah Komandan Guinton Solomon.” Bisik Fernan kepada Rolan.
“Hah? Apa kau bilang ? ko..ko.. komandan Guinton Solomon yang memenangkan banyak peperangan itu? Haha... kau pasti bercanda kan?” ujar Rolan tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Fernan.
“Nggak-nggak aku tidak bercanda, ia benar – benar Komandan Guinton yang terkenal.” Jawab Fernan dengan jujur.
“.....”
Terlihat wajah dari Komandan Guinton yang mulai memerah.
“AKU MINTA MAAF!!” ungkapan maaf dari Rolan dengan merendahkan tubuhnya.
“Baiklah.. Kali ini kau akan kumaafkan, tapi jika kau melakukannya lagi.. kau tak akan selamat!!” ungkap Guinton kepada Rolan dengan kesal.
Setelah memaafkan Rolan Guinton pergi berjalan meninggalkan Rolan dan Fernan.
“Hah..... selamat... untung aku tidak mati sebelum peperangan tiba.”
“Hahahaha... tadi hampir saja, untunglah kau selamat darinya.”
Setelah itu semua terjadi akhirnya semua prajurit telah berkumpul di barak , mereka berbaris rapi mengikuti perintah dari Komandan Guinton.
“SELAMAT PAGI!”
“PAGI!”
“Baik, Kalian berkumpul di sini untuk bersiap diri menghadapi perang yang akan datang. Kita Pasukan Prajurit Green Wyvern (PPGW) akan menghadapi Prajurit Kerajaan Bernaria. Jangan remehkan lawan, walaupun kita memiliki kualitas pasukan yang mumpuni tetapi Bernaria memiliki pasukan yang tangguh dalam bertahan. Sekian dari apa yang saya sampaikan, tetaplah membara seperti api yang menyala fi medan peperangan. Semuanya BUBAR!”
“SIAP!”
Setelah sang komandan berpidato dan telah membubarkan seluruh pasukan, terdengar banyaknya suara sorakan pasukan yang berkumpul di sana. Mereka telah siap menghadapi perang yang akan datang, meskipun mereka ‘tak tahu apa yang akan datang.
Bagaikan pedang yang terus diasah setiap hari , para prajurit melatih kemampuan mereka dengan semangat yang membara didada
Berhari-hari dan berbulan bulan mereka berlatih dengan keringat yang terus terjatuh, waktu peperangan semakin dekat, 3 hari kedepan mereka akan berhadapan langsung dengan pasukan Kerajaan Bernaria.
“ 3 hari lagi kita akan berperang melawan Bernaria, Fernan apa kau takut?” Tanya Rolan kepada Fernan bagaimana perasaannya saat perang semakin dekat.
“Pastinya aku takut, kau tahu bukan? Rasa takut ketika berperang rasanya seperti dada kita tertusuk oleh sebuah besi tajam yang sangat panjang, tentunya aku takut meninggalkan istriku sama sepertimu tapi hal seperti itulah yang akan membuat tekad kita kuat untuk memenangkan peperangan ini.” Jawab Fernan untuk pertanyaan yang diberikan oleh Rolan.
“Kau benar.. terima kasih Fernan telah menjawab pertanyaanku yang sangat konyol ini, lupakan saja soal pertanyaan yang aku berikan, ayo kita tidur bukankah besok kita akan mulai bergerak ke medan peperangan.”
KEESOKAN HARINYA
Di pagi yang cerah seluruh pasukan berkumpul di pusat militer kerajaan, terlihat di sana banyak sekali pasukan yang telah siap berperang melawan Bernaria. Di atas podium banyak sekali petinggi kerajaan yang akan memberikan dorongan emosi kepada para prajurit yang akan berperang.
Raja dari Kerajaan Green Wyvern yang dikenal dengan prestasi perangnya juga datang untuk memberikan dorongan emosi pada para prajurit. Sang raja mengatakan bahwa kami para prajurit harus meraih kemenangan dan kembali dengan selamat. Bagaikan seekor serigala yang memimpin kelompok nya raja berhasil membuat para prajurit semakin semangat.
Setelah semua dorongan emosi yang diberikan oleh para petinggi kerajaan, para prajurit pergi ke medan peperangan yang dipimpin oleh Komandan Guinton dan Wakil Komandan Charles Darwin Hasibuan. Beruntung bagi mereka karena yang dipimpin oleh komandan yang memenangkan banyak sekali peperangan, namun itu semua tidak menjadi patokan bahwa mereka bisa memenangkan peperangan ini dengan mudah, semuanya bisa terjadi di medan perang.
Perjalanan yang panjang akhirnya berakhir, kami sampai di medan perang pada sore menjelang malam hari. Kemudian para prajurit membangun tenda untuk tempat bermalam sebelum keesokan harinya mereka pergi berperang. Semua prajurit terlihat sangat kelelahan setelah perjalanan tadi.
Pada malam harinya Rolan dan Fernan bertemu di depan api unggun untuk saling berbincang.
“Hah..... akhirnya kita bisa istirahat sejenak sebelum peperangan esok nanti.” Ungkap Rolan yang telah lelah dengan perjalanan panjang tadi.
“Sepertinya kau sudah mulai percaya bahwa perang ini akan menjadi kemenangan untuk kita ?” tanya Fernan setelah melihat sikap dari Rolan yang biasanya dia lihat.
“Hm..... bisa dibilang begitu? Sepertinya aku memang sudah mulai sedikit percaya bahwa peperangan ini akan menjadi kemenangan untuk kita dan tentunya jika peperangan ini menang maka ini menjadi kemenanganku yang pertama dalam berperang.”
“Kau benar kita harus memenangkan peperangan ini.”
Setelah berbincang-bincang cukup lama mereka pun memutuskan untuk segera tidur.
Cahaya pagi mulai muncul sedikit demi sedikit, para prajurit yang sudah dalam barisannya mulai berjalan menuju area peperangan.
Di depan mereka telah terlihat pasukan prajurit Kerajaan Bernaria yang telah siap menyerang, dengan warna merah di bendera mereka dan Kerajaan Green Wyvern pun tak kalah ngerinya, dengan warna hijau yang pekat mereka tampil berani menghadapi Kerajaan Bernaria yang dipimpin oleh Komandan Juan Gerrard.
Setelah Komandan dari masing-masing kerajaan bertemu, akhirnya dua kerajaan itu saling bentrok dan adu kekuatan.
Suasana pada saat itu sangat kacau balau banyak sekali suara pedang yang saling bergesekan, suara angin yang dibelah oleh anak panah, suara teriakan para prajurit yang menginginkan kemenangan.
Dalam kondisi peperangan yang sengit tanpa sengaja Rolan bertemu dengan komandan dari pihak musuh yaitu Juan Gerrard yang menunggangi kuda. Pada saat itu tubuh Rolan bergetar sangat kencang, namun dia tak menghiraukannya dia hanya memikirkan bagaimana dia bisa pulang dengan selamat dari medan perang.
Rolan menusuk kaki dari kuda yang ditunggangi oleh Juan, Juan terjatuh dan langsung menyadari siapa yang berbuat seperti itu dengannya. Juan pun menyerang Rolan dengan pedangnya, dan Rolan pun membalas dengan menangkis serangan demi serangan yang dilayangkan oleh Juan. Tangan dari Rolan ditebas oleh Juan, Juan mengira ini adalah kemenangannya namun dia lengah dan kepalanya tertusuk panah, Rolan langsung melayangkan serangan yang menewaskan Juan di peperangan itu.
“KOMANDAN MUSUH TELAH MATI!!” teriak Rolan yang telah membunuh Juan.
Kondisi peperangan menjadi berat sebelah, dan akhirnya Kerajaan Green Wyvern berhasil memenangkan peperangan itu.
Setelah peperangan berakhir dia mencari Fernan, namun ternyata Fernan telah terbunuh dan tak bernyawa. Rolan menangis setelah mengetahui sahabatnya terbunuh di medan perang.
Setelah memakamkan semua prajurit yang gugur, pasukan Kerajaan Green Wyvern kembali ke kerajaan. Setelah sampai di kerajaan Rolan langsung menuju ke Rumah sahabatnya untuk memberikan kabar duka dan memberikan benda peninggalan terakhir Fernan. Rolan pun pulang dengan perasaan yang campur aduk antara sedih atau senang dengan hasil yang dicapainya.
“TOK TOK TOK.” Suara pintu yang diketuk
“Ya.... Tunggu sebentar.” Ucap Anastasia yang ada didapur
Pintu pun dibuka dan ternyata... itu adalah...
“Aku pulang...”
“.....”
Suasana hening dikarenakan Anastasia yang terkejut.
“Selamat datang kembali... Honey..”
Mereka berdua berpelukan setelah sekian lama tak bertemu. Tangisan Anastasia pun tak terbendung dia menangis dalam pelukan. Mereka adalah pasangan yang setia, walaupun terpisah selama berbulan-bulan mereka masih mencintai satu sama lain.
Rolan memutuskan untuk berhenti menjadi prajurit setelah sahabatnya tewas dan tangannya putus. Dia memutuskan untuk tinggal dan hidup damai bersama Istri dan anaknya sampai akhir hayat.
TAMAT.......