Malam itu, di tengah keramaian pesta, Jake berdiri memandangi lantai dansa. Musik berdentum dengan irama yang menggugah semangat, mengundang semua orang untuk bergerak. Di antara kerumunan, ia melihat Avery, gadis yang selalu berhasil menarik perhatian hatinya. Dengan percaya diri, Jake bertekad untuk mendekatinya.
Ia membayangkan gerakan yang elegan, seolah mereka sedang bermain basket. “Mendekatimu dengan gerakan tak terduga,” pikirnya, berusaha menata langkah agar tidak terjatuh dalam kesan yang salah. Avery selalu tahu cara membuatnya merasa hidup, seperti bintang yang bersinar di tengah kegelapan.
Ketika Jake akhirnya berhasil mendekat, Avery tampak bersinar. “Dia sedang dalam mode penuh energi,” pikirnya, melihat Avery yang menari dengan lincah dan penuh semangat. Semua perhatian di dalam ruangan seolah terpusat padanya. Jake merasa terpesona, tetapi di saat yang sama, ia juga merasakan beban di hatinya.
Setelah beberapa saat menari, Jake mulai merasakan kelelahan yang menghinggapi. “Rasanya seperti lampu yang mati, tak ada daya lagi,” keluhnya dalam hati. Meski berusaha menikmati momen, pikirannya dipenuhi dengan kerinduan dan nostalgia. Kenangan indah antara mereka mulai membanjiri pikirannya, membuatnya merasa lelah meski musik terus berdentum.
Akhirnya, Jake memutuskan untuk keluar sejenak. Di luar, angin malam menyejukkan wajahnya, dan ia menatap langit berbintang. Dalam keheningan, ia menyadari bahwa kadang-kadang, bergerak maju bukan berarti melupakan. Melainkan, menghargai setiap momen yang telah terlewati, sambil berusaha menemukan kembali semangat yang hilang. Dengan tekad baru, Jake siap untuk melanjutkan hidupnya, berharap suatu saat bisa menemukan kebahagiaan yang sama.