mentari sudah muncul dengan sinarnya semua orang mulai beraktivitas, jalanan mulai di penuhi kendaraan, dan sekolah mulai di datangi para siswa. Seorang siswi berambut pendek datang melewati gerbang sekolah yang di jaga oleh satpam. Semua orang menatap nya dengan tatapan aneh membuat gadi itu tidak nyaman dan mempercepat langkahnya menuju kelas.
Kelas 11- A, pagi itu para siswa penghuni kelas tersebut begitu sibuk dengan aktivitas masing - masing ada yang bermain uno di belakang, memainkan ponselnya, membaca buku, mengobrol dan lain - lain. Sekumpulan para siswi tengah asyik membicarakan sesuatu yang menyenangkan mereka sampai tertawa terbahak - bahak membuat para siswa yang sedang bermain uno terganggu dan marah.
"Oy! Berisik lah asyik banget ghibahin orang." Protes salah satu siswa menatap para gadis itu tajam.
"Lho kenapa orang lagi hot di sosmed dan tak henti - henti nya para netizen ini menyindir Fara mana sadis banget." Balas Amel dan diangguki teman - temannya.
"Awas lho nanti bisa - bisa kamu yang di bunuh." Peringat Randy.
"Amel tulisan di meja Fara juga buatan circle kamu juga?" Tanya Eina menatap bangku Fara yang di penuhi tulisan - tulisan dengan berbagai warna. Amel hanya menganggukkan kepalanya dan dengan gampang nya tersenyum.
"Selamat pagi." Sapa seorang siswi kepada teman - temannya. Semua orang langsung menatap nya begitu pun dengan Amel dan circle nya itu mereka seperti menahan tawa saat siswi bernama Fara itu datang. Fara melangkah menuju bangkunya ia terdiam ketika melihat banyak sekali tulisan yang tidak mengenakan diatasnya. Dasar pembunuh mati saja sana, kau hanya membuat malu sekolah, pembunuh seperti mu tidak punya hati ya, tempat mu itu di neraka. Kata - kata itu tertulis di sana Fara menatap sekeliling ia mencoba menahan amarahnya.
Circle Amel tertawa pelan melihat reaksinya. Fara menyimpan tas nya lalu pergi mengambil lap di belakang kelas. Saat Fara sedang membersihkan tulisan itu diatas mejanya seseorang tiba - tiba berbicara.
"Fara apa benar kau melakukan itu?" Tanya Eina kepada Fara. Fara menoleh dan hanya tersenyum tidak menjawab.
"Kau masih tidak percaya ketua kelas? Apa kau tidak melihat videonya dia pasti sekarang tidak bisa berbicara sekarang." Balas Amel sambil tertawa. Fara tiba - tiba melemparkan lap ke wajah Amel dia tidak bisa menahan amarahnya lagi. Ia melangkah mengambil lap itu dan menyimpannya ke tempat nya.
"Mana masuk apartemen bareng cowok lagi nggak tau malu banget." Ucap Randy tertawa bersama - sama dengan teman - temannya.
"Kalau di dalam buku dia pasti pantas menjadi tokoh antagonis." Ucap Viona yang terus menatap bukunya tetapi sempat - sempat nya mengata - ngatai Fara.
"Cantik tapi sayang ternyata seorang kriminal."
"Mana nggak tau malu banget."
"Kasian bapak itu keluarganya pasti menginginkan keadilan."
"Kenapa nggak mati aja sih malu - maluin tau nggak."
"Aku tidak suka kau ada di sini Fara bisa keluar nggak kamu itu bangkai busuk banget."
Fara terdiam sambil menutup kedua telinganya dan mencoba menahan amarahnya. Tenang Fara masih pagi. Batin Fara menenangkan dirinya. Nafasnya naik turun dan air matanya mulai muncul dari kelopak matanya.
"Pantesan dia bisa bareng cowok sana - sini ibunya aja dulu pelacur."
Brak!. Fara menggebrak meja ia tidak bisa menahan emosinya.
"Apa dia marah? Cih itu pantas buat dirimu Fara." Ucap Randy.
"Diam monyet!" Teriak Fara. Tangannya mengepal emosinya tak terkendali. "Itu hanya omong kosong Aku tak pernah membunuh siapa - siapa!"
"Lah video itu apaan hah! Jelas - jelas keluarga korban juga merasa sedih karena ayah dari keluarga tersebut kau bunuh, masih belum sadar?" Tanya Amel. Fara hanya terdiam dan menundukkan kepalanya. Eina yang melihat itu menatap nya prihatin.
"Aku tIdak membunuh siapa pun sudah ku bilang itu hanya video palsu." Ucap Fara berusaha meyakinkan semua orang.
"Apa buktinya hah?! Nggak ada kan udah jangan membela diri kau saja tidak punya bukti." Ujar Randy. Fara terdiam lalu duduk di bangkunya sambil menundukkan kepalanya.
"Guys sudahlah kita di sekolah buat belajar bukan menghujat orang." Ucap Eina.
"Eh Ein, justru orang kayak dia itu harus di beri pelajaran bisa - bisa dia jadi psikopat." Balas Evan.
"Dia itu tidak di tahan karena masih di bawah umur masih selamat dia kasihan banget keluarga korban tau nggak." Ucap Viona menatap Eina. Amel yang melihat situasi itu hanya tertawa pelan melihat Fara yang tak berdaya.
-
Di jam istirahat semua siswa makan bekal mereka di kelas. Fara tidak ada dia sedang pergi ke kamar mandi dan terlihat beberapa siswa yang sedang menyimpan ember kecil diatas pintu mereka pasti akan mengerjai Fara sekarang.
"Halo guys kita lagi buat rencana buat Fara si pembunuh itu agar mendapatkan pelajaran yang setimpal dengan perbuatan nya ayo kita saksikan." Gesya berbicara di depan para folowers nya yang kini ia sedang mengadakan live.
#LIVE#
User 2345
"Pasti akan menyenangkan"
User2367
"Orang seperti nya memang harus di beri pelajaran"
Gesya sangat senang membaca komentar - komentar folowers nya. Eina hanya melihat dari kejauhan ia merasa perbuatan mereka itu tidak baik tetapi ia tidak berani mengatakannya mulut nya ini terasa tidak bisa terbuka. Eina juga merasa bahwa video yang beredar di media sosial itu palsu karena mana mungkin Fara melakukan hal seperti itu. Kalau video itu benar - benar palsu para netizen bermulut pedas itu akan berkomentar seperti apa ya. Batin Eina menatap layar ponselnya.
Hanya ada 3 orang yang diam tidak ikut ikutan rencana Amel dan circle nya itu yaitu Eina, Darwin dan Wina. Entah apa yang membuat mereka terdiam padahal pada saat video itu beredar mereka juga ikut - ikutan membully Fara tak henti - hentinya. Kenapa sejak dia minggu ini mereka hanya diam tidak ikut ikutan lagi membully Fara. Batin Fara penasaran.
Byurrr!, air dalam ember itu di tumpah kan tepat diatas kepala Fara yang baru masuk. Kini ia basah kuyup dan sepertinya tidak akan bisa mengikuti pelajaran selanjutnya. Fara hanya terdiam dia tidak berkomentar sama sekali dan pergi dari kelas semua orang tertawa melihat Fara yang basah kuyup terutama para folowers Gesya mengutuk mentah - mentah dan mencaci maki Fara tiada habisnya.
"Ada apa ini?" Tanya seorang pria yang melihat lantai kelas 11-A basah. Ia adalah seorang guru matematika Pak Berjo yang sudah berusia 40 tahun. "Kenapa Fara basah kuyup apa ini perbuatan kalian?"
"Iya Pak kami malu punya teman sekelas pembunuh seperti dia." Protes Randy. Pak Berjo hanya terdiam ia mengerti situasi kelas ini sekarang.
"Sudah lah bersihkan ini dulu lalu kita belajar," perintah Pak Berjo semua siswa pun menurut salah satu dari mereka mengambil alat pel dan membersihkan lantai. Pak Berjo masuk ke kelas dan dia menatap Eina yang terdiam di bangku nya.
"Eina, kamu pergi lah cari Fara bantu dia cari baju ganti." Ucap Pak Berjo. Eina pun menurut dan keluar dari kelas mencari Fara yang entah kemana sekarang. Eina melihat jejak sepatu di lantai ia pun mengikuti jejak sepatu itu dan sampai lah di taman belakang di sana ia melihat Fara tengah terdiam sambil memeluk lutut kakinya dan melemparkan beberapa baru kearah sebuah pohon.
Eina menghampiri nya dan sepertinya Fara langsung menyadari kehadirannya. "Ada apa?" Tanya Fara.
Eina berhenti melangkah. "Kau mau mengejek dan mencaci maki aku kan atau memukul ku." Pikir Fara yang sebenarnya salah. Eina menggeleng kan kepalanya cepat.
"Tidak, aku mau bantu kamu cari baju ganti Pak Berjo suruh." Ucap Eina memberikan alasan. "Ayo aku bantu cari." Lanjut Eina sambil berjongkok memposisikan dirinya dengan Fara.
Fara menatap nya. "Setelah itu? Aku pasti akan di caci terus tak henti - hentinya lagi oleh mereka lebih baik aku pulang kalau begitu." Ucapnya sambil sesenggukan. Eina hanya terdiam mendengar hal itu ia duduk di sebelah Fara dan menatap nya sambil tersenyum.
"Mau berteman dengan ku? Kau tahu aku ini kesepian tiada kawan juga sekarang bahkan di kelas juga hanya sebatas sebagai ketua kelas aku kasihan melihat mu seharusnya aku menghentikan mereka tapi karena tidak keberanian kau malah seperti ini." Ujar Eina menyesal. Ia merasa tidak pantas menjadi ketua kelas untuk menghentikan pembullyan terhadap Fara pun ia tidak bisa. Fara hanya terdiam mendengar ucapan Eina ia sebenarnya tidak percaya dengan ucapannya itu.
"Aku tidak percaya dengan mu? Maaf." Ucap Fara. Ekspresi Eina langsung berubah drastis mendengar itu.
"Uhmm, baiklah tapi maukah kau mengganti pakaian mu? Oh kau bisa menggunakan hoodie ku ada di loker seperti nya." Ujar Eina. Fara hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti Eina dari belakang. Mereka menuju ke dalam bangunan sekolah dan segera menuju loker Eina. Eina membuka lokernya dan memberikan hoodie berwarna putih kepada Fara sambil tersenyum.
"Terimakasih." Ucap Fara segera pergi menuju toilet untuk mengganti pakaiannya. Eina menyusul nya mana mungkin ia pergi ke kelas tidak dengan Fara.
-
Burung - burung berkicauan di atas langit orange yang akan berubah menjadi langit gelap tanpa warna. Jalanan kota mulai macet dengan para pekerja yang pulang dari kantor nya begitu pun anak sekolah berbondong - bondong menuju halte bus untuk segera pulang ke rumahnya.
Fara melangkah keluar dari area sekolah dan duduk di halte bus menunggu bus selanjutnya lewat ia duduk sembari menulis sesuatu di buku bersampul merahnya itu. Tiba - tiba ia mengeluarkan air mata dan menangis sesenggukan di sana. Fara melihat sekelilingnya ia merasa tak nyaman di luar rasanya ia hanya mendapatkan tatapan buruk dari semua orang.
Sesampainya di rumah ia mendapati ibunya yang sudah menunggu nya di depan pintu dengan tatapan kesal. Fara hanya terdiam ia tahu bahwa ia akan kena omel lagi sekarang akibat video palsu yang beredar di sosmed suasana di rumah begitu tidak nyaman.
"Ma, Fara pulang." Ucap Fara.
"Kenapa nggak usah pulang sekalian! Bikin keluarga malu saja." Bentak ibunya. Kata - katanya begitu menusuk di hati Fara hanya terdiam mendengar ocehan ibunya.
"Ayahmu sudah datang dari dinas entah apa yang akan di lakukan ayahmu tapi apa yang kau perbuat membuat martabat kita jatuh Fara kenapa kau melakukan hal itu!."
"FARA TIDAK BERBUAT APA - APA MAMA!" Balas Fara dengan teriakan. "Itu semua palsu Fara tidak akan berbuat seperti itu mama."
Plakk!. Fara di tampar keras oleh ibunya. Fara terdiam merasakan rasa sakit dari tamparan itu. Ibunya benar - benar kesal dengan nya. "Padahal mama sudah melahirkan dirimu dengan bertaruh nyawa ini kah adab mu kepada orang tua, kalau mama bisa milih mama gak-"
"Fara juga nggak minta di lahirin! Fara juga nggak mau terlahir seperti ini capek ma!" Potong Fara ia sudah tau apa yang akan di katakan oleh ibunya. Fara langsung masuk ke dalam rumah tetapi ia malah bertemu dengan ayahnya yang menunggu nua di ruang tamu.
Hari menjelang malam, matahari sudah tiada di atas langit dan mulai di gantikan dengan rembulan. Di masa itu Fara duduk terdiam diatas kursi taman ia termenung memikir sesuatu. Tubuhnya habis di pukuli ayahnya dengan rotan dan itu sangat lah sakit ia lelah dengan semua ini.
"Fara?" Seseorang menghampiri nya. Fara menatap nya malas dan ternyata itu adalah Eina yang kebetulan sedang berada di sana.
"Kau? Mau apa kau ke sini mau ejek aku kah?" Pikir Fara yang selalu berprasangka buruk terhadap Eina. Eina menggeleng kan kepalanya ia duduk di samping Fara keheningan menyelimuti mereka berdua dan kemudian Eina memecahkan keheningan itu.
"Malam ini indah kan banyak sekali bintang kalau aku memotret nya pasti folowers ku akan menyukai nya." Ucap Eina memandang langit.
"Ya, tapi kalaupun aku memotret nya tidak akan ada yang menyukai nya." Ujar Fara sambil tersenyum pahit. Eina menoleh kearah nya ia sangat prihatin dengan keadaan Fara sekarang.
"Aku dulu pernah mempunyai beberapa orang pengikut yang selalu memuji - mujiku tetapi mereka berubah menjadi haters dalam sekejap karena suatu video itu kejam banget ya dunia." Lanjut Fara sambil menghela nafas panjang rasanya dia tidak punya tempat sandaran lagi. Semuanya begitu berisik tak ada yang bisa membuat nya merasa nyaman kembali.
"Tapi Fara semuanya pasti bisa seperti semula lagi jadi jangan berputus asa." Ucap Eina memberikan semangat. Fara tersenyum ia menghela nafas panjang menatap langit.
"Terlambat sepertinya bintang ingin membawaku." Balas Fara. Membuat Eina tidak mengerti dengan apa yang Fara katakan.
"Kau bisa membantuku?" Tanya Fara.
"Apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Eina kembali.
"Sudahlah ayo ikuti aku." Ajak Fara menarik tangan Eina untuk mengikuti nya. Fara membawanya Ke tebing dekat taman tepat dI bawahnya ada aliran sungai.
"Apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Eina.
"Apa saja lah, bisa kau pegang ini." Fara memberikan ponselnya. Eina mengambil ponsel tersebut dan ternyata Fara melakukan live di instagram mulai ada banyak yang melihat live itu dan mereka adalah haters Fara.
"Sudah ada yang melihat?" Tanya Fara. Eina menganggukkan kepalanya. Fara tertawa ia tidak menyangka akan ada yang menonton nya mungkin mereka hanya sebatas penasaran.
"Baiklah kalau begitu, halo semua nya kalian di sini bersama si pembunuh horeee." Ucap Fara sambil bertepuk tangan. Eina tidak tahu apa yang akan Fara lakukan tapi hatinya tidak tenang sedari tadi.
"Mungkin kalian penasaran kenapa aku melakukan live sekarang kalian sangat suka sekali ya menghujat ku dengan gampang nya."
User 234
"Dasar perempuan gila ngomong apa sih."
"Tapi apa kalian tidak pernah menyadari suatu hal, kata - kata kalian bisa saja membunuh seseorang bisa saja kalian sudah membunuh banyak orang dengan kata - kata matilah, dasar jelek, kau tidak pantas hidup."
User 566
"Dih prik, gak ngerti sumpah."
"Bisa saja yang akan menjadi pembunuh selanjutnya setelah diriku adalah kalian wahai para pengguna instagram karena kalian tidak akan tahu apa yang aku lakukan." Ucap Fara sambil berjalan mundur perlahan - lahan dan Eina tidak tahu kenapa Fara berjalan mundur.
"Aku hanya ingin berpesan bijaklah dalam berkomentar jangan sampai komentar kalian itu membuat hidup orang lain menjadi buruk."
User 157
"Cih dia berusaha mengajari kita."
"Kalian itu tidak tahu kehidupan orang yang sebenarnya kalian hanya berpendapat lewat postingan kalian tidak tahu apa yang terjadi tapi seolah-olah seperti tahu semunya."
"Dasar manusia keji, dasar bre**se*, ba**sat, mati ajalah kalian, nggak layak kalian berkomentar seperti itu, kalian siapa sok - sok an ngurusin hidup orang banjingan, kalian itu munafik anji**, ketika kalian tahu yang sebenarnya pasti kalian tidak akan merasa bersalah apa - apa dan menghujat si pengiriman video camkan kata - kata ku."
Entah kenapa kata - kata yang di lontarkan Fara membuat Eina merasa khawatir ia hanya bisa terdiam melihat komentar - komentar pedas netizen. Fara diam sejenak dan tersenyum.
"Kalian pengen aku mati kan oke, Sayonara~" Fara menjatuhkan dirinya ke sungai Eina terkejut dan berusaha menyelamatkan Fara tetapi terlambat ia sudah terjatuh sebelum Eina menangkap tangan Fara.
"FARA!!" teriak Eina sambil mengeluarkan air mata. Wajah Fara hanya tersenyum seperti merasakan sebuah kebebasan sampai ia tercebur ke dalam sungai. Eina tak bisa berbuat apa - apa ia hanya bisa menangis.
Satu negara heboh dengan aksi bunuh diri Fara secara live di tonton oleh ribuan orang. Mereka mulai berisik di sosial media. Sementara Eina terdiam dan beberapa orang yang ada di taman menghampiri nya.
"Ada apa nak kenapa kau menangis?" Tanya seorang pria.
"Paman, teman saya bunuh diri tolong segera selamat kan dia di sungai itu." Pinta Eina sambil menangis dan seperti nya itu terdengar oleh orang - orang dunia maya karena live nya masih belum mati.
User 455
Masih ada yang mau berteman dengan si pembunuh? Mengejutkan
User 897
Dia pantas mendapatkan itu
User674
Dia bunuh diri dong hahaha mentalnya lemah banget
User923
Hahahahahaha dia mati dong
-
1 bulan kemudian...
Seseorang mengunggah suatu video yang mengejutkan jagat maya. Suatu video yang menyatakan tragedi pembunuhan itu bukanlah di lakukan oleh seorang siswi bernama Fara tetapi orang lain ada seseorang yang mengedit video itu untuk menghancurkan nama Fara dan menjebaknya. Kejadian itu membuat ibu, ayah, teman - teman Fara merasa bersalah karena telah memperlakukan Fara begitu jahat mereka datang ke tempat istirahat Fara dimana tidak ada yang namanya hujatan, pukulan dan pembullyan terhadap nya.
Sementara itu Eina melihat komentar - komentar para warga jagat maya yang kini menghujat si pelaku pembuat video palsu tentang Fara yaitu Amel. Mereka seperti tidak merasa bersalah seperti apa yang di katakan Fara sebelum ia bunuh diri dan masih terus melontarkan kata - kata jahat.
User 344
"Dasar manusia keji kasian Fara ia sampai bunuh diri karena mu"
User741
"Mati aja sana sialan"
User 086
"Dasar penipu! "
Eina seperti ingin tertawa membaca komentar - komentar itu. "Benar kata Fara mereka tidak akan pernah mengakui bahwa mereka bersalah padahal mereka juga ikut - ikutan kalau di ingatkan juga mereka pasti akan menghindar dan menyalahkan si pelaku padahal semua ini bukan hanya kesalahan si pelaku tetapi mereka juga benar mereka itu munafik." Gumam Eina mengata - ngatai warga instagram.
"Eina ayo berangkat sekolah." Teriak ayahnya dari luar
"Iya pah!" Eina segera memasukkan ponselnya ke dalam tas nya lalu menggendong nya setelah itu pergi keluar kamar dan menghampiri ayahnya yang sudah menunggu di luar.
Kejadian itu membuat Eina mendapatkan pelajaran untuk bijak dalam berkomentar dan berpendapat karena walaupun itu hanya ketikan tangan yang di kirimkan lewat media sosial itu akan menyakiti si penerima dan membuat mentalnya jatuh. Karena itu juga bisa mengubah hidup nya yang harmonis menjadi hancur yang tadinya merasa nyaman keluar menjadi sangat takut. Inilah yang dinamakan pembullyan Cyber.
Ingat bijaklah dalam berkomentar karena hal itu bisa saja mengubah hidup seseorang. Stop bullying mari kita hidup kan lingkungan ramah tamah untuk semua orang. Karena generasi emas itu adalah generasi bijak dan cerdas.
TAMAT