Sialnya! Buku ini sangat tebal,goresan-goresan tinta yang mengisi begitu menyebalkan. Tidak pernah tamat, masih di ending yang sama dengan cerita yang berbeda.
Rasanya
Ingin kuganti saja dengan yang baru,tapi halaman kosong selalu tersedia. Lalu bagaimana aku harus mengakhirinya?. Lembaran dibuku baru seakan tak mau terisi tintaku,seperti ada yang belum selesai dipart sebelumnya, membuatku sulit mengakhiri, cerita yang usang ini sungguh membosankan dan mengerikan. Tidak bernafas dengan benar disetiap jeda titik dan koma! Sama saja tidak ada bedanya dari setiap halaman.
Bahkan disetiap kata yang salah tempat tak sempat kuganti sudah tertumpuk dengan derita! Derita menunggu penghapus keikhlasan. Baik buruknya sebab kata yang terucap disetiap bagian, tidak jauh dari prasangkaan. Semua bergantung arahan penulis tapi tetap bukan hasil akhiran dari kekacauan.
Lebih tepatnya semua berakhir sesuai dugaan pembaca. Maunya. Iyakan?
Sudahlah. Akhiri saja secepatnya! Lepaskan yang bukan urutan penting dalam hidup penulis. Mulailah egois untuk menjadi kenyataan sesuai dugaan! Kalau mau berakhir bad ending ya seperti itu,menuruti permintaan atasan yang mengharuskan melenceng dari versi awal. Ibaratnya seperti itu.
Jari-jari terdiam kelelahan, merangkai kalimat paksaan menyenangkan pembaca. Mungkin tangannya mati rasa tapi otaknya penuh curiga, kenapa harus ada halaman baru yang bermunculan,sementara tinta dalam pena telah habis menggores semalaman.
Cerita apalagi yang datang kali ini? Derita macam apa yang diterima tokoh utama, bukankah yang kemarin sudah cukup berat? Ada saja yang merumitkan, meskipun berkali - kali kesakitan dia sendirian di buku itu. Mengisi kekosongan waktu dimana tokoh utama lainnya belum muncul, hahha (senyum mengejek kekesalan) barang kali yang lain sedang asyik sendiri juga di buku tebalnya! Tidak mau berburuk sangka tapi tertuang begitu saja, karena takut tidak rela bila ternyata ketika tokoh lain sebagai pahlawan itu datang dengan punya masa lalu yang menyenangkan!.
Arghhh! Itu kecemburuan. Karena semua masa senang dan sedihnya bersama tokoh tambahan dari sudut pandangku diversiku diceritanya. Meskipun sedikit tidak nyambung, tapi intinya jika aku sudah lebih percaya diri lagi.akan kubuat kata-kata ini menjadi masuk akal!.
Tenang saja, tidak ada skenario buruk dalam gerakan,tapi hanya sedikit revisi untuk memperbaiki artikulasi.
Penyampaian yang buruk dari amatiran, itulah terkadang masalah datang mengagetkan. Seperti lebah yang tidak tau dari mana sudah menyengat saja.
Efek lebam membesar begitu saja harus pasrah merasakan pedihnya sengatan.
Kalau dipikir menjadi tak karuan, jika masih ada saja yang harus direlakan dalam bagian tengah halaman...ya memang belum diakhir saja makanya banyak pengorbanan.
Semua merasakan, tapi kenapa? Yang perlu menghayati hanya orang tertentu saja, sementara tokoh utama tak ada bedanya dengan pemeran tambahan alias tidak penting. Apapun yang dirasakan yang boleh merasa jadi korban hanya dia saja, ujar si villain. Lalu dengan mudahnya tokoh utama menjadi tersangka! Permainan yang bagus.
Berfikir lagi untuk menyudahi mengisi buku tebal ini,mungkin karena masih satu judul dan genrenya terlanjur tidak bisa diubah,yaitu tokoh utama selalu berharap sang villain berubah,namun tetap saja lama prosesnya masih ditunggu saja dengan harapan penuh, dan mungkin sudah saatnya part yang seperti belum selesai itu disudahi,agar tak ada lembaran yang mengharuskan bertemu para villain itu.
Atau mungkin buku tebal ini bisa ditamatkan sesegera mungkin dan villain harus sedikit kecewa karena cerita ini berakhir dengan open ending. Tidak ada yang mau mengaku kalah!. Sampai segalanya terarah menuju kesepakatan perdamaian,silakan berproses sendirian aku sudah tak tahan.
Tokoh utamapun bersiap menghiasi buku baru sang penulis.
Sekian, terimakasih.
Tidak apa-apa jika masih ada lembar kosong yang tersisa,terkadang itu pelengkap di buku yang menarik untuk dikomentari...anggap saja kritik dan saran pembaca.