Hellow.. Welcome and happy reading 🤗
*****
Tak akan pernah terbayangkan oleh Rasyidatul Hafizah bahwa dirinya akan terjebak dalam fitnah yang dibuat oleh sepupunya sendiri.
Kiara Ayu. Sepupu Fiza yang iri sampai dengki itu nekat dengan gilanya sampai memfitnah sepupu yang selalu baik kepadanya.
Awal mula kisahnya adalah Kiara yang memiliki seorang kekasih. Kiara sering membicarakan kekasihnya itu kepada Fiza walaupun akhirnya diceramahi oleh Fiza bahwa pacaran itu tidak baik dan hukumnya haram. Namun Kiara acuh tak acuh, baginya yang terpenting kebahagiaan.
Sering bertemu dengan Fiza membuat kekasih Kiara itu terpesona. Terpesona dengan penampilan muslimah Fiza. Bahkan ia yang awalnya hanya mengagumi Fiza lama-kelamaan berubah menjadi cinta.
Kiara yang mengetahui hal itu tentu sangat murka. Bahkan kekasih yang ia sayang itu membatalkan pertunangan mereka dengan alasan ia memiliki pujaan hati tersendiri.
Awalnya Kiara mengamuk dan lama kelamaan rasa emosinya mereda, namun kala sang kekasih hati melamar Fiza, Kiara mengamuk kembali. Ia tak terima entah kenapa ia menjadi benci dengan Fiza.
Hingga akhirnya Kiara membuat Fiza terusir dari keluarganya.
"Sebelum kalian melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, apa kamu yakin masih ingin menjadikannya istri? " tanya Kiara pada Aruna, kekasih hatinya itu.
Aruna menatap Kiara heran.
"Maksudmu apa bicara seperti itu? " tanya Aruna balik.
"Kamu tertipu dengan pakaiannya saja Aruna" ujar Kiara
DEGH!
"Maksudnya apa? " tanya Aruna lagi.
"Kamu rela meninggalkan aku hanya karena perempuan itu, perempuan yang katanya menutupi dirinya dari lelaki lain. Jelas aku melihatnya pergi bersama laki-laki lain" ucap Kiara membuat seisi ruangan terkejut dan menatap Kiara dan Fiza bergantian.
Awalnya Aruna hendak marah, tapi Aruna ingat kalau Fiza memiliki kakak laki-laki, bisa saja itu saudaranya. Pikir Aruna.
"Mungkin abangnya" ujar Aruna.
"Aku kenal postur tubuh Bang Madan, tapi yang aku lihat, Fiza bukan bersama bang Madan" ujar Kiara.
DEGH!
Lagi-lagi seisi ruangan terkejut dan menatap Fiza. Fiza pun terkejut dikatakan pergi bersama laki-laki asing.
"Jaga bicara kamu Kia! Fiza mana mungkin seperti itu" ujar kakek Kiara juga Fiza.
"Terserah kalo kalian gak mau percaya, aku punya bukti, dimana kalian akan tau sendiri bahwa wanita yang kalian banggakan dengan gayanya yang sok nutupin diri itu ternyata gak sebaik yang kalian pikir" ucap Kiara sambil memberikan beberapa foto.
Difoto itu jelas terpampang wajah Fiza dengan lelaki asing tengah melakukan hub-badan.
Ilham, Ayah Fiza sangat syok mengetahui hal itu lalu dengan lantang mengusir Fiza.
"Ternyata seperti ini kelakuanmu Fiza? Dasar gak tau malu, PERGI KAMU DARI RUMAH INI!! JANGAN PERNAH KAMU MENAMPAKKAN DIRIMU YANG KOTOR ITU DIHADAPAN KAMI SEMUA! " Teriak Ilham mengusir Fiza.
Tak hanya Ilham, yang lainnya pun syok berat dibuatnya. Terlebih juga Aruna dan kedua orang tuanya. Mereka seperti dijebak oleh musuh.
Fiza kini menangis dan membantah hal itu. Ia sampai bersujud di kaki sang ayah namun Ilham mendorongnya. Walaupun kesal bercampur marah, ia tak mungkin menendang putri yang membuatnya malu itu.
"Sumpah demi Allah Yah.. Fiza gak ngalakuin hal keji seperti itu.. Fiza mana mungkin berbuat dosa yang sangat dilaknat oleh Allah.. Ayah.. Jangan percaya itu fitnah Fiza benar-benar gak ngelakuin itu semua" ujar Fiza diiringi isak tangisnya. Namun tak ada satupun yang perduli. Mereka benar-benar sudah terlanjur kecewa dengan Fiza.
"Ternyata yang tertutup belum tentu baik dan yang terbuka belum tentu busuk.. Kalau tau seperti ini aku menyesal sudah meninggalkan Kiara hanya demi kamu yang aku pandang mampu menjaga kehormatanmu, nyatanya tidak" lirih Aruna.
Sedangkan dalang dibalik ini semua tertawa puas didalam hati. Kini ia akan mendapatkan kembali apa yang harusnya jadi miliknya.
'Maaf kamu harus berkorban sedikit untuk aku Fiza sayangkuu' batin Kiara.
DEGH!
Kiara menghampiri Aruna.
"Aku tau, kamu menyesal kan? Andai waktu itu kamu gak ninggalin aku kamu gak bakal sakit hati seperti ini.. " ujar Kiara tepat di samping Aruna.
Aruna menoleh ke arah Kiara.
"Maafkan aku Kia.. Aku menyesal meninggalkanmu setelah tau yang sebenarnya " ucap Aruna sangat menyesal.
Kiara menggeleng dan tersenyum.
"Kadang cinta memang butuh perjuangan. Kamu lihat sendiri kan yang sebenarnya? Tuhan pasti akan memberi kamu penerangan dalam memilih istri" ujar Kiara.
"Kalau begitu.. Apa aku boleh kembali mencintaimu? " tanya Aruna
"Bagaimana dengan Fiza? "
Aruna melirik ke arah Fiza dengan jijik. Lalu menatap kearah Kiara dan menggeleng.
"Lebih baik denganmu yang tak berhijab namun menjaga daripada dengannya yang bercadar tapi tak terjaga" sahut Aruna.
Ah tentu saja itu seperti lagu yang sangat merdu ditelinga Kiara.
Fiza yang sudah diusir berkali-kali oleh sang ayah kini berjalan gontai menuju kamarnya dan tak lama ia keluar dari kamarnya membawa sebuah koper dan tas ransel kecil. Tanpa pamit Fiza pergi dari rumah orang tuanya itu.
"Fiza janji akan membuktikan pada kalian semua bahwa Fiza tak seperti yang kalian pikir. Tunggu saat itu tiba dan Fiza akan membawa mahkota untuk ayah dan bunda" ucap Fiza sebelum hilang dari pandangan mereka semua.
Fiza pergi, awalnya ia ingin menyewa apartemen. Namun teringat ia akan membawa mahkota pada orang tuanya, Fiza memutuskan untuk pergi ke sebuah pondok pesantren Tahfidz Qur'an.
***
2 Tahun kemudian.
Madan tengah menonton acara televisi. Ia yang kebetulan menonton acara tahfiz wa tilawah ditelevisi itu, netranya tak sengaja menangkap sosok yang sangat ia kenali dari peserta perempuan walaupun perempuan itu menggunakan niqob.
Ketika giliran perempuan itu tiba, Madan sangat terkejut dan tak percaya dengan apa yang telah ia dengar.
Lantunan ayat suci Al-Qur'an dari perempuan itu sangatlah merdu.
Ya! Dia adalah Rasyidatul Hafizah. Seorang Qori'ah yang kini mewakili pesantrennya kini sedang bersaing dengan peserta dari luar negri tersebut. Hafizah mendapat nomor terakhir dari sekian banyak peserta lomba.
Bahkan tempat lombanya itu ada di mesir sekarang.
Madan terharu melihat sang adik yang dulu difitnah sekarang kembali nama baiknya.
Madan menonton acara itu sampai habis dan melupakan kewajibannya sholat isya. Saat itu jam menunjukkan pukul 21:30.
CEKLEK!
"Loh.. Dan, kamu udah sholat belum? " tanya Liana, bundanya.
Madan tersadar akan kewajibannya yang ia lupakan.
"Astgahfirullah.. " ucap Madan.
Madan segera bangkit dan ingin pergi ke kamarnya. Namun ia berbalik lagi saat ada pengumuman pembagian juara yang akan segera diumumkan malam itu juga waktu mesir selepas isya.
Madan dengan semangat pergi berwudhu dan melaksanakan sholat isya dengan khusyu'. Selesai sholat, ia mendoakan sang adik agar memenangkan lomba tilawahnya tersebut sampai ia menitikkan air mata.
Lepas itu ia beranjak dari tempatnya lalu menghitung waktu mesir dan indonesia.
Kalau waktu mesir pukul 21:00 malam maka waktu indonesia pukul 01:00 dini hari.
Madan mematikan televisi lalu pergi ke kamarnya. Ia tidur sejenak mengumpulkan tenaga untuk bersorak nanti.
Tepat pukul 1 dini hari Madan terbangun. Sebelum pergi menuju televisi, Madan berwudhu terlebih dahulu agar tak mengantuk nantinya.
Setelah berwudhu ia keluar menuju ruang keluarga dan menyalakan televisi.
Setengah jam berlalu, tiba saatnya pengumuman juara yang membuat Madan ikut berdebar-debar.
Madan bahkan sudah menyetel kameranya untuk mengabadikan momen itu. Ia akan mencari adiknya nanti dan meminta maaf serta akan mempamerkan bakat adiknya itu. Ia yakin permasalahan 2 tahun yang lalu akan terungkap kebenarannya.
Yang ditunggu-tunggu tiba, penyerahan juara 3,2, dan 1 pun membuat para peserta dag dig dug serr. Ternyata bukan hanya Madan yang menonton televisi di dini hari itu, para wali santri ponpes Tahfidz Qur'an sebagian rela begadang demi melihat perwakilan salah satu santri ponpes itu.
Bahkan para santri di ponpes Tahfidz Qur'an pun kini dibangunkan dan mereka ikut tegang melihat siaran itu.
"Pemenang dari juara 3 tilawatul qur'an putri diraih oleh.... Rehmania zulaikho dari pakistan! "
Sorak dan tepuk tangan dari penonton panggung mesir terdengar.
Rehmania pun naik ke atas panggung dan diberikan penghargaan atas pencapaiannya.
_o0o_
"Pemenang dari juara 2 tilawatul qur'an putri diraih oleh.... Syafiqa marwatuzzahra dari Malaisya! "
Lagi, sorak dan tepuk tangan dari penonton panggung mesir kembali terdengar. Dan ini adalah yang terakhir. Yang membuat orang-orang berdetak jantungnya sangat cepat. Termasuk Madan.
"Kira-kira Fiza bisa gak yah? Fiza tampilannya sudah bagus bahkan fasih sekali" gumam Madan.
"Pemenang... Dari juara 1!...tilawatul qur'an putri, diraih oleh! "
Lama MC terdiam, kamera pun menyorot para peserta yang menunggu jawaban termasuk Fiza disana. Mata Fiza terlihat tak lepas memandang MC. terlihat sangat berharap namanya yang dipanggil.
"RASYIDATUL HAFIZAH DARI INDONESIAA"
,,,
"FIZAAAAA" sorak Madan saking senangnya dan ia sampai menitikkan air mata. Bahkan karena sorakannya itu orang tuanya terbangun dari tidur.
"Abang bukannya tidur malah begadang" omel Liana.
"Ayah! Bunda! Fiza..! Fizaa!" ucap Madan. Bahkan badannya kini bergetar saking senangnya ia.
Ilham dan Liana melirik ke arah televisi. Madan pun menarik kedua orang tuanya dan memberi tahu suatu fakta.
Ilham dan Liana sempat tak percaya dengan apa yang mereka lihat dan dengar. Bahkan mereka bisa mengenali putri mereka itu walau tertutup kain Niqobnya.
,,,
"Silahkan sampaikan apa yang ingin kamu sampaikan dengan bahasamu, siapa tau ada keluarga atau teman-temanmu yang menonton tayangan ini"
Fiza mengambil mikrofon lalu mulai berucap.
"Assalamualaikum.. Saya Rasyidatul Hafizah mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada kerabat saya yang ada di indonesia, baik itu keluarga saya atau teman saya atau pum penduduk indonesia yang menonton tayangan ini. Salam khusus untuk ustadz dan ustdzah saya dan teman-teman saya di ponpes Tahfidz qur'an, terima kasih atas doa dan support kalian semua, saya sangat berterima kasih atas simpatik kalian yang memberikan dukungannya kepada saya dan kini saya benar benar menepati janji saya untuk mendapat apa yang kita semua harap" ucap Fiza.
Fiza berterima kasih serta salam juga kepada warga indonesia yang turut memberikan dukungan kepadanya terutama juga pada wali santri ponpes Tahfidz qur'an.
Banyak kata yang Fiza ucapkan namun tak ada sedikit pun ia menyinggung soal keluarganya. Madan merasa bersalah pada adiknya itu.
"Apa kita sudah dilupakan Fiza? " tanya Madan.
"Pasti dia akan ingat kita,walau itu mustahil " sahut Liana.
Liana bahkan tak dapat menahan air matanya. Terharu menyaksikan putrinya saat itu. Namun ia juga sedih karena tak ada sedikitpun putrinya itu menyinggung soal keluarganya.
'Apa kamu benar-benar melupakan kami nak? ' batin Liana yang sama dengan Ilham.
Liana berdiri ingin pergi saat Fiza mengucap hamdalah. Namun ia tak jadi pergi kala Fiza memanggil orang tuanya dan abangnya.
,,,
"Ayah.. Bunda.. Abang.. Kalian pasti lihat Fiza berdiri disini, apa kalian bangga? Atau kalian semakin jijik dengan Fiza? "
DEGH!
"Maafkan Fiza yang hanya bisa membuat kalian malu. Tapi ketahuilah bahwa Fiza bukanlah orang seperti itu. Fiza tak mungkin menjual kehormatan Fiza hanya demi kepuasan dunia semata. Dengarkan Fiza. Fiza disini untuk kalian bertiga. Fiza akan menepati janji Fiza membawakan kalian mahkota. Tunggu Fiza, Fiza rindu dengan kalian, Fiza ingin bertemu kalian. Cukup 2 tahun itu menyiksa Fiza,untuk kedepannya jangan lagi. Percaya dengan Fiza. Ketahuilah, kesuksesan Fiza disini berkat doa kalian ,terima kasih Ayah.. Bunda.. Abang"
Tes!
Air mata Liana menetes membasahi pipinya. Ilham pun tak bersuara lagi, teringat ia akan kejadian 2 tahun lalu yang dengan lantang ia mengusir putrinya itu. Namun ternyata pengusirannya itu menjadi buah berkah untuk putrinya.
'Maafkan ayah nak.. Maafkan ayah' batin Ilham
Madan juga sedari tadi menahan tangisnya. Lucu baginya jika ia menangis dihadapan orang tuanya walaupun hal itu wajar.
***
Seminggu setelah tayangan televisi itu. Madan yang baru datang dari mengajar dipondok itu berlari masuk dan kekamar sang bunda.
"Ada apa nak? " tanya Liana panik, tapi berusaha untuk tenang.
"Bunda.. Ayah bun! Ayah kecelakaan " ujar Madan ngos-ngosan.
Degh!
Liana sangat syok, ia bahkan hampir pingsan dibuatnya. Untung dengan sigap Madan menahan tubuh sang bunda agar tak jatuh dan masih sadar sebelum pingsan.
"Dimana ayah sekarang? " tanya Liana.
"Ayah sudah dibawa kerumah sakit bun" sahut Madan.
"Kita juga kerumah sakit sekarang" ujar liana
Madan hanya mengangguk lalu membantu sang bunda untuk berjalan menuju mobil.
Setelah mengunci pintu, Madan segera pergi ke mobil dan menjalankan segera menuju rumah sakit.
***
Liana dan Madan tiba dirumah sakit. Madan yanh sudah mengetahui dimana Ilham dibawa, ia pergi kesana bersama sang bunda.
Terlihat disana ada Kiara, Aruna, seorang anak kecil yang kira-kira berumur satu tahun berada digendongan Aruna, ada juga orang tua Kiara dan Aruna juga kakek dan nenek.
"Gimana mas Ilham yah? " tanya Liana pada ayah mertuanya itu.
"Dokter bahkan belum keluar Lia" sahut kakek.
Liana mengusap wajahnya dan berusaha menahan tangisnya. Jika ia dalam keadaan terpuruk seperti ini, biasanya Fiza lah yang akan menenangkannya. Namun putrinya itu kini jauh dari dirinya.
Tak lama dokter keluar.
"Dok! Gimana keadaan suami saya? " tanya Liana langsung menghampiri dokter.
"Apa diantara kalian ada yang bernama Hafizah? " tanya Dokter
DEGH!
Mereka saling bertatap mata.
"Putri saya tidak ada disini, dia berada diluar negri menempuh perjalanan belajar nya" sahut Liana membuat mereka yang lain terkejut.
"Saya putranya dok.. Apa saya saja yang masuk? " tanya Madan.
Dokter menatap Madan.
"Tapi pasien tak ingin berjumpa dengan siapapun selain putrinya bernama Hafizah" sahut Dokter.
"Tapi dok-"
"Saya disini" ucap seseorang.
Semua mata menoleh ke arah orang itu. Saling berpandangan tentu.
"Saya Hafizah" ujar orang itu yang tak lain adalah Fiza.
Dokter awalnya ragu. Namun Fiza mendesak agar ia diizinkan masuk kedalam. Akhirnya Dokter mengizinkan masuk.
"Ayah.. " ucap Fiza pelan dan menghampiri sang ayah. Ilham menoleh ke arah orang yang memanggilnya itu. Betapa terkejutnya ia saat melihat perubahan pada diri orang itu sebelum ia menyadari itu putrinya.
"Ini Fiza yah" ucapnya. Fiza lalu melepas burqo yang ia pakai. Terpampang lah wajah cantik nan berseri itu dihadapan Ilham. Ia menitikkan air matanya. Kecantikan tiada tara setelah ibu dan istrinya.
"Fizaa" lirih Ilham pelan.
Fiza menghampiri sang ayah dan sangat dekat. Ia mencium tangan cinta pertamanya itu dengan ta'dzim.
"Ayah.. Fiza kangen ayah" ucap Fiza.
"Ayah juga kangen kamu nak" ujar Ilham.
"Fiza" panggil Ilham.
"Iya ayah? " sahut Fiza.
"Maafkan ayah nak.. " ucap lelaki itu.
Fiza menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Ia mengelus pipi lelaki yang sangat ia rindui.
"Ayah kecelakaan kan? Apapun penyebabnya baik itu salah ayah atau orang lain, Fiza gak peduli.. Yang Fiza mau saat ini adalah Ayah harus sembuh" ujar Fiza tersenyum.
Ilham ikut tersenyum melihat senyum gadis kecilnya. Hatinya menjadi tenang saat itu juga.
"Ayah harus sembuh, karna Fiza membawa seseorang kesini" ujar Fiza.
Degh!
"Siapa nak? Suamimu? " tanya Ilham terkejut.
"Masih calon yah.. Dia akan menemui ayah, makanya ayah cepat sembuh ya" mohon Fiza sambil tersenyum.
Ilham lagi-lagi tersenyum melihat gadis kecilnya yang kini sudah dewasa.
"Ayah akan sembuh " ujar sang ayah.
Keduanya berpelukan. Fiza kini menemukan titik terhangatnya. Yang mampu menghangatkan tubuhnya yang dingin.
"Fiza sayang ayah" ucap Fiza lirih ditelinga Ilham.
"Ayah juga sayang Fiza" ujar Ilham.
***
Sore harinya Ilham sudah dipindah diruang rawat biasa.
Fiza yang tadi siang pulang ke pondok kini kembali lagi namun ia bersama 3 orang.
TOK TOK TOK!
Pintu terbuka dan mereka dipeesilahkan masuk.
"Mari" ajak Fiza.
3 oranh itu mengikuti Fiza hingga sampai didekat bangkar Ilham.
Ilham bingung dan bertanya-tanya siapa yang di ajak sang anak itu.
"Ayah.. Kenalin, ini gus Fatih, dan ini orang tuanya, kyai Hamid dan ustadzah Laela" ucap Fiza
DEGH!
"Punten gus.. Ini ayah saya, ayah ilham, dan disitu bunda saya Liana dan itu juga abang saya Madan"
"Yang disana keluarga besar saya"
"Salam kenal semuanya" ucap kyai Hamid.
Kyai Hamid pun mengutarakan maksudnya datang kerumah sakit. Selain untuk menyambung tali silaturrahim, Kyai Hamid juga mengutarakan maksud dan tujuannya yaitu ingin menikahkan putra mereka dengan putri Ilham.
Tentu Ilham dan Liana senang mendengarnya. Mereka sangat bersyukur putri mereka dilamar oleh keluarga yang bergelayut dengan agama.
Setelah banyak berbincang, Kyai Hamid pamit pulang, tak lupa juga Fatih yang sudah jatuh cinta pada Fiza itu pamit padanya.
Sepulangnya keluarga kyai Hamid, Fiza pamit keluar sebentar.
Anak Kiara yang sudah rewel itupun membuat Kiara dan Aruna harus pulang juga. Mereka berpamitan pulang lebih dulu.
Walau ada rasa amarah dalam diri Ilham, Liana, dan Madan pada Kiara, tapi mereka sepakat diam dari sifat Kiara 2 tahun lalu yang memfitnah putri mereka serta memalukannya dengan foto editan tak senonoh.
Dilobby rumah sakit, Kiara, Aruna dan Fiza bertemu. Fiza awalnya acuh dan mengabaikan keduanya. Namun ternyata Kiara memanggilnya.
"Fiza"
Fiza berhenti dan berbalik. Rasa kesal ditambah emosi dihatinya masih bergejolak setiap kali mereka bertemu.
"Aku mau minta maaf" ucap Kiara. Tanpa wasit tanpa peluit, Kiara memeluk Fiza. Fiza yang iba pun membalas pelukan sepupunya.
"Maafkan aku yang dulu membuatmu malu" ujar Kiara.
"Sudahlah Ra.. Lupakan, aku tidak mau semuanya menjadi permusuhan lagi " ucap Fiza.
Kiara menatap mata Fiza. Karena hanya bagian itu saja yang terlihat walau masih terhalang burqo.
"Tolong maafkan aku" ujar Kiara
"Aku sudah lama memaafkanmu" sahuh Fiza
Degh!
Keduanya saling berpelukan lagi. Aruna menghampiri Fiza dan Kiara.
"Fiza"
"Hm? "
"Maafin aku soal 2 tahun yang lalu" ujar Aruna penuh sesal.
Dibalik burqonya, Fiza tersenyum.
"Sudahlah.. Jangan diingat, aku tidak akan memberi tau orang-orang tentang kalian" ucap Fiza.
"Sungguh" ujar Aruna.
"Sungguh" sahut Fiza.
Aruna tersenyum.
Fiza melihat anak kecil dalam gendongan Aruna yang tertidur.
"Ini anak kalian? " tanya Fiza
Kiara dan Aruna mengangguk dan tersenyum. Fiza juga ikut tersenyum.
"Cantik sekali. siapa namanya? " tanya Fiza.
"Cantika Kirana" sahut Kiara.
"Cantik nama dan wajahnya" ucap Fiza mengelus pipi ponakannya itu. Mereka tertawa kecil.
***
2 hari kemudian, Ilham sudah diperbolehkan pulang. Keluarha sudah mendapat maaf dari Fiza. Kini mereka membantu Fiza dalam persiapan acara pernikahan gadis itu.
***
"Qobiltu nikahaha watazwijaha alal mahril madzkuur wa radhitu bihi wallau waliyyut taufiq"
"Barakallahulakuma wa baraka 'alaikuma wajama'a bainakuma fi khoir"
***
Fiza dan Fatih kini digiring untuk sungkem kepada wali mereka. Setelah itu terlihat 3 orang santri ponpes Kyai Hamid membawkan 3 mahkota yang terukir masing-masing nama yang Fiza pinta.
Fiza menarik abangnya agar bergabung dengan kedua orang tuanya. Dengan didampingi Fatih, Fiza meraih satu mahkota.
"Janji Fiza tak akan Fiza lupakan. Ini mahkota untuk Ayah, terima kasih ayah" ucap Fiza lalu meletakkan mahkota itu diatas kepala Ilham.
Berpindah lagi kepada Liana.
"Terima kasih Bunda.. Ini janji Fiza pada Bunda" ujar Fiza sambil meletakkan mahkota ke atas kepala Liana.
Dan berpindah kepada Madan.
"Terima kasih abang... Fiza sudah menepati janji Fiza" ucap Fiza meletakkan Mahkota ke atas kepala Madan.
Madan pun tak tahan dan memeluk sang adik yang sangat ia sayangi itu.
Ilham, Liana juga tak tinggal diam, mereka semua berpelukan layaknya teletubis tapi bukan teletubis.
Kebahagiaan terpancar dari diri mereka. Begitu juga para keluarga dan tamu undangan yang baper melihatnya.
"Fiza juga sudah menyiapkan mahkota untuk kalian disurga" ucap Fiza. Mereka menambah erat pelukan. Penderitaan Fiza kini sudah terbayar. Dirinya sangat bahagia. Bersama keluarganya juga keluarga barunya. Yaitu Suaminya dan keluarga suaminya.
The end~
Terima kasih sudah membaca, semoga suka <3