Berita kematian mahasiswa di Universitas Kertajaya menyebar luas ke seluruh penjuru negeri. Kasus kematian mahasiswa yang ditemukan di gedung tua kampus tidak diketahui penyebabnya, saat dilakukan penyelidikan oleh polisi terdapat tali tambang yang bertengger di lehernya dan obat-obatan terlarang ditemukan di tangan mahasiswa tersebut. Polisi kemudian menyimpulkan bahwa penyebab kematian mahasiswa tersebut adalah bunuh diri dan kasus ini ditutup.
Ale, mahasiswa semester 2 jurusan Kriminologi merasakan hal yang janggal dengan kasus tersebut. Ia berusaha meminta izin kepada polisi untuk pergi ke TKP dan melihat berkas kasus tentang mahasiswa tersebut. Namun polisi menolaknya dengan alasan kasus sudah ditutup dan hanya pihak kepolisian yang boleh melihat berkas kasus tersebut. Ale tidak akan menyerah secepat itu, diam-diam ia pergi ke gedung tua itu pada malam hari untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Pada malam hari, kampus hanya segelintir orang yang tersisa. Biasanya mahasiswa akhir semester yang sedang mengerjakan skripsinya. Ini kesempatan yang bagus bagi Ale untuk menyelinap masuk ke gedung itu. Saat melewati gedung fakultas Teknik & Ilmu Komputer, seseorang menyeret jaket yang dipakai oleh Ale. "Siapa kau? mengapa terlihat mencurigakan seperti itu?" Ale panik dan menoleh ke samping rupanya itu adalah Java. Mahasiswa semester akhir jurusan Teknik Informatika yang terkenal sifat nyentrik dan suka mengencani banyak wanita. "Eh, Kak Java rupanya" Ale memasang gummy smile-nya untuk mengurangi kecurigaan dari mahasiswa semester akhir itu. "Apakah kau mengenalku?" Java melepas cengkramanya. "oh, tentu saja. Bukankah kau adalah kak Java? Mahasiswa paling tampan di fakultas teknik dan ilmu komputer" puji Ale, membuat Java menghedikkan bahu bangga.
"Cukup pujiannya, jawab pertanyaanku tadi" Ale menjadi kikuk, memutar otak untuk mencari jawaban yang tepat. "Saya Ale, ma—mahasiswa jurusan teknik informatika semester dua! benar! saya tidak sengaja meninggalkan barang di kelas, jadi saya hendak mengambilnya" alasan yang tiba-tiba terpikirkan olehnya. "Kau pikir aku bodoh? aku setiap hari di sini dan mengenal semua adik tingkatku, dan wajahmu juga terlihat asing" Mahasiswa semester 2 itu mendecih, rupanya pria di depannya ini tidak bisa dibohongi. "Jangan katakan padaku bahwa kau sedang mencari tahu tentang kasus itu" imbuh pria itu, Ale membelalakkan mata "bagaimana kau bisa tahu?" Pria itu melihat Ale dari bawah hingga atas, "Aku melihat kartu mahasiswa yang kau kalungkan itu, jurusan kriminologi bukan? untuk apa anak kriminologi berada di gedung IT kalau bukan untuk melihat gedung tua itu" Ale mengutuki dirinya dalam hati, ingin rasanya ia melarikan diri sekarang juga. "Aku bisa membantumu soal itu, tetapi kita tidak bisa langsung melakukannya hari ini, polisi masih menjaga tempat itu. Maka dari itu kita harus menyusun rencana yang matang" mendengar hal itu Ale menyetujuinya dan pulang atas suruhan kakak tingkatnya itu.
Keesokan harinya mereka bertemu lagi, namun kali ini Java membawa temannya Darwin, mahasiswa semester akhir jurusan Forensik. Bersama mereka meneliti tempat itu di malam hari, meretas situs kepolisian untuk mengambil data-data kasus dan menganalisis bukti-bukti yang ditemukan.
Dari data yang ditemukan, mahasiswa tersebut tidak melakukan bunuh diri. Terdapat kejanggalan yang ditemukan. Mahasiswa tersebut tidak mengonsumsi narkoba sama sekali, di bagian lehernya memang ada bekas tali namun sebelum itu ditemukan bekas cengkraman tangan seseorang, tubuh mahasiswa itu juga penuh dengan luka yang tampak seperti dianiaya. Mereka bertiga terkejut, sepertinya pihak kepolisian berusaha untuk melindungi si pelaku.
Kali ini mereka berbuat lebih nekat lagi, mereka mencoba untuk menyusup ke dalam kantor polisi. Java meretas semua kamera pengintaian dan akses masuk, Darwin meneliti dan mengambil bukti pada jasad mahasiswa tersebut, sedangkan Ale mencari barang bukti yang disimpan di ruang arsip.
"Dengan bukti-bukti ini kita bisa tau siapa yang pelakunya" ucap Java saat mereka sudah pergi dari tempat itu. "Aku menemukan ada 5 tusukan di perut, memar di kepala, gigi taring patah di sebelah kanan, bekas cengkraman di leher, di kaki dan di tangan, lalu—" Darwin menghentikan ucapannya, "lalu apa?" yang termuda bertanya. "ditemukan bekas pemerkosaan dan miliknya robek" Java bergidik ngeri "tunggu, bukankah mahasiswa itu adalah seorang pria?" Ale merasa heran. "Hei, pria bisa juga dengan pria kau tahu?" mahasiswa semester dua itu penasaran bagaimana hal itu bisa terjadi, "cukup, jangan dibahas lagi" Java membuka laptopnya "besok kampus mengadakan Dies Natalis kita bisa ambil kesempatan buat mencari pelakunya" Ale dan Darwin mengangguk.
Paginya mereka berkumpul di kantin, Java membawa 1 orang yang tidak masuk dalam rencana. "Siapa dia?" tanya Ale, "Dia Charles, panitia acara Dies Natalis. Aku meminta bantuannya untuk melancarkan rencana kita, tenang dia bisa dipercaya" jelas Java. Kemudian mereka mulai rencana mereka, menyebarkan gosip tentang kasus mahasiswa yang disabotase. Dan pada akhirnya pelaku mengambil umpan, dengan gerakan panik dia pergi ke tempat sepi dan menelepon seseorang. Ale dan Java pun bergegas menangkap orang itu, mereka membawanya ke kantor polisi.
"Pak, ini dia pelakunya. Orang yang sudah membunuh mahasiswa itu dan kami sudah mencocokkan buktinya, itu semua dia pelakunya pak!" ujar Ale. Polisi saling melihat satu sama lain, kemudian menangkap kedua mahasiswa itu. "Loh pak? Kenapa kami yang ditangkap, yang salah itu dia" Java memberontak tak terima. "Kalian, kami tangkap karena telah membobol kantor polisi dan mencuri bukti-bukti yang ada" Java dan Ale pun dimasukkan ke dalam sel penjara, mendengus kesal karena mereka terlalu gegabah. Terlalu berlarut dalam kegagalan sehingga tidak menyadari bahwa Darwin tidak bersama mereka.
Orang itu tersenyum miring, Darwin tidak menyangka orang yang menangkapnya adalah Charles, panitia acara Dies Natalis. "Darwin.... Darwin.... Mahasiswa Forensik semester akhir kenapa harus bermain-main dengan anak kecil? siapa namanya? Ah benar, Ale. Si kecil bodoh itu merasa detektif yang hebat karena meneliti kasus ini, dia bahkan tidak tahu bahwa kau dan Java pun terlibat kasus ini" Darwin memalingkan mukanya. "Bukankah kalian ada hubungannya dengan kasus ini?" Charles terkekeh. "apa maksudmu? mengapa kami terlibat?" Darwin bingung.
Geo adalah sahabat karib Java dan Darwin, mereka sudah berteman sejak duduk di bangku SMA. Namun karena suatu kesalahpahaman, mereka memutuskan untuk tidak berteman lagi sejak semester 2 lalu.
Charles mengambil sebuah dirjen, membukanya dan menuangkan cairan yang berbau bensin itu keseluruh ruangan.
"Aku berterimakasih padamu Darwin, karena sudah mengenalkanku pada Geo. Kau tahu? Saat melihat dia yang begitu ketakutan itu sangatlah sexy, aku tanpa sadar ingin melakukannya dan dia ternyata pandai melakukan hal itu, meski pada akhirnya....mati" Charles tertawa terbahak-bahak "Dasar bajingan mesum" Darwin menatap tajam kearahnya, "Jangan menatapku dengan tatapan itu, itu membuatku cukup terangsang" Charles tersenyum miring dan mulai menyalakan korek api yang berada di tangannya sejak tadi.
"Apa yang ingin kau lakukan? matikan koreknya dan lepaskan aku!" mahasiswa jurusan forensik itu panik dan berusaha melepaskan diri.
"Eits, itu akan sangat tidak adil. Kau tahu bagaimana nasib kedua rekanmu itu? mereka akan mati dipenjara karena ayahku, sang komandan kepolisian sudah memasukkan orang-orang suruhannya untuk menghabisi mereka. Jadi kau pun juga harus merasakannya meski dengan cara yang berbeda."
"Ini adalah akibat dari kalian yang terlalu mencampuri urusan orang lain, jadi nikmatilah waktumu selagi bisa sampai api ini membakar habis tubuhmu" Charles membalikkan badan dan melemparkan korek api yang menyala ke lantai dan ruangan itu terbakar bersama teriakan Darwin yang begitu tersiksa.
-end