Adinda, perempuan yang baru berulang tahun di umur 20 tahun. Tidak disangka mendapatkan kado ulang tahun yaitu dijodohkan dengan ku yang berumur 30 tahun. Bukannya aku menolak, tapi aku lebih pantas dipanggil om daripada mas. Apalagi dia sangat polos dan begitu cantik diusianya yang sangat muda. pernikahan kami pun berlangsung dengan baik namun Dinda selalu diam semenjak kamu bertemu. Di saat malam pertama aku dengannya duduk bersebelahan.
"Dek, mas buka ya..."
Pinta ku.
Namun ia mengelak dengan memukul lengan ku yang mencoba menyentuh bajunya.
"Enggak!"
Teriaknya.
Aku pun dengan paksa memegang kedua pundaknya dan hendak mencium nya
"Sekali aja, mas udah gak tahan"
Pinta ku.
Dinda pun mendorong ku dengan keras sampai aku terhantam ke kasur yang langsung rubuh. Dinda pergi keluar dari kamar dan pergi ke kamar orang tuanya.
"Ibu...!"
Panggil Dinda.
Namun panggilan itu tidak dihiraukan karena kedua orang tuanya sedang menutup dir dengan selimut. Dinda yang polos melihat itu biasa saja, ia malah mendatangi kedua orang tuanya dan ketika ia membuka selimut betapa terkejutnya ia.
"Ibu, ayah.. mas pegang-pegang aku"
Panggil nya lagi.
Ternyata kedua orang tuanya sedang tidak mengenakkan pakaian. Melihat itu Dinda tercengang. Sedangkan ibunya cekikan malu dan langsung menutup setebgah wajahnya karnaa malu di lihat oleh anaknya.
Keesokan paginya kamar kami di bawa oleh tukang keluar dari rumah. Sedangkan Dinda terlihat berpakaian rapi dan hendak pergi namun dihentikan ibunya.
"Dinda"
Panggil ibunya.
"Ada apa Bu?"
Tanya Andin yang berhenti pergi dan berbalik ke arah ibunya.
"Nih"
Ucap ibunya sambil menyerahkan sebuah bekal berukuran besar.
"Wah besar sekali, makasih mah"
Balas Dinda yang senang dan langsung mengambil bekal tersebut.
"Ini bukan buat kamu"
Ucap ibunya kesal.
"Lah, terus ini untuk siapa?"
Balas Dinda.
"Ini untuk suami kamu"
Ucap ibunya.
"Mas kan sudah gede ngapain dikasih bekal. Baik buat aku aja yang masih pelajar"
Balas Dinda.
"Aduh kamu ini, buat ini untuk permintaan maaf mu ke dia soal malam tadi"
Ucap ibunya.
"Tapikan.."
Sela Dinda.
Namun aku baru keluar dari kamar aku sudah di tatap oleh mertua ku dan istri ku.
"Ada Bu? Kenapa pada ngeliatin aku gitu?"
Tanya ku.
Dinda pun disenggol-senggol ibunya.
Dinda dengan terpaksa pun menghampiri ku dan menyerakah sebuah bekal di hadapan ku dengan wajahnya yang cemberut.
"Apa ini?"
Tanya ku
"Bekal, untuk permintaan maafku malam tadi"
Jawab Dinda.
"Ciye, jadi kamu lagi godain aku"
Canda ku
"Enak aja, mau ku.."
Ucap nya namun dihentikan oleh lu yang langsung berbisik didekatnya sambil mengambil bekal tersebut.
"Terimakasih kasih untuk malam tadi, istri ku"
Balas ku yang langsung pergi melewatinya dengan bersalaman dengan ibu mertua.
"Hei!"
Teriak nya kesal sambil berbalik melirik ku.
Di malam hari aku sedikit terlambat pulang karena macetnya jalan.
Sedangkan di rumah terlihat Dinda sedikit khawatir dengan aku yang tidak kunjung pulang sampai di jam 11.30. ibunya menghampiri nya karena melihat nya yang sedang gelisah.
"Lagi mikirin suamimu ya"
Ucap ibunya.
"Gak.. aku lagi .."
Balas Dinda yang mencoba mengelak namun tidak tau lanjutkan ucapan nya.
Ibunya pun duduk disebelah nya yang sedang duduk di atas kasur baru yang baru diganti setelah kejadian malam sebelumnya.
"Dinda, kamu kalo ditusuk-tusuk sama mas, pasrah aja"
Ucap ibunya.
"Gak ah, emangnya Dinda sate ditusuk-rusuk"
Balas Dinda.
"Dengerin dulu. Ya awalnya sakit dikit tapi lama-lama jadi enak"
Lanjut ibunya
sambil memukul-mukul pelan pundaknya. Namun Dinda masih menampilkan wajah cemberutnya.
Tok.. tok.. suara pintu.
Dinda yang mendengar itu langsung pergi keluar kamar.
"Dinda?!"
Panggil ibunya.
Saat pintu rumah terbuka ia melihat suaminya didepannya dengan wajah lesu.
"Mas"
Panggil Dinda.
"Din.."
Jawab ku yang langsung terjatuh pingsan di pundaknya. Melihat itu Dinda jadi cemas ia pun menyeret ku masuk ke kamar dengan bantuan ibunya.
"Mas, kamu kenapa?"
Tanya Dinda sambil membaringku ke kasur kami.
Aku pun tersadar dan langsung menyeretnya ke kasur. Ibunya yang melihat itu pun langsung pergi dengan hati-hati agar tidak menganggu kami.
Ketika aku memeluknya ia tidak mengelak seperti kemarin malam.
"Kamu tidak memukul ku?"
Tanya ku.
"Memangnya aku preman"
Jawab Dinda
Aku pun tersenyum dan mengecup bibirnya. Ia terlihat malu dan menutup wajah malunya. Aku pun jadi gemes.
"Enak kan"
Ucap ku.
Dinda pun mengangguk mengiyakan.
Akupun mencium keningnya dan ia jadi tambah malu.
"Kamu lucu banget"
Ucap ku yang terus berulang-ulang mengecup bibirnya dan ia jadi kesal dengan menahan kepalaku. Dan tidak ku sangka ia begitu berani mencium bibir dengan brutal.
Kami berdua pun menghabiskan malam itu dengan beradegan panas. Setelah kami selesai melakukan itu kami tampak kelelahan dan tubuh kami dipenuhi keringat.
"Itu tadi enak banget mas"
Ucap Dinda.
Aku yang mendengar itu jadi tidak tahan aku pun menyergapnya dan kami terus melakukan itu sampai pagi dan pemandangan itu diakhiri dengan malam yang diwarnai hujan gemuruh.
TAMAT.