Avell dan Sydney telah menjalin hubungan jarak jauh (LDR) selama satu tahun. Mereka bertemu di permainan Mobile Legends dan berusaha menjaga hubungan meski terpisah jarak. Suatu hari, saat Avell berolahraga di gym, ia menerima pesan dari Sydney yang bertuliskan, “Aku kangen, sudah lama kita nggak ketemu. Ayo ketemuan!” sambil mengirimkan stiker lucu.
Avell hanya membalas dengan “ok,” membuat Sydney kesal karena ia berharap untuk mendapat balasan yang lebih. “Kok cuman bales ‘ok’ doang? Maksud aku tuh tentuin dong lokasinya. Kamu yang kesini atau aku yang kesana?” tulisnya lagi. Avell pun meminta maaf dan mengusulkan untuk bertemu di sebuah tempat ice skating yang tidak terlalu jauh, di mana juga ada banyak hiburan. “Ya, ayo kita ketemuan di sana,” jawab Sydney dengan semangat.
Keesokan harinya, Avell berangkat lebih awal, sangat ingin bertemu Sydney. Begitu juga dengan Sydney, mereka akhirnya bertemu setelah sekian lama. Selama ini, mereka hanya berkomunikasi lewat video call dan bermain game bersama.
Saat sudah sampai di tempat ice skating, Avell melihat sekeliling mencari Sydney, napasnya terengah-engah dan jantungnya berdegup cepat. Namun, Sydney lah yang lebih dulu menemukannya. Ia memeluk punggung Avell seolah tahu bahwa yang dipeluknya adalah Avell. Avell membalikkan badan dengan tenang dan mendapati senyum manis Sydney serta suara tawanya yang menggembirakan. “Kaget gua! Kirain siapa orang asing tiba-tiba meluk, taunya calon istri gua,” ucap Avell.
Sydney tersenyum, wajahnya memerah. “Bisa aja lu, DODOL!”
Momen itu membuat mereka tertawa, seolah sudah sering bertemu. Avell, yang biasanya cuek dengan cewek, menunjukkan sikap lembut dan perhatian di depan Sydney. Mereka makan bersama, berbagi cerita, dan berfoto. Di momen itu juga, mereka bermain ice skating. Sydney, yang sudah terbiasa, mengajari Avell bermain sambil menertawai Avell yang sering terjatuh. Setelah dua jam belajar, Avell akhirnya bisa, meski masih kaku. Sydney tersenyum lembut dan berkata, “Avell, ayo cobain dansa bareng.”
Avell menjawab, “Hadeh, gw aja masih kaku gini, mana bisa.”
“Bisa kok, asal kamu ikutin arahan aku, oke?” balas Sydney dengan tatapan lembut dan tawa manisnya.
Avell merasa lebih percaya diri, dan mereka mulai berdansa di atas es. Meski terlihat kaku, berkat bantuan Sydney, semua kesalahan tertutupi. Saat Avell mengangkat Sydney ke atas, ia melihat wajah cantik Sydney, lalu sengaja menjatuhkan diri, sehingga Sydney ikut terjatuh ke pelukannya.
“Yaampun, maaf kamu, nggak apa-apa kan, Avell? Kamu harusnya lebih hati-hati,” ucap Sydney. Avell mempererat pelukannya ke Sydney yang berada di atasnya. Pengunjung lain menyaksikan momen manis itu. Sydney yang merasa malu mencoba bangkit, namun karena kehangatan tubuh Avell, ia malah memeluk balik Avell. “Lu mau sampai kapan di atas gua, anjir,” ucap Avell, sambil tertawa.
Sydney bangkit sedikit kesal, namun wajahnya merah karena malu. “Ya iya, ini gua bangun,” jawabnya.
Hari semakin larut, dan Avell memutuskan untuk mengakhiri pertemuan mereka, khawatir terhadap kesehatan Sydney di malam yang dingin. “Ayo pulang, Sydney,” seru Avell. Sydney mengangguk, tetapi sebelum pulang, mereka mengunjungi sebuah toko mie ayam yang ramai.
“Mie-nya enak nggak, Sydney?” tanya Avell. Sydney menjawab sambil makan, “Iya, enak, pantesan rame gini.”
Melihat sisa makanan di pipi Sydney, Avell segera mengusapnya sambil berkata, “Makan tuh yang bener, belepotan kaya bayi aja,” sambil tersenyum. Sydney membalas dengan senyuman, wajahnya merah. “I-iya, makasih. Kalo gitu, aku telepon papa buat jemput aku, soalnya dia udah tahu kok kalau kita punya hubungan.”
“Ya tentu saja, aku tungguin sampai papa kamu dateng,” jawab Avell.
Tak lama kemudian, ayah Sydney datang menjemput dengan mobil sedan hijau tua. Dari jauh, ia melambaikan tangan. “Aku duluan ya, Avell. Makasih ya untuk hari ini. Aku seneng banget, hehe,” kata Sydney.
“Ya sama-sama,” jawab Avell, sambil mengantar Sydney ke ayahnya dan sedikit berbincang. Setelah mobilnya mulai menjauh, Avell pulang dengan motor custom hitam yang elegan. Meskipun hatinya dingin, ia merasa hangat saat bersama Sydney.
Setibanya di rumah, Sydney terus mengabari Avell dan mengirimkan foto dirinya mengenakan piyama bergambar beruang. Avell hanya membalas dengan emotikon jempol, yang membuat Sydney bad mood.