Di suatu sore yang cerah di Bandung, Raka, seorang pemuda yang baru saja pindah ke kota itu, tengah menikmati suasana sejuk di Taman Balai Kota. Sambil duduk di bangku taman, matanya tertuju pada seorang gadis yang sedang sibuk memotret bunga-bunga di sekitarnya. Wajahnya tampak cerah, dengan senyum yang sesekali muncul saat ia berhasil menangkap gambar yang indah.
Rehan tak bisa menahan diri untuk tidak mendekat. "Bunga-bunganya indah, ya?" sapanya pelan. Gadis itu menoleh dan tersenyum, "Iya, Bandung memang penuh kejutan kalau kita mau meluangkan waktu untuk melihat."
Percakapan mereka berlanjut dari bunga hingga kehidupan di Bandung. Gadis itu bernama Laras, seorang mahasiswi seni yang selalu menemukan inspirasi dari setiap sudut kota. Hari-hari berlalu, dan setiap kali mereka bertemu, obrolan ringan di taman berubah menjadi perbincangan hangat tentang mimpi, harapan, dan masa depan.
Bandung menjadi saksi dari benih-benih cinta yang tumbuh di antara mereka. Setiap jalanan, kafe, dan sudut kota seakan menyimpan kenangan manis yang tak terlupakan. Hingga akhirnya, di bawah langit senja di Dago, Rehan pun memberanikan diri mengungkapkan perasaannya.
"Bandung memang penuh kejutan, tapi yang paling indah adalah saat aku bertemu denganmu," ujar Rehan dengan tulus. Laras terdiam sejenak, namun senyumnya tak bisa ia sembunyikan. "Aku juga merasakan hal yang sama," jawabnya pelan.
Sejak hari itu, Bandung bukan hanya sekadar kota tempat mereka tinggal, tapi juga menjadi kota tempat cinta mereka bertumbuh.