Bahkan saat ini aku masih gemetar. Setiap kali bayanganmu melintas di pikiranku, jantungku berdetak lebih cepat. Entah sudah berapa lama perasaan ini muncul, tapi tak pernah sekalipun aku punya keberanian untuk mengungkapkannya. Kamu selalu ada di pikiranku, setiap saat, tanpa henti. Ada rasa kagum dan kekagetan setiap kali melihatmu tersenyum, atau saat suaramu terdengar begitu lembut di antara tawa-tawa kecilmu.
Aku ingin memberitahumu, sungguh. Rasanya seperti ada ribuan kata yang tertahan di ujung lidahku, tapi mereka selalu hilang begitu saja saat aku menatapmu. Aku terlalu malu. Setiap kali aku mencoba mendekat, ada sesuatu yang menahan langkahku—rasa takut, mungkin? Takut jika kamu tak merasakan hal yang sama, takut jika kata-kataku hanya akan membuat segalanya berubah menjadi canggung.
Pagi ini, aku melihatmu duduk di sudut kafe favorit kita, seperti biasa, dengan buku di tanganmu dan secangkir kopi di depanmu. Ingin sekali aku menghampirimu, membuka percakapan, atau bahkan sekadar duduk di sebelahmu. Namun, aku hanya berdiri di ambang pintu, memandangi pemandangan yang membuat hatiku semakin berdebar.
Mungkin suatu hari aku akan punya keberanian. Mungkin suatu hari aku bisa berkata dengan lantang, bahwa kamu adalah sosok yang selalu mengisi pikiranku. Tapi untuk sekarang, aku hanya bisa menunggu. Aku menunggu hingga saat itu tiba—saat aku tak lagi malu untuk mengungkapkan apa yang telah terpendam di hati ini selama ini.