Udara dingin yang menusuk hingga kedalam tulang,perasaan hampa yang terus menekan jiwa dan air mata yang tidak lagi ingin keluar.Sejak kapan aku merasakan hal bodoh seperti ini?Apakah ini akhir dari segala pengorbanan yang telah aku lakukan setelah menumbalkan berbagai macam hingga kesucian ku sendiri.
"Lagi-lagi harus aku yang menyiapkan sarapan,Mama ngapain sih?kayak capek banget padahal di rumah doang!"
gumam ku.
Dengan perasaan kesal aku berjalan menuju kamar Orang tua ku dan tanpa pikir panjang langsung membuka pintu kamar mereka dengan sangat kencang hingga membuat mereka berdua serentak terbangun dengan wajah kaget yang nampak sangat menyebalkan bagi ku.
"Mama!bangun lah,udah pagi masih aja tidur!aku mau sarapan!"
teriak ku dengan sekuat tenaga.
Dengan wajah bodohnya yang nampak sangat ling-lung,Mama pun berjalan menghampiri ku dan meminta maaf karena dia terlambat bangun hari ini.Dia pun bergegas menuju dapur dan menyiapkan sarapan untuk ku beserta adik-adik ku dengan tangannya yang sudah sangat keriput dan gemetaran itu.
Setelah sarapan,aku langsung berjalan menuju keluar rumah dan memasang sepatu yang sudah aku siapkan.Mama berjalan menghampiri ku dan mengelus kepala ku dengan tangan keriputnya yang menjijikan itu.
"Udah ah,jangan sok baik."
hardik ku sambil menepis tangannya.
Setelah melakukan hal itu,aku berjalan pergi tanpa menoleh sedikit pun kearah belakang karena itu akan membuat ku semakin menyesal setelah melakukan berbagai macam hal-hal kasar itu kepada Mama yang sangat aku cintai.
Setibanya di sekolah,aku langsung berakting seolah-olah aku adalah murid teladan yang hanya memikirkan pelajaran tanpa terjerat berbagai macam masalah,itu membuat ku nampak sangat sempurna bahkan tidak sedikit adik kelas yang menjadikan aku sebagai role model mereka.
Aku terus berusaha untuk menjadi yang terbaik hingga aku lulus dari sekolah dengan peringkat pertama dan berhasil mendapatkan beasiswa full untuk jenjang pendidikan ku yang selanjutnya.
Terlahir sebagai anak perempuan pertama yang sangat disayang oleh orang tua ku membuat aku harus berusaha lebih keras agar mereka rela melepaskan aku untuk pergi jauh dari dekapan mereka yang seringkali membuat ku sesak nafas itu.
berbagai macam yang aku lakukan hingga membuat mereka menangis karena sakit hati akan perilaku yang aku lakukan kepada mereka adalah salah satu cara agar aku bisa pergi tanpa dikhawatirkan secara berlebih oleh mereka.
Aku tidak peduli apa yang akan terjadi karena perbuatan ku,karena yang ada dipikiran ku selama ini adalah memiliki kehidupan yang cukup secara finansial.–
Salah satu keadaan yang aku benci ketika aku dilahirkan oleh orang tua yang naif akan namanya finansial,dikala ekonomi yang sering kali menyiksa kami dengan rasa lapar.Bapa dan Mama malah sibuk menambah anak tanpa memikirkan apakah mereka mampu untuk mencukupi kehidupan anak-anaknya. Ayah seorang pekerja serabutan dan Mama yang cuman tukang cuci piring hajatan,membuat aku terus berusaha membantu mereka agar bisa memberi makan adik-adik ku yang sering kali meringis kesakitan karena kelaparan tetapi respon yang orang tua ku perlihatkan hanya tersenyum dan mengobati mereka dengan janji-janji bodoh yang sudah dipastikan itu hanya kata-kata penenang saja.
Sehari setelah lulus SMA, aku langsung mengemas semua barang-barang yang ingin aku bawa dan menyisakan sedikit untuk dipakai oleh adik ku yang kedua dan juga ketiga.
Aku masih ingat tatapan mata yang mereka perlihatkan ketika aku ada di dalam mobil travel yang menjadi alat transportasi ku untuk menuju ke kota,mereka melambaikan tangan dengan tangisan yang tersedu-sedu.
Aku sempat goyah dan ingin keluar dari mobil untuk memeluk mereka semua,tetapi saat aku melihat Mama yang berdiri tepat di samping adik kedua ku dengan perut yang mengandung adik ke 6 ku,membuat aku kembali sadar dan menekankan kedalam hati ku untuk bisa sukses dan menjemput semua adik-adik ku agar tidak tinggal di rumah yang bodoh akan kenyataan hidup ini.
Sesampainya di kota,kehidupan ku di sana juga tidak terlalu baik bahkan bisa dikatakan agak menyimpang. Aku siap melakukan berbagai macam hal hingga merelakan apa yang sangat berharga bagi ku,kesucian.
"Permisi Pak,sepertinya ada kesalahan nilai yang anda cantumkan kedalam lembaran ujian saya kemarin?"
ucap ku sambil menyodorkan lembaran ujian itu kepada dosen.
Dia hanya tersenyum dan perlahan bangun dari kursinya lalu berjalan menghampiri ku dengan senyuman mengerikannnya yang masih saja membuat aku trauma sampai saat ini.
Dia perlahan mengelus pipi ku dan secara perlahan sentuhannya menjalar kebawah hingga mengenai bagian dada ku. Dengan sigap aku langsung menepis tangannya dan berlari kearah pintu untuk keluar dari ruangan ini.
Tetapi dia lebih dulu sampai di sana dan menghentikan langkah ku dengan nafas yang terengah-engah.
"Kam–kamu kira bisa lolos dari sini?kamu mau nilai tinggi kan, wisuda tepat waktu dan bisa kerja untuk memperbaiki perekonomian keluarga mu yang miskin itu kan?"
ucapnya dengan tatapannya yang terus membuat ku tidak nyaman.
Aku yang sudah sangat ketakutan ditambah apa yang dikatakan olehnya adalah sebuah kenyataan pahit yang aku sembunyikan sampai saat ini,
setelah berbagai macam perkataan yang terus dia lontarkan kepada ku.
Secara perlahan membuatku luluh karena perasaan pasrah yang tidak lagi mampu berdiri tegap sehingga membuat ku akhirnya bersandar di bahu pria mesum nan hina itu.
Dan semua hal yang buruk itu terus berulang-ulang hingga aku akhirnya wisuda lebih cepat dari teman seangkatan ku yang berusaha secara murni dengan kemampuan mereka.
Bahkan ketika semua itu terbongkar,salah satu barang bukti perbuatan kami berdua yang tersebar,aku tidak memperdulikan hal itu karena pada akhirnya aku akan pergi dari negara yang sok suci ini.
Setibanya aku di negara yang menjadi impian seumur hidup ku,
aku malah merasa ingin gila karena beberapa hari setelah aku mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan ternama di sini.
Aku malah mendapat kabar kalau Mama meninggal karena melahirkan adik ku yang ke8 tepat di umurnya yang ke 50 tahun.
Kesedihan yang tiada tara hingga aku tidak mampu untuk menelan makanan selama beberapa hari,setelah berhasil menahan perasaan duka yang mendalam.Aku kembali mendapat pesan dari adik perempuan ku yang ke2,pesan yang sangat aku benci hingga aku tidak lagi sanggup untuk hidup.
Pesan itu adalah pesan terakhir yang aku dapatkan setelah Papa ku memutuskan untuk meracuni seluruh adik-adik ku dan setelahnya mengakhiri hidupnya sendiri dengan meminum racun yang sama.
—
"Kakak,bentar lagi Adik lulus SMA loh.Nanti Kakak bisa jemput Adik ga?
Adik takut tinggal sama Bapa."