Hari yang cerah dengan diiringi mentari pagi yang telah menampakkan sinarnya.
Namun tidak bagi Amara, yang mana pagi ini ia bangun kesiangan, hingga terlambat masuk sekolah.
'Aduh panas banget, mana belum sarapan lagi. Ini lagi si killer nggak bisa apa ngasih hukumannya yang ringan aja gitu. Jangankan sarapan minum air aja belum. Huhuhu
Andai kayak novel-novel ya, datang gitu pangeran tampan berkuda putih ngasih minuman atau ikutan nemenin hormat bendera berjam-jam,'gerutu Amara yang mana ia terlambat kesekolah karena kesiangan hingga guru disiplin memberikan hukuman berupa hormat bendera selama 3jam mata pelajaran.
Kriiing
'Akhirnya bel istirahat,' Amara langsung bergegas ke kantin.
Brak
"Sorry sorry, gua nggak sengaja, lu nggak kenapa-kenapa kan?"kata Davin sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Amara yang terjatuh karena mereka bertabrakan dengan tak sengaja.
"Ah, iya gua nggak kenapa-kenapa kok,"jawab Amara sambil berdiri dengan membersihkan roknya yang sedikit kotor.
Davin menarik lagi uluran tangannya karena tak digubris Amara, Amara sebenarnya sangat ingin menggapai uluran tangan tersebut namun ia malu, takut ketahuan kalau lagi panas dingin dan nervous berdekatan sama pria yang diam-diam ia sukai.
Ia Amara menyukai Davin, awalnya Amara hanya kagum namun lama-lama ia merasakan debaran itu, padahal selama ini mereka tak pernah dekat.
Ya begitulah cinta datang tanpa diundang tanpa disadari.
Namun sayang Davin tak tahu akan perasaan Amara kepadanya.
"Sekali lagi, sorry ya!" Ucap Davin sambil memperhatikan Amara.
Deg
Mereka saling tatap, saat jni jantung Amara sudah tak terkontrol lagi, sehingga ia langsung belalu pergi ke kelas.
Sedangkan Davin masih terpaku diam mematung sambil memikirkan.
"Jantung gua kenapa ini? Gua takut sakit jantung Tuhan, gua belum nikah, ini aja masih sekolah,"monolog Davin sembari melanjutkan langkah kakinya duduk di sudut kantin.
Di kelas.
Amarah yang langsung pergi ke kelas karena malu dan grogi tidak jadi makan alhasil sekarang ia malah sakit perut karena maag nya kambuh.
'aduh sakit, kambuh ini maag karena ga jadi makan,'rintih Amara.
Veni yang merupakan sahabat Amara baru saja dari toilet,
"Rara, kamu kenapa? Dari tadi aku cariin tau-taunya malah di sini,"ucap Veni yang tak berhenti ngoceh walau ia tahu Amara lagi merintih kesakitan.
"Kalau gini mending UKS aja yuk! Sini aku bantuin."
Akhirnya Amara dibawa Veni ke UKS, walau sahabat lucnut (dalam arti bercanda)tapi mereka saling sayang.
Davin telah selesai makan di kantin, ia gegas ke kelas karena bel masuk sebentar lagi akan berbunyi.
Tapi di pertengahan jalan ia melihat perempuan yang ia tabrak tadi lagi dipapah sang adik menuju UKS.
Ia berfikir, apakah mungkin perempuan tersebut seperti itu karena dia.
Sehingga ia gegas mengikuti sang adik
"Lah, Kakak kenapa? Kenapa kesini? Apa yang sakit?" Tanya Veni kepada sang kakak dengan tak hentinya.
Sambil memijit batang hidungnya karena pusing mendengar pertanyaan sang adik.
"Tanyanya satu-satu Ven, pusing abang mau jawab yang mana."
"He-he-he"Veni hanya cengengesan tak jelas.
"Iya habis abang ngapain kesini?"
"Seharusnya abang yang nanya kamu ngapain ke UKS? Ya kan abang khawatir sama kamu, kalau kamu kenapa-kenapa nanti abang juga yang dimarahi mommy."
"Ish abang nih ya, aku nggak kenapa-kenapa kok. Ini bestot aku lagi sakit bang makanya aku anterin kesini,"jelas Veni panjang kali lebar.
'Cantik' batin Davin karena tak sengaja pandangannya bertemu lagi sama Amara.
Tak lama datanglah guru jaga UKS yang hendak memeriksa Amara.
"Jangan berisik ibuk lagi meriksa teman kalian,"yang mana langsung membungkam Veni dengan Davin.
Akhirnya Amara ketiduran setelah diberi obat penghilang rasa sakit.
"Nanti kalau teman kalian sudah bangun suruh makan lalu beri obat ini ya!"kata guru tersebut.
Veni hanya menjawab dengan anggukan karena takut nanti Amara terbangun karena suaranya yang cempreng, kan kasihan bestotnya lagi sakit nanti terganggu.😂
Sepulang sekolah.
Amara sudah bangun dan Veni yang hendak ke ruang UKS menjemput Amara di cegat Davin.
"Kamu mau ke UKS kan?"
"Iya bang, kenapa memang?"
"Nggak abang temani ya, barangkali nanti butuh bantuan abang."
(Padahal mah curi-curi kesempatan biar bisa liat Amara, modusmu babang)🤦♀️
Di tengah perjalanan menuju UKS Veni sudah amat sangat gatal mulutnya hendak bertanya pada sang kakak tapi ia ragu
Alhasil karena mulutnya sudah tidak bisa direm lagi ia pun memulai pembicaraan yang mana membuat muka Davin memerah malu.
"Bang, abang suka sama Rara?"
"Oh, jadi namanya Rara?"
Bukannya menjawab pertanyaan Veni ia malah senyum-senyum sendiri. Yang mana kalau diperhatikan mukanya memerah karena malu sama sang adik, tapi ia berusaha untuk tetap terlihat biasa saja biar tak dijahili adik tercinta.
"Apa Rara sudah punya kekasih dik?"nah kan malah pertanyaan lagi, tapi dengan begini Veni yakin kalau abangnya memang jatuh cinta sama Amara.
"Setahu aku, Rara belum punya kekasih bang. Tapi, ia pernah cerita kalau lagi suka sama seseorang! Sayang Rara nggak ngasih tahu aku siapa yang ia suka,"ujar Veni, yang mana membuat raut wajah sang kakak berubah lagi, yang tadinya malu-malu meong namun sekarang berubah jadi murung.
(Babang cemburu sama diri sendiri,lah wong si babang nggak tahu kan kalau cowok yang disukai Amara itu siapa)😂
Bersambung
Jadi gimana kelanjutan kisah Amara sama Davin?
Tunggu kelanjutannya ya guys, besok aku up lagi.
Semoga suka sama cerita aku ya,
Jujurly ini cerita pertama aku setelah sekian purnama penuh pertimbangan untuk memulai menulis. Aku nervous guys.
Mohon dukungannya ya teman-teman semua.
Kritik dan sarannya juga untuk membangun ke yang lebih baik. Terimakasih 💗
Salam hangat dari saya
"SISKA MARCELINA"