Hari ini adalah hari yang ramai. Suara bising klakson mobil dan sepeda motor yang terjebak macet ikut serta meramaikan.
Tidak hanya di jalanan, di salah satu rumah sakit ditengah kota tak kalah ramai dengan jalanan. Perawat dan dokter berlarian satu ruang ke ruang lainnya untuk menangani para pasien di bangsal mereka. Satu ruangan bisa terdapat 4-5 pasien.
Berbeda dengan ruangan lainnya, bangsal Flamboyan hanya terdapat seorang pasien saja. Namun banyak sekali alat alat penopang hidup yang dipasang. Pasien itu adalah korban kecelakaan satu bulan yang lalu, dia adalah seorang pria muda berumur sekitar 19 tahun. Menurut kesaksian penduduk yang ada disekitar lokasi kejadian kecelakaan, pria itu berdiri di pinggir jalan hendak menyeberang menuju kampusnya yang kebetulan memang berada di seberang jalan. Namun tiba tiba sebuah truk oleng dan menabrak pemuda itu disisi jalan.
Belum diketahui siapa pemilik truk itu karena usai menabrak, penduduk akan menangkap pengemudi yang mengemudikan truk itu namun tidak ada seorangpun yang mereka lihat di kursi pengemudi. Dengan kata lain, truk itu berjalan tanpa sopir lalu menabrak mahasiswa itu. Saat ini dia tertidur di ranjang rumah sakit enggan membuka matanya.
Berbeda dengan keadaan sibuk di luar, di dalam ruangan hanya terdengar alat penopang hidup yang berusaha mempertahankan kehidupan pemuda korban kecelakaan tersebut. Suasana di dalam ruangan sangat tenang namun mencekam.
Pemuda yang tertidur dengan tenang tiba tiba membuka matanya, frekuensi bunyi alat alat yang berada disekitarnya juga meningkat. Namun itu hanya beberapa saat sebelum pemuda itu kembali tenang dan menutup matanya, begitupula dengan frekuensi bunyi alat yang kembali normal.
Di bawah sebuah pohon yang cukup rindang, terlihat seorang pemuda bersurai putih tertidur dengan tenang. Dia tiba tiba terbangun dengan napas tidak teratur. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitarnya. Sepanjang mata memandang hanya Padang rumput yang terlihat, hanya ada satu pohon terletak ditengah Padang rumput. Itu adalah tempat dimana dia berada.
Pemuda besurai putih itu memiliki mata yang tajam dengan pupil berwarna hitam pekat, alisnya yang tebal dan lurus serasi dengan matanya. Hidungnya yang mancung bibir yang tipis dan kulit seputih salju. Hanya satu kata yang bisa dideskripsikan seseorang apabila melihat wajahnya, Sempurna.
Pemuda itu mengenakan kemeja berwarna putih dan celana yang senada, hal itu menambah kesan tidak nyata. Kakinya yang panjang membuatnya tetap terlihat tinggi meskipun dia sedang terduduk saat ini.
"Apa ini?" Ia bertanya dengan raut kebingungan diwajahnya
"Apakah ini mimpi?" Hanya itu yang bisa dia katakan melihat pemandangan disekelilingnya
Melihat situasi saat ini, Banyak pertanyaan yang berputar dikepalanya yang membuat kepalanya berdenyut. Tidak ada informasi sedikitpun yang bisa dia gunakan dari kepalanya. Seperti siapa dia, bagaimana dia bisa berada disini.
Semua yang ada dkeoalanya hilang, tidak ada yang tersisa
"Amnesia?" Dia bertanya pada diri sendiri
Dia tidak menyerah, akhirnya dia melihat ke sekitarnya untuk mencari informasi yang berguna. Ketika dia bergerak dia baru sadar terdapat kertas di tangannya. Kertas itu adalah surat, isinya
Dear Gino
Jalan keluar hanya bisa ditemukan dengan tekad mu sendiri
Melihat kedua kata pertama di dalam surat memicu semua ingatan. Dia ingat, dia saat itu sedang berpikir untuk menghindari semua masalah di hidupnya, karena saat itu semua file yang sudah dia persiapkan dengan mengorbankan waktu tidurnya malah terhapus, ia berniat untuk menyerah. Kemudian menunggu lampu berubah dari hijau ke merah, kampusnya berada tepat diseberang jalan namun tiba tiba badannya terpental dan dia merasakan sakit yang tidak tertahankan. Dia melihat orang orang mengerumuninya sebelum kesadarannya menghilang.
Gino memiliki tebakan, namun ia langsung menghilangkan pikiran itu dari kepalanya. Ia tidak ingin berpikir buruk sebelum melihat kenyataanya. Bersandar di batang pohon Gino memperhatikan pemandangan di depannya yang sangat indah. Padang rumput yang hijau terlihat terkena angin terlihat seperti kain beludru. Langit biru dan awan awan yang tersebar menambah keindahan. Gino terlihat memikirkan sesuatu, kemudian dia memejamkan matanya menikmati angin yang berhembus melewatinya.
"Bagaimana aku bisa keluar dari sini?"
Ia hanya bisa bertanya dengan dirinya sendiri
Beberapa saat kemudian Gino langsung berdiri dan berlari menuju Padang rumput mencari cari petunjuk bagaimana dia bisa keluar dari keindahan ini. Gino berlari kedepan, setelah 30 menit berlari Gino tidak menemukan tanda tanda berakhirnya Padang rumput. Melihat kedepan, masih hanya Padang rumput yang terlihat. Kepalanya berdenyut melihat pemandangan yang sama sedari tadi.
Ia sangat ketakutan jika tebakan yang berputar dikepalanya sedari tadi ternyata benar
Gino kemudian memantapkan hati, dan meyakinkan dirinya. Menarik nafas dan kemudian menghrmbuskannya dengan kasar kemudian menatap Padang rumput di depannya dengan tekad yang membara.
"Mari kita temukan sesuatu yang berbeda"
Gino kemudian berlari dengan mantap
menuju kedepan.
Hanya satu arah yang dia lihat. Tidka peduli berapa lama dia berlari, pemandangan didepannya hanya ada Padang rumput. Gino tidak menyerah dan terus berlari. Keringat menetes membasahi baju putih yang dikenakannya. Beberapa bagian basah terlihat menempel di tubuhnya. Napasnya terengah-engah, sedikit demi sedikit kecepatan berlari menurun, ia akhirnya berakhir berjalan.
Gino berjalan dengan mata tertutup menikmati hembusan angin yang saat ini mengarah kearahnya. Tubuhnya sudah tidak kuat untuk berlari dan kemudian dia merasa dia akan terjatuh, dilangkah berikutnya dia dengan kuat melangkahkan kakinya kedepan berharap dia bisa mendapatkan kembali keseimbangannya.
Namun diluar dugaan, dia tidak merasa menginjakkan kakinya, dengan terburu buru dia membuka matanya dan yang terlihat di depannya bukan lagi Padang rumput, melainkan ruang kosong, tanpa sadar Gino melihat kebawah, Gino sangat terkejut dan merasa jika jantungnya akan meloncat. Dengan terburu buru, Gino mencoba meraih pegangan disekitarnya. Usaha yang dilakukannya ternyata sja sia. Gino merasakan tubuhnya terjatuh kebawah, menuju sebuah danau dengan air berwarna biru yang sangat luas. Gino memejamkan matanya dengan erat.
Gino terjun kebawah dengan cepat
Byur
Suara benda yang jatuh kedalam air terdengar, Gino bisa merasakan suhu air yang dingin menyelimuti tubuhnya, telinganya berdengung. 1 menit di dalam air, Gino tidak kuat menahan napasnya. Gelembung gelembung air keluar dari mulutnya yang membuka. Tubuhnya semakin dingin, Gino merasa dia akan pingsan sekarang juga.
Sesuatu tiba tiba dengan paksa menarik dirinya keluar dari dalam air. Dengan rakus Gino menghirup oksigen yang berada disekelilingnya. Tubuhnya semakin ditarik keatas.
Gino dengan segera membuka matanya. Dan untuk ketiga kalinya dirinya merasa bahwa sebentar lagi jantungnya akan benar benar berhenti saat ini juga.
Pemandangan di depan matanya benar benar mengerikan. Gino sangat mengharapkan dirinya akan dijatuhkan ke atas tanah setelah ditarik keluar dari dalam air namun yang terjadi sangat diluar nalar manusia. Tubuhnya terus menerus ditarik keatas seakan menuju langit. Namun bukan itu yang membuatnya tercengang, langit diatasnya bukanlah langit berwarna biru dengan awan putih bertebaran, langit diatasnya adalah sebuah kota yang terbalik, dalam sekali lihat dia bisa mengenali lingkungan tersebut. Itu adalah kota yang ditinggalinya.
Energi yang menarik tubuhnya semakin kuat, gino sangat takut dirinya akan menghilang begitu dia jatuh ke jalanan aspal yang keras ditengah kota. Namun Gino hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya, berharap apa yang dilihatnya saat membuka mata adalah pemandangan yang benar benar normal.
Suara bising kendaraan semakin terdengar jelas ditelinganya, Gino hanya bisa berdoa untuk keselamatannya. Kemudian dia bisa merasakan dirinya terbaring dia dengan buru buru membuka matanya.
pemandangan yang dilihatnya saat ini adalah atap plafon putih, bau obat obatan tercium dan suara alat alat yang beragam membuatnya lega. Diam diam dia bersyukur karena doa dan harapannya benar benar terjadi. Kemudian dia merasa tenang dan menutup matanyaz kembali tidur, tanpa menghiraukan dokter dan perawat yang panik karena perubahan frekuensi detak jantung yang tiba tiba.
Beberapa hari kemudian, Gino akhirnya bisa keluar dari ruangan putih yang telah dihuninya selama sebulan. Ia masih mengingat pengalaman yang terjadi padanya di bangsal Flamboyan, ia tidak akan melupakannya.