Malam itu, di temani Tv yang entah menampilkan apa, dengan rasa suntuk yang memenuhi pikiran, kubuka ponsel yang sedari tadi tergeletak di atas meja depanku. Kucari sesuatu yang akan menarik perhatianku di ponsel hingga tanganku menekan ikon pink dengan garis gambar kamera. Kulihat beberapa teman sekolah, senior dan teman kuliahku aktif membagikan keseharian masing- masing, jariku lanjut mengusap layar ponsel hingga perhatianku tertarik pada postingan seniorku, entah dari mana aku mendapatkan dorongan untuk menekan tombol suka lalu kulihat komentar -komentar lucu yang membuatku ikut terkikik membacanya.
Hari senin tetap menjadi hari berat untukku meskipun aku bukan anak sekolah lagi, dengan banyaknya matkul dan kagiatan lainnya. Setelah jam terakhir kubaringkan tubuhku di gazebo bersama beberapa teman gadisku yang akan mengikuti salah satu organisasi silat di kampusku ini. Kubuka lagi ponselku karena terasa bergetar.
_Rizhakzsk following you_
Baru kuingat kemarin aku menyukai postingannya, tidak kusangka dia mengajukan pertemanan. Kuputar ingatan- ingatan tentang senior satu itu, yang kuingat hanyalah sosok yang dingin, cuek, dan menyebalkan. Jariku dengan perlahan menyetujui pengajuan pertemanannya tanpa mengikuti balik, karna ku pikir hanya sampai itu saja.
Sampai di rumah, kurasakan tubuhku yang remuk, rasa lelah semakin menjadi- jadi ketika kulihat rumah yang sepi itu, entah sampai kapan aku harus menahan diri agar tidak menangis meratapi nasib. Hidup sebagai anak tunggal membuatku mendapat kasih sayang penuh dari kedua orangtua, namun semua itu lenyap setelah beberapa bulan lalu, mama pergi meninggakanku menemui sang pencipta, seakan belum cukup dengan kesedihanku tuhan juga mengambil papa yang sedang bersedih satu bulan yang lalu. Aku sendiri tanpa sanak saudara, hanya ada tetangga dengan batas pagar dan tembok tinggi.
"hai, salam kenal saya Rizha senior kamu di SMA Tunas Bangsa...!" Aku terheran- heran melihat notifikasi chat dari Rizha, senior dingin.
Lama aku berfikir apakah harus membalas atau abaikan saja?, ada motif apa dia? Kenapa dia menghubungiku?. Dengan rasa penasaran yang tinggi kugerakkan jariku membalas pesannya.
"Ya, aku tau..! Ada apa.?" yang tak berselang lama muncul popup balasan.
"Tidak ada, saya hanya ingin menyampaikan belasungkawa karena meninggalnya kedua orangtua kamu!" Jawabnya membuatku menghela nafas, entah karena lega atau sedih karena teringat orangtuaku lagi.
"terimakasih..!" Hanya itu jawaban yang terlintas di pikiranku.
"dimana rumahmu..? Saya sudah di Cafe area depan perumahanmu..!"
Pertanyaan mendadak itu membuatku tercengang "di depan perumahan?" Gumamku. Yang artinya dia di sini, untuk apa?.
"mau kerumahku? Kenapa ridak bilang di awal, Ada urusan apa? Aku sedang tidak di rumah..!"
"Oh, dimana.? Kapan kamu pulang.?"
"aku sedang kuliah.! Belum tau pulang jam berapa, mungkin sebentar lagi. Ada apa,..?"
"Baiklah, saya tunggu! Jangan lupa hampiri saya di cafe sebelum kamj pulanh.!"
"tidak, katakan dulu ada apa...!"
tidak ada jawaban,
"HEY!! KATAKAN!!"
lagi- lagi tidak ada jawaban. memang orang menyebalkan.
Kuhentikan motorku di depan pos satpam ketika melihat pak malik sedang menyeruput kopinya.
"nitip motor bentar ya pak!" ucapku meminta tolong.
"iya neng, mau ke temennya ya" tanya pak malik dengan senyum di wajahnya. Memang ramah kali pak malik ini.
"iya pak, kok bapak tau.?" tanyaku penasaran
"iya tadi temennya nyamperin bapak, suruh bilangin eneng kalo neng lupa." jelasnya membuatku tersenyum canggung.
"makasih pak ya"
Aku bergegas menuju cafe, tempat dimana Rizha berada.
"Hallo..!" sapaku ketika melihat dia, senior aneh.
"hmm, duduk!" aku terdiam. Kenapa sikapnya berbeda?. Ku enyahkan pikiranku, dan ikut duduk di depannya
"ada apa.?" tanyaku to the poin
"apakah ada orang di rumahmu?"
"tidak, hanya aku.! Ada apa?" tanyaku lagi
"tidak ada, apakah nyaman bagimu membawaku mampir kerumahmu?"
"kenapa dulu, dari tadi ditanyain ada apa ga dijawab..!" jawabku kesal, memang menyebalkan.
"hanya ada sesuatu yang ingin saya bicarakan, dan disini tidak cocok untuk membicarakannya."
"begitu rahasia?" Dan hanya du jawab deheman olehnya.
"baiklah."
"mau minum apa..?" Tanyaku berbasa basi,yang tak kusangka dia menyahutinya dengan serius, bukankan di cafe tadi dia sudah minum.
"air putih"
"langsung saja, mau bicara apa?" Tanyaku setelah meletakkan air minum dan beberapa camilan. Jujur saja, aku mwrasa sedikit kurang nyaman.
"dengarkan baik- baik. Saya suka kamu, saya cinta kamu dari pertamakali kita bertemu, percaya atau tidak yang saya ucakpan ini adalah kenyataan. Sebelumnya saya sudah merencanakan untuk melamar kamu ketika saya lulus kuliah, akan tetapi ketika saya mendengar kabar buruk mengenai orangtua kamu, saya memutuskan untuk segera membicarakan ini dengan kamu. saya harap kamu menerima perasaan saya dengan baik."
aku terdiam, mencerna dengan pelan apa yang baru saja Rizha sampaikan. Kurasakan hangat menyelimuti tanganku, ternyata Rizha menggenggam tanganku erat. Aku berusaha melepaskan tetapi tidak bisa, kulihat matanya yang menyorotiku teduh, seketika aku terdiam.
Ada apa dengan jantungku? Kenapa berdetak sangan cepat?
"Saya akan memberi kamu waktu untuk memikirkannya.! Saya harap jawaban kamu sesuai dengan apa yang saya inginkan tetapi, saya tidak terima penolakan, toh kamu belum punya pasangan.!" setelah itu dia pergi, meninggalkanku dalam keheninggan yang menyesatkan. Kulihat sekeliling kosong membuatku berpikir, apakah tadi hanya mimpi?. Tatapan mataku jatuh ke meja, terlihat gelas kosong dan snack yang belum terbuka sedikitpun, lalu tanganku yang masih terasa hangat.
Itu nyata! Dia benar-benar di sini tadi.
jadi, apa yang harus aku lakukan.??