Saat itu, tidak seperti biasa ia mulai terbangun pada siang hari. Surai lelah terlihat jelas terserang sinar matahari yang muncul di celah jendela besar nan sederhana.
Dengan pandangan kosong ia mulai menoleh kearah sinar matahari yang berani menyusup. Adriana Seakan akan sudah menjadi gila, ia mulai histeris tiada hentinya, niat awalnya gagal. Dengan cepat ia mulai mencari cari bunga Oleander. Dengan perasaan tampak gusar ia mulai menyeduh dengan gerakan terburu buru. Ia meneguk sisa sisaan seduhan teh itu, tidak ada niatan menyisakan setetes dari teh tersebut terlepas dari tenggorokannya.
Adriana terkulai lelah, sekarang ia hanya ingin tidur setiap hari tanpa mengenal pagi, siang, dan, malam. Saat ia terus menerus termenung barulah ia menyadari bahwa diri nya memiliki hal yang harus di urus. Ia harus bangun sekarang ini juga, ia harus melanjutkan sesuatu yang sudah ia perjuangkan sekian lama nya, dengan kondisi kelelahan, Surai rambut panjang terurai terlihat kusut bahkan dari kejauhan, dengan perasaan sungkan ia mulai bersiap siap pergi untuk hari ini. Seusainya ia akan tiba di lokasi yang ia tuju itu.
Tampak luar yang memberi kesan wewangian semerbak menusuk hidung nya, seakan akan menyambut kedatangan nya dengan baik. entah lah hari ini seperti nya akan ada sesuatu yang berbeda. Tidak berselang lama sesaat ia baru memulai kegiatan berberes beres saat itu juga lah terdengar gemericik nya suara lonceng menandakan masuknya seseorang. Dari balik pintu itu lah muncul lelaki berparas menawan dengan manik berwarna amber. Sedang menunduk memasuki pintu toko yang sedikit lebih pendek untuknya.
Manik biru Adriana mulai menelik sosok ini. Dengan cepat ia kembali ke posisi siap dengan segala pertanyaan, permintaan, dan keinginan pelanggan tentu nya. Berbeda dengan perawakannya yang garang Lelaki itu bertanya dengan sopan sambil menundukkan kepalanya, menjajarkan maniknya dengan manik biru nya. Suara nya Terdengar begitu menggelitik telinga Adriana, ia menyukai perasaan nyaman ini.
Dengan Suara khas pria barat dia berbicara menghadap nya bertanya. Terdengar lah ucapan sambil beriringan dengan pergantian langkah kaki kedepan.
"Permisi, maaf jika mengganggu kak saya mau bertanya pada kakak kira kira ada tidak ya bunga untuk menyambut orang tua?" Tanpa ia sadari mata lelaki itu memperhatikan wajahnya.
"Ada.. bunga matahari" jawaban lirih terdengar dari bibir pucat itu,sudah jelas ia terlihat kelelahan. Jawaban yang ia dapat hanya anggukan pelan pria itu, menandakan setuju dengan ucapannya.
Pandangan lekat itu terlepas dari nya sesaat pria itu mengelilingi toko bunga nya. Ia tampak aneh di toko itu, Tidak sesuai dengan perawakan nya. Saat Kesadaran mulai menyadarkan nya, dengan cepat ia mulai berjalan tertatih tatih menuju tempat perangkaian bunga pesanan lelaki itu.
Sesaat ia menelusuri sekumpulan bunga bunga yang ada. Mata almond pria itu terpikat kepada bunga edelweiss putih, kecil, dan sedikit serupa dengan wanita penjaga toko. Saat semua perhatian nya Teralihkan kepada bunga kecil itu wanita yang baru terlintas di pikiran nya muncul. Dengan sentuhan kecil menyentuh lengan nya, ia bertanya kepadanya
"Apa ada bunga lain yang ingin ditambah kan?" Mata pria itu bergetar kecil melihat wanita itu lebih jelas, tampak perbedaan terhadap tinggi mereka berdua.
Ia berfikir sebentar sebelum menjawab "ya, bisa tolong persiapkan bunga edelweiss putih, tolong terpisah." Anggukan kecil menjadi jawaban nya.
Seusai merangkai semua nya, Adriana menuju kasir membawa kedua buket bunga yang begitu besar. Pria itu melirik nya menyadari adanya keanehan tapi apa keanehan nya? Tanpa disadari ia melamun dan baru tersadarkan saat wanita itu meletakkan kedua buket besar pesanan kehadapan nya.
"Maaf pak, atas nama bapak siapa ya?" Adriana selalu menuliskan pesan untuk bunga pesanan. Jika memang diperlukan dan kali ini sedang di perlukan nya untuk bunga matahari berwarna kuning yang besar dengan rangkaian tidak teratur tapi cantik. "Dengan saya Ardy untuk mama selamat datang kembali, mama." Adriana mengangguk mendengar kan sambil menulis kan lisan tersebut dikertas kecil.
Tangan mungil wanita itu mulai mengapai bunga lain nya, edelweiss putih. Ia mendongak menatap wajah pria itu. Belum sempat dirinya bertanya untuk lisan lain nya ia dihentikan. "Tidak, aku tidak butuh catatan untuk bunga selanjutnya. Tolong berikan aku lembaran kertas nya saja" Adriana paham, ia memberi kan buket bunga tersebut sambil memberitahu kedua harga buket.
Tanpa basa basi, Ardy bergegas membayar dan langsung berjalan keluar toko bunga itu. Menuju lokasi selanjutnya nya toko buku diseberang toko bunga sebelum nya. Buku buku mungkin menjadi hadiah yang terlalu kuno Tapi, bukan kah buku jendela besar yang menyenangkan? Semua orang pasti menyukai nya. Tampak nya ia sadar bahwa dirinya baru memberanikan diri untuk memberikan minat yang besar terhadap wanita itu sekarang.
Dirinya sendiri sadar bahwa dia memiliki selera buku yang buruk, yang di ingatnya hanya buku buku membosankan saja, apa mungkin ada orang yang menyukai buku seperti ini? Mari kita coba saja, kebetulan buku ini mungkin cocok untuk nya.
Ia berbalik melawan arah dari toko buku sebelum nya, langkah kaki nya terasa begitu ringan. Dengan percaya diri ia memasuki toko bunga tadi hanya untuk mendapati wanita itu terkulai lemas di antara bunga bunga nya. Rasa binggung mulai bergerumuh dirinya harus kah dia bantu? Apa justru wanita ini mau seperti itu? Eh tapi ini kesehatan orang! Kalo ga dibantu pasti ga hidup kan?
Tidak ingin membuang semua kesempatan nya dengan refleks yang cepat, sesegera mungkin ia merangkul wanita itu. Berusaha meminimalisir cedera wanita tersebut pada area kepala nya. "Bruk!" Suara jatuh terdengar berdentuman, Beruntung nya hanya barang barang nya saja yang terjatuh bukan mereka berdua. Tetapi sebelum dapat bernafas lega ia harus cepat mencari tempat duduk terlebih dahulu.
Lega rasanya seusai wanita itu membuka matanya kembali. Sambil mengipas nya dengan buku,ia terheran heran saat mengamati lagi toko bunga ini. "Kenapa toko ini ga punya kipas angin sama sekali? Ternyata panas banget ya disini pantesan aja dia pucet banget dari tadi" gumaman nya sambil terus terusan berbicara menghadap nya agar kesadarannya tetap terjaga.
"Tahu gini harusnya aku beli kipas angin aja bukan buku" buku yang bersampul hardcover dengan tampilan gadis dengan pita hijau, the green ribbon.
Ia menatap lekat tampilan teh diatas meja kasir, yang dihiasi dengan warna pink menyerupai bunga sakura. Nampak nya teh itu baru setengah gelas diiringi uap samar yang mengarah di atas udara.
Seketika itu juga Perasaan menyengat kulit terasa di bawah kakinya, seperti nya semut sedang menyengat nya, terasa menyakitkan.
Terlalu lama berfikir membuat hawa panas disana Mulai membuat nya gerah, ia semakin malas berfikir "Kalo gitu tunggu udah baikan baru tanya deh."
Tanpa dia sadari, Kelopak mata Adriana menatap wajah nya tanpa henti, mendengar kan semua ucapannya yang sedari tadi ia tuturkan keluar ke hadapan nya sendirian, tanpa respon apa pun.
Mata Adriana memang masih terlalu berat untuk sekedar menatap nya, bahkan untuk menggerak kan otot mulutnya saja ia masih tak mampu. Ia mau menjawab setidaknya satu kalimat, ia merasa familiar. Tapi yang paling penting seperti nya pria ini mengharapkan jawaban nya. Sebisa nya ia ingin mengatakan sesuatu kepada nya namun, apa daya nya ia tak kuasa menahan rasa kantuk yang melebihi dirinya, akhirnya ia menyerah, dirinya hanya akan tidur sebentar saja.
Ardy mulai memperhatikan nya lebih dekat menyadari wanita ini mulai menutup mata nya kembali. Ia sadar semuanya terlalu janggal dari awal, isi toko ini.
"Eh kok nutup lagi matanya? Jangan tidur lagi dong, bisa bisa aku di marahin mama nih! Eh tapi.. kok semakin di perhatikan semakin nutup? Waduh, udah ga bener ini!" Ia bergegas keluar dari toko dengan keadaan mengendong wanita ini menuju mobil.
Ini yang diinginkan Adriana, maka nya ia terus menutup tanpa ada niatan memperlihatkan setidaknya sedikit kernyitan mata nya.
Saat pandangan nya masih menggelap ia lega, tapi anehnya ia masih bisa merasakan angin menerpa wajah nya bahkan lebih sejuk ketimbang sebelumnya. Tubuh nya seperti melayang, apa ia sedang diangkat? Ia menikmati rasanya melayang, mungkin karena ia jarang mendapatkan nya.
Sesampai nya di tujuan, dengan keadaan panik Ardy mulai menghampiri resepsionis, dengan sigap para suster Mulai mengambil alih tubuh Adriana yang sudah lemas. Ia dibawa ke ruang darurat, dengan nafas terengah engah. Ardy berusaha menghubungi seseorang untuk sesegera mungkin menjaga toko bunga yang barusan ia tinggal kan, setidaknya untuk sementara waktu.
Ponsel nya berdering, kali ini dari orang tuanya. Ardy menceritakan kejadian yang sebenarnya, harusnya dia tidak diperbolehkan bolos, tentu Mereka khawatir.
Ia menghela napas panjang , lelah dengan semua ekspektasi orang tua yang agak berlebihan. Belum lagi buku diary nya tergeletak begitu saja di toko, ia cemas kalau kalau orang tuanya penasaran dan melihat isinya. Jangan sampai orang tua nya mengetahui lokasi toko bunga itu. Setidaknya jika iya semoga saja mereka tidak melihat lembaran lembaran foto itu.
Disini lumayan sejuk, banyak ac ia bisa duduk sambil menyejukkan diri, ia menulis catatan diary di ponsel genggamnya. Dengan wallpaper Adriana kecil yang menunjukkan ekspresi murung, bahkan sampai sekarang. Menulis dengan cara mengetikkan kejadian hari ini, siang tadi, setelah menunggu di selang waktu yang lebih lama, ia terheran heran tak biasa nya Adriana terlambat. Maka dari itu, sesaat Adriana memasuki toko.
Ia bergegas berkunjung ke toko setidaknya untuk melihat apa kondisi nya semakin memburuk? Dia benar. Kondisi Adriana jauh dari kata 'baik', tapi dia akan berbohong kalau tidak mengakui kalau ia senang bisa bertatap mata lagi dengannya, ia sadar memang Adriana tidak seberuntung dirinya. Tapi mereka berdua berada dalam kondisi keluarga yang sama atau setidaknya mirip, sisanya hanya bagaimana mereka menanggapi keadaan tersebut.
"Haah" bagaimana dengan helaan nafas panjang yang tak henti hentinya berhenti? Seperti nya memang harus miliknya harus dibuka sekarang.
Diary Adriana
"Banyak hal yang Ku sesali, bahkan ingin ku ubah serta ku acak acakan saja. Dari semua yang menghilang kenapa hanya hal hal yang tak berguna? Perasaan ini masih ada untuknya. Kami harmonis, ini satu satunya hubungan terbaik yang ku punya sampai sekarang. Aku menyukai nya, tetapi rasa nya salah jika melibatkan nya dengan masalah pribadi kan? Aku Menghianati ibu demi keinginan ku semata, tapi bu siapa yang akan menemani mu selain bunga bunga yang bermekaran? Mereka cantik, harum, dan, terkadang beracun. Bukan kah itu luar biasa? Maka dari itu harus dimanfaatkan untuk ibu, Ardy, dan, aku."
Sekarang udah tidak mengherankan, bahwa Seiring kami menjaga, menumbuhkan perasaan kami bersama sama, Adriana juga memburuk. Perlahan lahan aku mulai terlupakan oleh nya, Sedari awal memang teh Oleander itu aneh.