Adi seorang seniman jalanan berusia 22 tahun, 3 tahun telah berlalu setelah dia lulus dari sekolah khusus seni, Keinginannya untuk dikenal banyak orang pupus sirna dihadapkan kenyataan pahit kehidupan masyarakat, 2 tahun lebih Adi bekerja sebagai seniman jalanan, Hari demi hari, Waktu demi waktu, Segala cara telah ia lakukan untuk menarik minat pelanggan, berbagai ide telah ia curahkan, Namun sekuat apapun Adi berjuang, Tidak ada hal baik yang dia peroleh.
Adi yang dulunya dikenal sebagai jenius muda di sekolahnya, Kini mengalami dilema menghadapi pahitnya hidup, " Adi bisa duduk sebentar ", Ucap ayahnya, Pak santoso pria tua berusia 60 tahun yang berprofesi sebagai pedagang kedai makan, Pak santoso menepuk-nepuk kursi disebelahnya, Mengisyaratkan Adi untuk duduk disamping sang ayah, Adi tumbuh besar tanpa sosok ibu disisinya, Ibunya telah meninggalkannya sejak Adi masih berusia 6 tahun, Ibu Adi lebih memilih pergi bersama pria lain, " Adi mungkin ini sudah saatnya kamu menyerah dengan impianmu ", Ucap ayahnya, Adi menangis, Menunduk sambil mencengkram kedua lututnya, " Sniiiff...!!! Sniiiff...!!! ", " Maafkan ayah Adi, Seandainya ayah memiliki uang lebih untuk melanjutkanmu kuliah, Mungkin kau tidak akan gagal mengejar mimpimu ", Ucap ayahnya, Adi adalah anak yang sangat berbakti, " Tidak ini sama sekali bukanlah salah ayah, Ini salahku karna terlalu bodoh, Berkata aku akan sukses dengan bakatku hanya omong kosong Yang tidak bisa ku buktikan, Maafkan aku ayah karna sudah menjadi anak yang gagal ", Ucap Adi sambil menangis disamping sang ayah.
" Adi kau bukanlah anak yang gagal, Ayah akan mengatakan isi hati ayah yang sebenarnya padamu ", Adi mengusap air matanya, " Dulu saat ibumu meninggalkan ayah, Ayah berencana untuk mengakhiri hidup ayah, Karna ayah sangat mencintai ibumu, Tapi..... ",Pak Santoso menjeda ucapannya " Tapi....??? ", Adi merasa bingung, " Tapi begitu ayah melihatmu tersenyum, Ayah tidak mau lagi melakukannya, Ayah sangat menyayangi mu Adi, Kau adalah satu-satunya anak yang ayah banggakan, Saat itu juga ayah ingin selalu dapat menjaga senyum yang selalu Adi tunjukkan pada ayah, Tapi hari ini ayah malah membuatmu menangis, Bukan Adi yang bodoh, Ayah lah penyebabmu gagal mencapai mimpimu, Aku ayah yang sangat payah", HHHUUUAAAA...!!!!, Adi minta maaf ayah, Maaf karna sudah gagal sniifff....sniiifff.... ", Teriak Adi, Sebuah keluarga kecil melalui malam penuh haru.
Keesokan harinya, Adi bangun pagi buta guna membantu sang ayah berjualan dikedai makan milik ayahnya, Harapannya untuk menjadi seniman terkenal sudah ia kubur dalam-dalam, Hari ini dia betekad untuk membuat ayahnya bahagia dengan mensukseskan bisnis kedai makan, Satu hari telah berlalu, Selama 12 jam mereka membuka kedai hanya ada 2 orang yang mampir makan dikedai mereka, Lagi dan lagi Adi dihadapkan pada kenyataan pahit yang ia rasakan, Hari kedua, Hari ketiga, Hari keempat dan seterusnya, Tidak ada perubahan apapun yang terjadi.
Hari demi hari mereka lalui, Sudah sebulan Adi ikut berjualan di kedai bersama sang ayah, Berbagai macam hinaan dilontarkan dari tetangga sekitar, Sosok ayah yang selalu tersenyum padanya, Rupanya selama ini memikul beban yang sangat berat, Terlilit banyak hutang dibanyak tempat, Dicerca dan dihina oleh orang terdekat, Tak ada satupun pihak kerabat yang membantu, Sering sekali Adi mendengar perkataan " Boro-boro mau jadi seniman, Dagang aja nggak becus ", Seperti itulah lontaran hinaan yang dapat, Ditengah keterpurukan, Pada malam hari Senin 15 Juni 2020 satu-satunya orang yang selama ini memberinya dukungan, Kini sosok ayah itu pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya, " Nak, Jika suatu hari kau bertemu dengan ibumu janganlah terlalu membencinya, Sejujurnya ayah masih sangat menyayanginya dan ingin selalu bersama dengan ibumu", Itulah pesan terakhir dari pak Santoso sebelum ia meninggalkan dunia ini.
Seminggu telah berlalu, Tak ada sedikitpun kemajuan dari kedai peninggalan sang ayah, Luka batin tak kunjung sembuh, Ditinggalkan oleh sosok ayah tercinta membuatnya sangat terpukul, Saat ini Adi sedang berjalan pulang selepas menutup kedai miliknya, " Tak ada lagi uang yang tersisa, Apa sebaiknya aku segera menyusul ayah... ", Gumamnya, Saat terlarut dalam kesedihan, Sebuah motor melaju dengan kencang dan menabrak pohon besar didepannya.
Adi bergegas mendekati sipengendara, Tampak jelas, Rupanya pengendara itu adalah seorang wanita, " Hei.., Kau tidak apa-apa...??? ", Ucap Adi, Karna tidak tahu apa yang harus ia lakukan, Adi memutuskan untuk membawanya pulang, Tak butuh waktu lama Adi tiba dirumahnya, Saat hendak membaringkan wanita itu, Sebuah dompet terjatuh dari si wanita, Adi mengambil dompet tersebut dan menemukan banyak uang didalamnya, Adi tergiur untuk mengambil uang itu namun..... " Uuukkkhhh....!!! ", wanita itu merintih kesakitan.
Entah apa yang ada dalam pikiran Adi, Segera ia pergi menuju dapur dan dengan cepat kembali sambil menggenggam sebuah pisau ditangannya, " Aku minta pun kau tidak akan memberikan uang ini, Jangan terlalu membenciku, Karna sedari awal akulah yang telah menyelamatkanmu, Jadi saat ini aku juga memiliki hak untuk mengakhiri hidupmu ", Adi menutup mulutnya dan..., JLLEEEBBB...!!!!, Tanpa ragu Adi menancapkan pisau pada wanita yang baru saja dia tolong, Anehnya Adi tak sedikitpun merasa bersalah setelah membun*h seseorang.
Bahkan sebaliknya, Dia merasa lega setelah selesai merenggut nyawanya, Adi terkekeh-kekeh tersenyum kegirangan didepan mayat si wanita, " Lalu....Apakah aku harus memasakmu dan menjualnya dikedai makanku...!!! ", Ucap Adi.
4 tahun telah berlalu, Siapa sangka ide gila yang dia pikirkan, dapat mengubah hidupnya, Gerombolan wartawan datang mengelilingi Adi, " Manajer Adi, Bagaimana perasaan bapak setelah sukses dalam bidang kuliner, Yang dulunya hanya seorang pedagang dikedai kecil, kini telah menjadi restoran terkenal yang memiliki banyak Cabang...??? ", tanya salah seorang wartawan, " Tentu saja saya sangat merasa senang dan ini adalah seni ", Ucap Adi, " Seni...???, Maksudnya pak...??? ", Jangan ditanyakan, Tapi ingatlah ini, Terkadang suatu hal yang baik berasal dari sesuatu yang buruk, Dan ketika kalian sudah bertekad maka lakukanlah ", Ucap Adi pada wartawan.
Ditengah sesi wawancara datang seorang ibu-ibu menghampiri Adi, " Ibu... ", Ucap Adi, " Maafkan ibu Adi, Maafkan Ibu karna telah meninggalkanmu saat kamu masih kecil ", Tanpa ragu Adi memeluk ibunya dan berkata, " Tidak apa-apa ibu, Tidak Apa-apa, Setelah wawancara selesai ikutlah denganku pulang kerumah, Besok pagi kita akan pergi menemui ayah ", Sesi wawancara semakin memanas karna kemunculan seorang ibu-ibu yang mengaku sebagai ibu Adi.
Keesokan paginya Adi berkunjung kemakam sang ayah dengan membawa sebuah steak bergaya ala restoran mewah,
" Terimakasih ayah, Karna telah menjagaku selama ini, Dan kali ini aku datang bersama ibu, Ibu tolong sapa ayah ", Ucap Adi, Ibu Adi tidak menyapa makam mendiang mantan suaminya, " Maaf ayah, Ibu tidak bisa menyapa ayah, Karna aku telah mengubah ibu menjadi steak yang sangat lezat dan ini adalah menu andalan restoran yang aku kelola".
Adi duduk lalu menyantap sedikit steak yang dibuat dari daging ibunya, " Besok, Aku akan mewujudkan mimpi ayah, Akan kumakamkan ibu tepat disamping ayah, Dan kalian tidak akan berpisah lagi untuk selama-lamanya ".
TAMAT