Di pinggiran kota kecil yang terlupakan, terdapat sebuah air terjun legendaris yang dikenal dengan nama Air Terjun Hitam. Tiga sahabat, Arya, Lila, dan Dito, memutuskan untuk menghabiskan akhir pekan mereka di sana, mencari ketenangan dari rutinitas sehari-hari. Mereka tidak menyangka bahwa perjalanan ini akan mengubah hidup mereka selamanya.
Setibanya di kaki air terjun, mereka terpesona oleh keindahan alam yang terpampang di depan mata. Air terjun tersebut mengalir deras dari tebing tinggi, menyemburkan percikan-percikan air yang seolah-olah menghilang ke dalam kegelapan di bawahnya. Udara di sekitar terasa sejuk dan segar, namun ada sesuatu yang tidak biasa tentang tempat ini yang membuat Lila merasa tidak nyaman.
Malam pertama mereka di lokasi berlalu dengan tenang. Mereka duduk di sekitar api unggun, tertawa dan bercerita tentang masa lalu. Namun, saat malam semakin larut, Arya merasakan sesuatu yang ganjil. Suara gemuruh air terjun seolah berubah menjadi bisikan halus. Dia mencoba untuk tidak menghiraukannya, tetapi bisikan itu semakin jelas dan terdengar seperti nama mereka.
Hari berikutnya, mereka memutuskan untuk menjelajahi area sekitar air terjun. Ketika mereka mendekati tepi tebing, Dito menemukan sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik semak-semak. Mereka memutuskan untuk memasuki gua tersebut, meski Lila merasa ragu.
Di dalam gua, mereka menemukan sebuah altar tua yang tertutup debu. Di atas altar, terdapat sebuah patung batu yang menyeramkan. Patung itu menggambarkan wajah yang tampak marah dan penuh penderitaan. Di sekeliling altar, ada tulisan-tulisan kuno yang tampaknya merupakan peringatan, tetapi mereka tidak bisa membacanya.
Sekitar saat itulah suasana mulai berubah. Langit tiba-tiba menjadi gelap, meskipun waktu masih siang. Kabut tebal turun, menyelimuti mereka dalam kegelapan. Suara air terjun semakin keras, seolah-olah menelan semua suara di sekitar mereka.
Lila merasa panik dan ingin segera keluar dari gua, tetapi saat mereka berusaha keluar, mereka mendapati bahwa jalan keluar telah tertutup oleh bebatuan. Mereka terjebak. Suara bisikan itu semakin kuat, kini terdengar seperti teriakan yang penuh kemarahan. Tiba-tiba, Dito merasakan sentuhan dingin di punggungnya, seolah ada sesuatu yang tak terlihat menyentuhnya.
Arya mencoba menghibur mereka dengan berbicara, tetapi setiap kata yang diucapkannya seolah disambut dengan tawa menyeramkan yang menggaung di dalam gua. Lila mulai menangis, sementara Dito berdiri dengan kaku, tidak bisa bergerak karena rasa takut yang mendalam.
Saat mereka hampir putus asa, cahaya samar muncul dari patung batu di altar. Cahaya itu perlahan membentuk sebuah gambar, menggambarkan sosok seorang wanita dengan mata penuh kesedihan. Gambar itu tampaknya sedang meminta bantuan. Mereka segera menyadari bahwa patung itu mungkin adalah kunci untuk keluar dari gua.
Arya, dengan penuh keberanian, mendekati patung dan mulai membersihkannya dari debu. Ketika ia melakukannya, sebuah mekanisme rahasia terbuka, dan jalan keluar dari gua terbuka. Mereka melarikan diri dengan cepat, dan saat mereka mencapai udara terbuka, kabut dan suara bisikan perlahan menghilang.
Mereka kembali ke kamp dengan perasaan lega, namun pengalaman itu meninggalkan bekas mendalam dalam diri mereka. Sejak saat itu, setiap kali mereka mendengar gemuruh air terjun atau bisikan angin, mereka tidak bisa menahan rasa takut yang menyelimuti mereka, mengingatkan mereka pada misteri yang mereka temui di Air Terjun Hitam.
Rosalyn Zendria ✨