Di suatu hari ada seorang anak yang bernama ena, awalnya ena hidup dengan baik dan tumbuh menjadi anak yang tangguh. Tapi di ulang tahun ke 15 ena, mempunyai cerita yang merubah hidupnya.
“Enaa, tolong belikan sosis dan mie di warung bude wati”
teriak ibu ena yang bernama siti.
“Iya buu sebentarr” sahut ena.
Ena langsung ber siap mengenakan gaun merah tomat nya itu, “mana duitnya bu?” tanya ena.
“Pinjam duit kamu dulu nanti ibu kembalikan.”
sahut ibu ena “huh oke.”
“Bude watii beliii”
“njeh nduk bentar”
“mau beli apa ?”
“ sosis dan mie bu “
“bentar ya bude ambilkan”
sembari menunggu bude wati untuk mengambilkan barang yang ingin ena beli, ena menoleh ke arah kanan
……… srett wushh~~~
dedaunan kering berwarna kuning pucat ber ada di depannya. Ena sedikit bermain dengan dedaunan itu, pelan-pelan ena mengoyak daun kering itu hingga terbelah menjadi beberapa bagian.
“ini nduk barangnya”
“oh iya bude, jadinya berapa?”
“15 ribu”
Ena mengambil uang dari dalam tas nya yang berwarna merah dengan sedikit kombinasi putih nya itu “srettt” suara resleting tas ena. “Ini bu, 15ribu pas ya!”
“iya makasih”
ena pun berjalan menuju rumahnya yang tidak begitu jauh dari rumah bu wati. sesampainya di rumah “bu ini sosis dan mie nya.” “terimakasih anakku cantik…”
hal hal yang sama beberapa minggu ini terjadi. ibunya yang sering sekali meminjam duit ena, kadang ena merasa risih tapi namanya juga orang tua. Bapak ena berkerja di luar negri dan sudah beberapa bulan ini tidak ada pemasukan di karenakan bos dari perusahan bapak ena meninggal, dan di gantikan dengan anaknya yang kurang bisa mengelola keuangan. sudah 5 bulan tidak ada pemasukan apapun…
ena yang sedang memakai baju merahnya dan berjalan jalan di sekaliling jalan raya sambil memegang segelas air dingin dan roti cokelat.
“bu… saya boleh minta roti sama airnya ga? saya sudah ga makan 1 minggu…” karna merasa kasihan ena kasih makanan dan minumannya ke pemulung itu “ohh iniii boleh pakk!! di makan yaaa semoga bisa nge gancel perut sedikit”
“terimakasih wanita bergaun merah tomat”
ena lanjut perjalanan pulang ke rumahnya “bu, aku hari ini berangkat less bahasa inggris ya…” “iya nanti ibu antarkan, sekalian ibu tunggu saja ya” “baiklah bu”
ena mengganti baju nya dengan baju merahnya yang lain semua di lemari ena ber nuansa merah.
“aku siap bu!” “ayo berangkat”
sesampainya di tempat less ena langsung ke atas menuju kelas less nya.
disana ena menjual gelang,manik manik,stiker,makanan semua yang ena bisa untuk di jual selagi halal kenapa tidak? sebenarnya ena juga berjualan di pinggir jalan,mempromosikan jualannya dan mengambil kerja part time jerih payah keringat ena hanya untuk kebutuhan ibunya dan kebutuhan makanan yang kadang se habis pulang sekolah hanya tersisa telur dan ayam goreng setengah potong. tapi ena tetap mensyukurinya
yeah… malam itu malam paling mencekam dalam hidup ena. Ena memakan setengah potong telur dan nasi keringnya di atas meja belajar nya, ena menangis sambil makan tanpa suaranya. ena tidak kuat atas segala yang di takutinya terjadi. ena merusaha teriak tanpa suara tapi ya? tiada yang peduli dengan dia. bahkan neneknya sendiri masih menanyakan kakak nya ena semuanya khawatir dengan dona kakak laki laki nya semua keluarga besar memikirkan mental kakak nya doang dikarnakan waktu itu kakaknya berteriak gara gara tak dikasih main dengan orangtua ena haha konyol dan orang orang menyebutnya terkena penyakit mental. “KAPAN KEADILAN DI ADAKAN UNTUK KU?!” “KAPAN KALIAN ME NGER TI KU.” “AKU CAPEKKK SETIAP HARI BANTING TULANG” tak ada yang melihat dirinya sebagai peran di dunia ini.
merah merah berdarah. merah, warna itu sangat familiar di mata ena wanita tangguh yang bisa berdiri di atas kakinya sendiri di atas keringat merah yang ia ciptakan sendiri. seperti menusuk tubuhnya sendiri duri duri tajam berdiri di atas kaki sendiri. merah sebenarnya adalah kata motifasi ter tinggi karena merah mempunyai banyak kata yang ber beda beda setiap warna nya. Merah muda , tua , pucat , ke unguan
dan kata penutup cerita ini adalah. merah BERDARAH.