Bandung, Kota yang akhirnya menjadi pilihan terakhir untuk aku menata hidup kembali setelah kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan satu bulan lalu.
Tante Arina, ia adalah adik perempuan Almarhum papah yang saat ini menetap tinggal di Bandung, Hanya Tante Arina yang saat ini aku miliki.
Hari ini aku baru saja tiba di jalan Cilaki dimana Rumah Tante Arina berada, suasananya sangat sepi udaranya pun begitu sejuk, berbeda dengan saat aku tinggal di jakarta yang panas dan juga penat.
“Keyla, apa kamu sudah menemukan fakultas yang cocok disini?” Tanya Tante Arina padaku.
Tak lupa ia membawa secangkir teh hangat dan satu toples cemilan untukku.
Kudapan yang cocok karena saat itu sedang turun hujan yang sangat lebat.
“Sudah Tante, besok rencananya aku mau kesana untuk mendaftarkan diri.” Jawabku seraya duduk di kursi yang masih terbilang sangat kuno.
“Hmm, semoga saja kamu betah yah disini, jadi Tante gak kesepian lagi.” Jawabnya sambil mengusap lembut kepalaku.
Aku Pun hanya menggumam sambil menganggukan kepala dengan pelan, entah kenapa aku merasa sedih ketika melihat Tante Arina yang juga tinggal sendirian di rumah.
Satu tahun lalu ia baru saja ditinggal oleh suaminya, karena om Ridwan memilih pergi dengan wanita selingkuhannya hanya karena Tante Arina masih belum bisa memberinya seorang anak.
“Tante, maaf yah kalau sekarang Keyla malah ngerepotin tante.” ucapku pelan sambil merengkuh lengannya.
“Ah kamu ini ngomong apa sih Key, Tante sama sekali gak merasa direpotkan kok, justru Tante malah senang karena sekarang Tante ada yang menemani” ucapnya.Lalu kami berdua pun terdiam hanya saling menatap dengan dalam kemudian saling berpelukan satu sama lain.
***
Esok harinya aku segera bersiap untuk mendaftarkan diri ke kampus yang sama sekali bukan tujuan awalku.
Namun meskipun begitu aku tetap harus menjalankan kuliah demi mewujudkan harapan kedua orangtuaku.
Hanya itulah satu-satunya yang menjadi alasanku untuk tetap semangat menjalani kehidupan yang sudah tak lagi sempurna bagiku.
Aku berjalan mendekati Tante Arina yang sedang sibuk di dapur, bau harum masakan khasnya membuat perutku keroncongan dengan seketika.
Aku baru ingat kalau semalam aku memang belum makan.
“Sarapan dulu sayang.” ajak Tante Arina seraya menyajikan satu piring nasi goreng teri yang merupakan makanan kesukaanku.
“Hmm, makasih Tante.”akupun dengan cepat meraih sendok dan garpu kemudian menyantapnya.
Tante Arina hanya mampu tersenyum saat melihatku dengan lahap memakan masakannya.
Beberapa saat kemudian kami pun selesai sarapan setelah itu aku memutuskan untuk segera pergi ke kampus seorang diri.
Setelah menempuh perjalan kurang lebih satu jam akhirnya aku sampai di kampus yang menurutku sangat besar dan juga megah.
Aku terus berjalan menyusuri koridor yang sudah dipenuhi para mahasiswa.
Sontak seluruh mata pun tertuju lurus padaku.
“Maaf ruang TU di sebelah mana ya?” Tanyaku pada salah satu mahasiswa perempuan di sana, ia terlihat necis tubuhnya tinggi kulitnya putih dan parasnya pun cukup cantik.
“Lo mahasiswa baru disini?” Bukannya menjawab wanita itu malah balik memberi pertanyaan padaku.
“Iya.” anggukku ragu
“ok, dari sini Lo cuma tinggal lurus saja mentok, ruang TU ada disana.” Terangnya
Usai mendapatkan jawaban dari wanita itu pun aku beranjak pergi dan segera menuju ke ruang TU dan tak lupa aku mengucapkan terima kasih padanya.
Aku kembali berjalan namun tanpa sengaja aku berpapasan dengan seorang laki-laki yang wajahnya tak begitu asing bagiku. Wajahnya bulat, kulitnya putih, dan ia juga memiliki rambut ikal yang hitam.
Tubuhnya tidak terlalu besar namun tingginya sedikit melebihi tinggiku.
“Raka!” Sahutku dengan kaget
Wajah laki-laki itu sungguh mirip dengan wajah sahabat masa kecilku, iya seorang sahabat yang aku cintai. Namun sayang Dia pergi sebelum mengetahui perasaanku yang sebenarnya.
Tiga tahun lalu tepat kelulusan sekolah SMA Raka terpaksa pergi meninggalkan Indonesia dan memutuskan untuk tinggal di luar negri, begitupun dengan aku yang begitu lulus harus pindah dari Semarang ke Jakarta karena alm.ayahku dulu mendapatkan tugas disana.
Sejak saat itu kami sudah tidak pernah lagi saling komunikasi.
“Keyla!” Serunya dengan mata yang sudah membulat sempurna.
Kami saling menatap satu sama lain sambil tersenyum kecil namun entah kenapa suasana canggung menghinggapi kami, aku ingin sekali bisa memeluknya seperti dulu, tapi mungkin sekarang hal itu tidak bisa aku lakukan.“Apakabar? Kapan kamu kesini? Aku tidak menyangka kalau kita akan bertemu lagi disini.” Raka memberiku banyak pertanyaan yang sulit untuk aku jawab.
“Aku baik Raka,” jawabaku parau menahan sedih karena akhirnya aku bisa bertemu kembali dengan cinta pertamaku yang tak lain adalah sahabatku masa kecilku sendiri.
“Syukurlah kalau kamu baik.” Ucapnya seraya menyentuh pundakku.
Hal itu justru membuatku terpana karena dia ternyata masih Raka yang aku kenal dulu, setidaknya itu adalah momen terindah untukku ketika kembali bertemu dengannya. Namun keindahan itu tak berangsur lama, saat tiba-tiba seorang wanita datang menghampiri kami berdua.
“Sayang, gimana sudah beres?”
Wajahku tertekuk seketika hatiku juga menciut ketika mendengar wanita yang tadi berpapasan denganku memanggilnya sayang.
Raka terlihat bahagia ia merangkul tubuh wanita itu dengan sangat mesra.
Hingga membuatku yang melihatnya merasa hancur dan patah hati.
Mataku memanas ada setitik air mata yang keluar dari ujung celah mataku.
Namun aku buru-buru mengusapnya sebelum mereka berdua melihatnya.
“Sayang, kenalkan ini Keyla, dia sahabat masa kecilku yang selalu aku ceritakan sama kamu.” Terang Raka, dengan gembira ia memperkenalkanku padanya.
Wanita itu terlihat tersenyum lalu melambaikan tangannya padaku seraya menyebutkan namanya. “ Hai aku sandra tunangannya Raka, nice to meet you Keyla.” wanita itu sangat ramah dan baik tak heran jika Raka menyukainya.
Aku pun melambaikan tangan padanya lalu menyebutkan namaku dengan pelan.
***
Tanpa terasa satu tahun berlalu aku berkuliah di tempat yang sama bersama Raka dan juga Sandra, kami bertiga menjalin persahabatan yang cukup baik.
Meskipun setiap harinya aku harus belajar menerima dan mengikhlaskan diri untuk melihat kemesraan yang dilakukan oleh keduanya.
Hingga suatu hari aku harus menyaksikan Sandra melakukan hal yang sama sekali tak pantas untuk dilakukan.
Hari itu adalah hari Sabtu, tepat pukul 15.30 aku baru saja menyelesaikan mata kuliahku, saat itu aku sudah membuat janji bersama Sandra untuk mencari hadiah ulang tahun Raka, karena tak kunjung menemukannya di kampus akhirnya Aku Pun memutuskan untuk langsung pergi menuju apartemennya.
Usai tiba disana aku mendapati pintu apartemennya terbuka, beberapa kali aku mengucap permisi namun aku masih tak mendapatkan sahutan darinya. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk masuk saja ke dalam apartemennya.
Perlahan aku melangkah pelan, namun aku terkejut ketika melihat beberapa pakaian wanita dan pria berserakan begitu saja di lantai, dengan segala kecurigaanku aku tetap mengendap masuk hingga langkahku terhenti karena melihat pemandangan yang seharusnya tak pernah aku lihat.
Aku kaget, dan aku juga terkejut karena Brian yang tak lain sahabat Raka ada bersama Sandra di dalam kamar.
Sontak pemandangan yang tak biasa itu membuatku syok, terlebih ketika aku mengingat Raka, bagaimana jika Raka tahu kalau Sandra wanita yang selalu menjadi pujaannya selama ini tengah tidur bersama sahabatnya sendiri.
Hari-haripun berlalu semenjak melihat kejadian itu aku menjadi selalu ketakutan, teebih setiap menyaksikan perhatian palsu yang Sandra berikan pada Raka. Aku ingin memberitahu Raka yang sebenarnya tapi aku takut nantinya Raka akan marah dan malah tidak mempercayaiku.
Semenjak kejadian itu aku sering mencari informasi tentang hubungan antara Sandra dan Brian secara diam-diam, berharap kalau yang aku lihat kemarin hanya lah mimpi. Namun sayang semua itu nyata adanya kalau mereka memang sudah berselingkuh sejak enam bulan lalu. Dan sialnya aku hanya bisa membiarkan hal itu berlanjut tanpa bisa memberi tahu Raka dalam kurun waktu yang lama.
Hari demi hari pun berlalu aku melewati persahabatanku dengan segala kecemasan hanya bisa berharap kalau Raka akan secepatnya mengetahui semua kebenarannya.
Suatu hari Raka dan Sandrapun terlihat bertengkar hebat bahkan semua barang yang berada di hadapannya pun tak ayal menjadi sasaran kekesalan mereka.
Aku mencoba menghampiri mereka karena aku tidak mau jika Raka lepas kendali ia bisa menyakiti Sandra.
“Sudah berapa lama kalian berhubungan Hah!” Tanya Raka dengan emosi yang sudah membuncah.
“Aku minta maaf Sayang, aku khilaf.” Mohon Sandra pada Raka
“Berhenti menyebutku sayang Sandra karena mulai hari ini hubungan kita selesai!” Raka pun keluar meninggalkan Sandra yang menangisi histeris di apartemennya.
Aku hanya bisa terdiam menatapnya dengan tatapan nanar ketika Raka melewatiku.
Ingin aku mengejar Raka yang saat ini hatinya pasti sedang terluka.
Namun aku juga tidak mungkin membiarkan Sandra disana sendirian.
Satu jam berlalu aku mendengarkan penjelasan Sandra tentang perselingkuhannya bersama Brian yang terbongkar.
Entah aku harus bahagia atau sedih namun disisi lain aku bersyukur akhirnya kebenaran itu bisa terbaca oleh Raka.
Malam itu disebuah taman pusat kota Bandung aku datang menghampiri Raka yang tengah duduk termenung, wajahnya sendu matanyapun sedikit membengkak, keadaannya terlihat kacau.
Aku mengerti dengan apa yang menjadi perasannya sekarang. “ aku gak tau kurangku apa Key, padahal sejak pertama bertemu dengan Sandra aku yakin kalau di adalah wanita yang selama ini aku cari. Aku sudah memberikan segalanya untuk dia, aku sudah melakukan berbagai hal agar dia selalu bahagia bersamaku, tapi aku tak pernah menyangka bahwa balasan yang akan dia berikan ternyata seperti ini.” Ucap Raka lirih ia menangis di atas bahuku dengan sendu.
“Menangislah Sepuasnya Raka, karena hanya air mata kamu yang akan mengerti luka di dalam hati kamu.”
Aku hanya mampu terdiam sambil terus menyaksikan laki-laki yang aku cintai sejak dulu.
“Kamu berhak bahagia Raka, kamu tidak pantas untuk terluka,”gumamku
Kamipun akhirnya melewati malam panjang itu berdua berharap hingga pagi nanti segala kesedihan dan luka itu hilang.
Bandung 27 Juni 2024
Bionarasi Penulis :
Menulis dan membaca adalah dua hal yang sangat menyenangkan, karena hanya lewat tulisan aku bisa mengekspresikan segala hal yang aku pikirkan.
Aku penyuka lagu love story, pecinta drama romantis dan tak ketinggalan makanan pedas harus selalu ada saat aku menulis.
