Velina itu lah nama panggilan ku di kelas 12 IPA 2 dan aku kerap di kenal sebagai gadis biasa saja yang memiliki hobi membaca novel romantis di kelas, aku selalu berimajinasi apakah aku bisa mendapatkan laki-laki tampan seperti cerita di dalam novel? Tentu saja itu seperti sesuatu permintaan yang sangat mustahil menjadi nyata karena aku hingga saat ini belum bisa merasakan jatuh cinta.
Cinta pandangan pertama adalah sebuah momen dimana kita sepasang manusia akan merasakan sebuah perasaan indah yang saling tertarik satu sama lain melalui pandangan pertama saat saling bertemu, tapi selama ini aku belum merasakan nya, aku sempat berpikir apa aku tidak normal? Atau aku tidak laku di kalangan laki-laki itu sebab nya tidak ada satupun laki-laki yang mau mendekati ku.
Setiap hari aku selalu cemburu melihat teman sebangku ku yang selalu mendapatkan perhatian romatis dari Kekasih nya, sementara aku hanya menonton di pojokan seperti debu yang enggan di sentuh sama sekali.
"Velina. Bisa tolong belikan aku minuman di kantin?" mohon Siana teman sebangku Velina.
Aku sebenarnya ingin menolak tapi melihat Siana sedang bermesraan dengan kekasih nya membuat ku ingin pergi dari bumi saja, Aku dengan senang hati menerima permintaan itu dari pada menjadi debu di pojokan dan menonton drama romantis mereka yang membuat ku iri dengki.
Jalan menuju kantin adalah melewati koridor kelas 12 IPA 1 yang terkenal sebagai kelas yang di huni oleh para murid pintar kelas atas, tentu saja aku tidak layak disana karena kepintaran ku yang hanya rata-rata di bawah mereka semua. Namun setiap aku melewati kelas tersebut aku selalu tertarik melihat ke arah jendelan jelas yang langsung terlihat begitu melewati koridor.
Disaat pandangan ku melihat ke arah jendela itu aku melihat seorang laki-laki berwajah sangat tampan sedang duduk belajar dengan setumpuk buku di meja nya. Aku sering berpikir apakah otak nya tidak kebakaran membaca buku sebanyak itu.
"Dia melihat ku?"
Kali ini aku sangat terkejut karena biasa nya saat aku melihat ke arah nya dia hanya diam membaca buku tapi sekarang pandangan kami saling bertemu satu sama lain lalu senyuman tipis muncul di bibir manis nya. Aku yang terkejut langsung mengalihkan pandangan ku kedepan bergegas pergi ke kantin dengan wajah merah merona seperti tomat busuk.
"Kenapa dia tersenyum kepada ku? Aku tidak salah lihat kan tadi?"
Aku yang panik jadi tidak fokus dan takut melewati koridor itu lagi karena aku sangat malu ketahuan memperhatikan laki-laki itu dari jendela, aku tidak ingin dia menganggap ku sebagai penguntit pengagum rahasia nya, karena aku telalu memikirkan nya aku sampai tidak fokus sama sekali hingga jam kelas berakhir.
"Nilai matematika ku semakin buruk saja." akibat memikirkan nya aku sampai tidak fokus mengerjakan soal matematika yang di berikan.
Hari ini juga adalah jadwal piket ku jadi mau tidak mau aku harus membersihkan kelas sebelum pulang, aku heran mengapa kelas ini begitu kotor seperti kandang babi saat jadwal ku piket, tapi di hari lain telihat sangat bersih seperti lantai istana.
"Menyebalkan sekali hari ini." rasa nya hari ini aku ingin menghilang saja.
"Velina."
Aku terkejut saat sedang menyapu ada seseorang dari ambang pintu memanggil mama ku. Aku spontan langsung melihat siapa orang itu dan aku langsung menyesal masih berdiri kaku di sana.
"Ka-kamu! A-aku bisa jelaskan!" aku terlalu panik sampai kesulitan merangkai kata-kata.
"Jelaskan tentang apa?" dia bertanya padaku dengan wajah polos seperti tidak ada masalah sama sekali.
"Tadi.. Ah lupakan saja!" aku tidak bisa mengatakan nya karena aku terlalu malu sudah ketahuan memperhatikan nya diam-diam.
"Bastian. Salam kenal Velina!" selama ini aku selalu ingin tahu siapa nama nya tapi aku selalu mengurungkan niat ku karena malu bertanya tapi sekarang dia langsung memberitahu ku nama nya.
"Sa-salam kenal. Bagaimana kamu tahu nama ku?"
"Rahasia."
Rasa nya aku ingin pingsan sekarang karena jantung ku terus berdetak kencang, padahal aku berbicara tidak melihat mata nya tapi rasa nya sangat gugup, itu mungkin karena selama ini aku tidak akan berpikir akan berbicara langsung dengan Bastian.
"Kamu tidak pulang? Jam pulang sekolah sudah berbunyi." Aku tidak ingin terus berada di situasi tegang seperti ini.
"Aku tahu. Tapi aku ingin tetap disini sampai kamu sudah selesai membersihkan kelas, akhir-akhir ini banyak siswa nakal melakukan pelecehan pada siswi yang sendirian saat jam pulang sekolah."
Itu memang benar tapi aku tidak akan menyangka dia perhatian pada ku. Setiap piket kelas aku memang sendirian karena pasti teman se jadwal piket ku kabur pulang duluan, dan setiap pulang setelah piket di kelas aku selalu melihat Bastian masih di kelas membaca buku segunung tapi sekarang dia berada di kelas bersama dengan ku.
"Terima masih sudah menemani ku. Maaf sudah merepotkan mu selama ini."
Aku baru sadar jika selama ini seperti nya Bastian selalu pulang setalah aku pulang duluan melewati kelas nya yang juga searah dengan jalur koridor menuju pintu keluar kelas.
"Salama ini aku ingin menyapa mu langsung tapi kamu terlihat seperti tidak suka berinteraksi dengan siapapun. Aku baru berani menyapa mu langsung sekarang jadi jangan berpikir aku berniat jahat padamu."
Bastian mengira aku waspada karena dia akan melakukan kejahatan padaku padahal aku waspada karena takut salah tingkah di depan Bastian.
"Aku sudah selesai membersihkan kelas. Kita bisa pulang sekarang."
Bastian mengangguk saja kemudian kami bedua keluar kelas bersamaan dan berjalan berdua, aku selalu membayangkan momen ini tapi sekarang itu sudah menjadi kenyataan yang harus aku simpan hingga tua nanti, aku berpikir momen itu hanya akan terjadi sekali namun hampir setiap hari Bastian selalu pulang sekolah bersama dengan ku.
Aku yang awal nya hanya mengenal Bastian dari jendela kelas kini bisa berjalan bersama dengan nya setiap hari dan memiliki nya sebagai kekasih ku. Bastian menyatakan perasaan nya padaku saat kami sudah lulus sekolah, aku tidak menduga itu akan terjadi karena selama ini aku pikir hanya aku yang mencintai sendiri tapi ternyata aku salah karena kami sakarang sudah saling mencintai.
"Bastian. Apa yang kamu lakukan disini?"
"Aku merindukan mu. Pekerjaan ku membuat ku sakit kepala."
Setelah lulus sekolah kami kuliah bersama lalu lulus bersama lagi dan akhirnya kami bekerja di tempat yang sama, sejujurnya nya aku bekerja di perusahaan milik Bastian, setiap Bastian lelah bekerja dia akan mengeluh padaku dan minta di manja sepeda anak kecil yang kehilangan permen saja.
Aku sama sekali tidak keberatan karena aku selalu menerima keluhan suami ku. Aku dan Bastian menikah setelah lulus kuliah dan hingga saat ini kami masih bersama sama. Perjalanan sudah kami lalui sangatlah panjang namun terasa mudah karena kami selalu mendukung satu sama lain dan saling percaya. Cinta pada pandangan pertama dan terakhir adalah ikatan cinta yang tulus dan akan bertahan lama walau berakhir bersama atau tidak bersama.
"Bastian. Lihat ini hadiah untuk mu."
"Kamu hamil sayang?" aku membalas dengan anggukan kepala dan senyuman hangat.
"Aku akan menjadi Ayah!"
"Hai anak ku."
Selesai.....
Terima kasih sudah membaca..
Cinta tidak harus memiliki tidak salah tapi jika bisa di miliki makan hidup akan jauh lebih bahagia....