#Tak Seindah Romansa
“Terima.”
“Terima.”
“Terima.”
“Terima.”
Suara ramai itu kudengar usai pernyataan cintaku kepadanya, gemuruh di hatiku semakin berlari kencang tatkala aku menunggu kata ‘IYA’ terucap dari bibir mungilnya.
Oh, ternyata beginilah rasanya jatuh cinta, selalu berbunga bahagia. Terkadang aku larut dalam tertawa, nyaris seperti orang ghila. Seperti halnya Ayah, Bunda, dan Abangku, aku adalah seseorang yang sangat sulit jatuh cinta. Dan ketika kini aku sudah menjatuhkan pilihan hatiku kepadanya, maka di hari ia menerima cintaku, aku pastikan akan setia dan selalu mencintainya.
Namanya Claudia, parasnya cantik sempurna dengan kulit putih dan bibir merah muda yang selalu menggoda. Lembut tutur kata, serta luwes pembawaannya, benar-benar gadis idamanku. Jangan dikira hanya aku yang menyukainya, karena kudengar Kanaka Kapten TIM Basket pun menyukai Claudia.
Jadi, aku tak boleh membuang waktuku, ketika Claudia mulai memberiku lampu Hijau, akupun bergerak cepat menyatakan perasaanku.
Senyum bahagiaku semakin merekah ketika Claudia maju dan mengambil alih buket bunga mawar di tanganku.
“Huuu … huuu … “ koor panjang kembali terdengar ketika Claudia menghirup aroma mawar pemberianku. Bibir mungilnya membalas senyumanku, tanpa kata ketika mengangguk malu, namun kulihat ada rona di wajahnya.
“Cium.”
“Cium.”
“Cium.”
Lagi-lagi kudengar sorak Sorai dari teman-teman kami. Kali ini aku yakin wajahku yang memerah, aku sungguh malu, walau berciuman bukan lagi hal yang tabu. Tapi bukan berarti aku melakukannya di depan teman-teman kami, aku masih punya rasa malu yang harus di junjung tinggi.
Suara peluit Pak Yoga, membuat kerumunan kami terpencar, aku kembali ke kelasku, dan Claudia pun kembali ke kelasnya. Untuk terakhir kalinya sebelum masuk kelas, aku menoleh, dan kulihat Claudia pun sedang menatapku. Tatapan kami bertemu, Claudia tersenyum sebelum melambai kecil ke arah ku.
.
.
2 Bulan kemudian
Sirine Ambulance melengking sepanjang jalan, pertanda meminta pengguna jalan untuk menepi sejenak, guna mendahulukan pasien yang ada dalam kondisi butuh pertolongan segera.
Kenzo sedang dalam perjalanan pulang usai mengantar sang kekasih, tapi kejadian tak terduga terjadi. Jalanan yang sepi membuat Kenzo memacu kuda besinya dengan kecepatan tinggi, tentu ia ingin segera tiba di rumah.
Tepat di perempatan jalan utama, sebuah Truk melaju kencang, dengan maksud menghindar, Kenzo Justru menabrak mobil lain yang kebetulan melintas. Akibat tak mampu lagi mengendalikan kecepatan motornya, membuat Tubuhnya ikut terseret beberapa meter.
Tangis kencang sang Bunda menyambut kedatangan Ambulance, ketika kecelakaan terjadi, Bunda Emira sedang berada di Rumah Sakit untuk shift malam, sementata Ayah Juna yang berada di rumah bergegas melaju kencang ke Rumah Sakit, usai Polisi menghubunginya.
Walau kedua orang tuanya adalah Dokter Spesialis Bedah, tapi tak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada Kenzo di masa depan. Keinginannya untuk menjadi Dokter sudah tertanam kuat sejak lama, dan kini ketika langkahnya baru saja dimulai, tragedi nahas menimpanya.
Operasi berjalan cukup lama, karena luka yang Kenzo alami pun cukup parah, hingga membuat 3 dokter spesialis sekaligus ikut bergabung melakukan operasi.
Namun sehebat apapun sebuah kekuasaan, serta kehebatan manusia, tetap saja tak mampu mengalahkan takdir Tuhan.
Operasi berjalan lancar, namun tidak demikian dengan recovery pasca operasi. Perlu waktu minimal dua tahun agar Kenzo bisa kembali berjalan normal seperti sedia kala. Dan itu berarti Kenzo harus merelakan waktu emasnya untuk memulai pendidikan sebagai seorang Dokter.
Hanya menyadari fakta itu saja, membuat semangat dalam dirinya menipis secara drastis.
Prang!!!
Lagi-lagi Kenzo melempar nampan berisi makan siangnya, pemuda berusia 18 tahun ini harus menerima akibat dari kecelakaan yang menimpanya.
Untuk sementara waktu Kenzo harus bersabar duduk di kursi roda, karena kakinya yang tak bisa langsung berfungsi normal, usai dilakukan pembedahan akibat kerusakan beberapa otot dan syaraf di betis dan lutut kanannya.
“Bunda mengerti kamu sedih, tapi kamu harus mengisi energi, agar tubuhmu tetap kuat menjalani proses penyembuhan.”
Kenzo hanya menatap kosong taman rumah sakit yang membentang di hadapannya. Putus asa? tentu saja iya. Bahkan ketika semua teman-temannya datang menghibur dan menanyakan kondisinya pasca kecelakaan. Kekasih hatinya justru sama sekali tak menampakkan diri.
Bukan berarti kehadiran orang tua serta keluarganya tak berarti, tapi ia pun ingin menerima sedikit perhatian dari sang kekasih. Gadis yang baru 2 bulan dipacarinya, sekaligus cinta pertamanya.
.
Flashback.
“Kenz … aku punya sedikit informasi, tapi tolong jangan marah ya?” Bisik Ghafin ketika semua teman-teman nya sudah pamit undur diri.
Kenz menoleh menatap Ghafin, teman sebangku sekaligus sahabat kentalnya.
“Emang kenapa?” Tanya Kenzo balik.
“Ini baru dugaan ya, belum terbukti kebenarannya, tapi kalau kamu mau, aku bisa cari tahu lebih detail.”
“Apa sih? Jangan bikin aku makin kepo.”
“Ini soal Claudia.”
Kenzo mengerutkan keningnya. “Ku dengar dari anak-anak, Kanaka dan Claudia sekarang jalan bareng.”
Seperti dihantam batu besar, mendadak dada Kenzo terasa sesak, “apa karena sekarang aku cacat?” Tanya Kenzo pada Ghafin.
Ghafin mengangguk, “tapi kata Bunda kamu, kamu masih bisa jalan lagi, aku yakin kamu pasti bisa berlatih lagi. Came on … masih ada aku di sisimu, selamanya kita sahabat. Kita sudah janji masuk sekolah kedokteran sama-sama.”
Kenzo tersenyum pahit. Ia kembali melongok ponselnya, melihat foto-foto mesra Claudia dan Kanaka. Ghafin mengirimkan foto tersebut sebagai bukti bahwa ucapannya bukan isapan jempol belaka. Sebuah Voice Note pun ikut Ghavin sertakan beserta gambar-gambar tersebut, yang mana voice note tersebut semakin memperjelas segalanya, bahwa ternyata hati Claudia tak secantik parasnya.
Di satu sisi ia senang karena Ghafin masih bertahan di sisinya.
Namun di sisi lain hatinya patah, karena Claudia berpaling muka.
Flashback end
.
Sungguh tega, cinta yang baru bersemi di cabut dengan paksa, luka menganga rasanya tak seberapa, jika dibandingkan dengan sakitnya hati akibat sebuah penghianatan cinta.
Kemarahan serta kekesalan hatinya ia lampiaskan pada nampan berisi makanan, Hingga membuat sang Bunda kerepotan membereskannya.
Kenzo menatap betapa letihnya wajah Bunda Emira, beliau sedang membantu petugas Cleaning service membersihkan makanan yang baru saja Kenzo hempaskan karena hatinya begitu kesal.
“Bunda …”
Bunda Emira mendongak, ia menatap wajah pucat Kenzo yang kini berurai air mata.
“Kenapa sayang?” Tanya Bunda Emira, ia beranjak mendekati putra sulungnya.
“Kenapa rasanya begitu sakit?”
Bunda Emira tersenyum lembut, “sabar ya, kamu dengar kan penjelasan Dokter Brahma kemarin? Memang sakit pada awalnya, tapi beliau memastikan, dengan terapi, kakimu bisa berfungsi kembali dengan normal.”
“Bukan kakiku.”
Bunda Emira tertegun sesaat. “Lalu?”
“Hatiku, Bund, sakit sekali,” Tak kuasa memendam nya seorang diri, Kenzo pun menumpahkan isi hatinya pada sang Bunda. “Dia mengkhianatiku. Disaat aku tak bisa apa-apa tanpa bantuan Bunda, Claudia justru kembali merajut asa bersama kekasih barunya.”
Bunda Emira tersenyum, walau ia tak kuasa menahan tangis setelah mendengar curahan hati putra sulungnya. Bunda Emira duduk di hadapan Kenzo, tangannya menggenggam tangan Kenzo.
“Jalanmu masih panjang, Nak, ini hanyalah sedikit batu sandungan. Kelak kamu akan menemukan batu yang lebih besar lagi, dan kamu harus bisa menghancurkan batu tersebut, agar terus melangkah maju.”
“Tapi Claudia cinta pertamaku, Bund.”
“Kamu ingin seperti Ayah dan Bunda?”
Kenzo mengangguk.
“Cinta pertama memang tak terlupakan, tapi yakinlah dengan masa depan, kamu akan menemukan kembali sebuah cinta sejati. Cinta yang akan menemani setiap langkahmu tanpa melihat kelemahanmu, cinta yang akan melengkapi kekuranganmu, dan cinta yang akan membawa pada kehidupan yang lebih baik daripada saat ini.”
💔💔💔
Hai, Aku Moon.
Pengangguran yang hobi banget dengan dunia perhaluan, baca fiksi, traveling dan juga kopi.
Cinta pertama, siapa yang tak pernah memiliki kenangan tentangnya. Cinta pertama memang sulit untuk dilupakan. tapi ketika cinta pertama mengkhianatimu, apakah akan membuatmu berhenti berharap dengan hadirnya sosok cinta sejati?
Semoga suka dengan narasi singkat ini, ada yang bilang bahwa menulis itu susah, apalagi menuangkan isi pikiran hingga 1000 kata. Tapi menurutku, semua itu terasa susah, karena kita tak pernah mencoba.
So, jangan ragu untuk mulai mencoba, jika kita tak mencoba memulai, maka selamanya, 1000 kata itu hanya angan belaka.
Cerita pendek ini aku dedikasikan untuk Challenge Menulis Cerpen GC Ruang Author.
Semoga suka 🥰🥰
With Love
-moon-