‘ Selena, cepat kamu pergi dari sini! Lari sejauh yang kamu bisa, jangan sampai kamu tertangkap oleh mereka! Lari Selena, selamatkan dirimu! Dan ingat 1hal lagi jangan kamu tengok kebelakang!Lari!! SELENAAAAAA...!!! ‘
“ kakak, ayo bangun kau tak mau berangkat sekolahkah? KAKAAAAK...!!! BANGUUUUN...!!! “
‘Aah, teriakan ibu dipagi hari sungguh membuatku rindu. Selamat pagi Ibu, i miss you...’ ucap Selena dalam hati, segera ia mematikan alarm di handphonenya dan bergegas mandi. Selena hidup di sebuah perkampungan pinggiran kota bersama adik dan ayahnya, sedangkan ibu Selena pergi menjadi TKW di luar negeri, jadi pekerjaan rumah tangga kini semua di tanggung Selena termasuk mengurus adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar, sedangkan ayahnya seorang pengangguran dan penikmat harta istri. Setelah selesai mandi, Selena bergegas membuatkan sarapan untuk adiknya dan bekal makanan untuk ia bawa ke sekolah. Sesaat Selena teringat tentang mimpi semalam, mimpi itu seakan terasa nyata dan lokasinya seperti berada di sebuah taman dengan background gereja.
“ mbak, pagi-pagi udah ngalamun aja! Awas nanti kesambet loh. “ seru Alda mengagetkan Selena.
“ bawel, udah itu sarapan dulu jangan lupa minum susu biar tinggi biar otakmu juga pinter. Bekal mu udah mbak siapin juga, mbak hari ini gak bisa anterin kamu sekolah gapapa kan dek? Mbak lupa kalo ada tugas sekolah, belum tak kerjain jadi mbak mau pinjem buku temen. Mbak berangkat dulu, habisin sarapan mu! Assalamualaikum. “ kata Selena.
Selena biasa berangkat ke sekolah menggunakan bus, karena jarak rumah dengan sekolah cukup jauh dan membutuhkan waktu 30menit. Sesampainya disekolah Selena langsung menuju kantin dan menunggu temannya Kiki datang. Suasana sekolah masih terasa sepi, hanya ada sedikit siswa yang sudah datang. Selena melihat sekeliling sekolah dan tak sengaja melihat sesuatu yang aneh baginya, ada seorang anak kecil sedang berlarian sambil membawa boneka di lantai 2 gedung kelas. Pandangan Selena terus mengikuti arah bocah itu pergi, tiba-tiba bocah itu menoleh ke arah Selena dan membuat Selena terkejut sekaligus merinding. Seketika Selena menurunkan pandangannya, dan mengucap istighfar. Selena kembali menengok ke arah bocah itu berdiri namun bocah itu sudah menghilang entah kemana.
“ Hayo...! “ seru Kiki.
“ Astaghfirullah, Kiki! Jantungku hampir copot tahu! “ ujar Selena.
“ Haha, sorry lagian kamu kenapa melamun? Hati-hati nanti bisa kesambet, hiya... aing maung! Meong... hahaha. “ kata Kiki.
“ hmm, aku tadi lihat anak kecil perempuan berlarian di depan kelas lantai 2. “
“ Anak kecil? Halusinasi kamu aja mungkin, ini sekolahan mana ada anak kecil main di sini. Emang anak kecilnya macam apa rupanya? “ tanya Kiki penasaran.
“ Buku tugas mu dulu bawa sini, pesen es sana ntar aku yang bayar. “ kata Selena.
“ Uh, habis terima angpao nih dari mamak tercinta? “ kata Kiki.
“ Kata siapa dapet angpao dari mamak? Ini tuh bayaran semalam aku abis jual diri! Udah buruan pesen keburu bel masuk bunyi. “
“ Sialan, aku di bayarin pake duit haram. Buk, es susu coklat 2 tanpa gula! Sama gorengan 5 ya, makasih. “ ujar Kiki.
“ Tadi aku liat anak kecil cewek rambutnya dikucir 2, dia bawa boneka dipeluk. Dan sewaktu dia menoleh kearah ku mukanya rusak sebelah, mulutnya tersenyum hingga bibirnya nyaris menyentuh telinga. “ kata Selena sambil menyalin jawaban tugas di buku Kiki.
Kiki bergidik ngeri mendengar penjelasan Selena tentang apa yang ia lihat tadi. Kiki pun teringat sebuah cerita 2 tahun lalu, tentang seorang siswa yang tewas kecelakaan karena tertabrak truk sepulang sekolah. Dan yang membuat miris adalah kejadian itu disaksikan oleh teman-temannya si korban, saat itu si korban hendak menyebrang jalan bersama siswa lainnya, jalan nampak lengang namun anehnya saat si korban menyebrang tiba-tiba ada truk yang melaju kencang dan menabrak siswa itu hingga membuatnya terpental sejauh beberapa meter dari lokasi tabrakan. Korban tewas di tempat, hal itu pula yang menjadikan trauma bagi yang melihat.
“ aku tahu itu, sebenarnya dia udah dijadikan target tumbal. “ jawab Selena.
Bel masuk sekolah pun berbunyi, sebelum masuk kelas para siswa mengikuti acara apel pagi di lapangan. Selena dan Kiki yang tergabung dalam anggota PMR berdiri di luar barisan paling belakang untuk memantau siswa lain, dan ada juga anggota OSIS bagian keamanan yang berdiri di barisan belakang untuk menertibkan siswa.
“ Selena...! “
Selena mendengar ada seseorang yang memanggilnya dari jauh, ia mencari sumber suara itu namun suara itu terdengar asing tak seperti suara teman-temannya yang ia kenal. Selena kembali fokus dengan ceramah dari guru di depan. Lagi-lagi Selena mendengar ada yang memanggilnya, namun kali ini suara itu terdengar sangat nyaring tepat di telinga dan membuat gendang telinga Selena berdengung. Ia pun langsung jongkok sambil menutup telinganya dan menahan sakit dari dalam telinga. Kiki yang melihat Selena menutup telinga bertanya kenapa dan Selena mengatakan kalau ia baik-baik saja. Apel pagi selesai dan seluruh siswa masuk kelas. Selena masih mengkorek telinganya menggunakan jari kelingking, telinganya masih sedikit berdengung. Hingga pelajaran dimulai Selena masih ke pikiran dengan mimpinya semalam, ia tak fokus dengan guru yang sedang mengajar di depan, Selena justru menggambar sketsa wanita cantik nan anggun yang memakai gaun vintage gaya eropa era Victoria.
“ Selena? Coba kamu jelaskan kembali apa yang ibu tadi sampaikan. “ pinta ibu guru.
“ sst, Selena! “ panggil Kiki.
“ eh, iya bu! Maaf saya tidak fokus barusan. Ada apa bu? “ tanya Selena.
“ berikan gambar yang baru saja kamu gambar itu, dan lekas kamu ke depan jelaskan kembali materi hari ini. “ jawab ibu guru.
Selena menyerahkan gambar itu dan bergegas maju, ia melihat apa yang guru itu tulis di papan tulis dan membaca di buku, ia pun mulai menerangkan kembali dengan bahasa yang lebih mudah di cerna oleh teman-temannya. Ibu guru merasa puas karena Selena mampu menerangkan kembali apa yang beliau ajarkan barusan hanya dengan melihat papan tulis sebentar dan membaca buku sekilas, sedangkan sejak awal pelajaran hingga akhir Selena terlihat tidak fokus dengan pelajaran.
“ Sudah bu, saya memang tidak memperhatikan ibu tapi saya tidak tuli. “ ucap Selena kesal.
“ nanti sebelum istirahat temui ibu di kantor. “ kata ibu guru.
Selena hanya mengangguk dan tersenyum.
Selena disidang diruang guru, ibu guru memuji hasil sketsa dan cara dia berbicara di depan kelas tadi, namun ibu guru juga meminta Selena untuk lebih fokus selama pelajaran berlangsung.
“ hah, sial sekali aku! “ ujar Selena.
Ia melempar kertas gambarnya ke meja dihadapan teman-temannya yang sedang duduk menikmati soto dan es teh.
“ lagian kamu juga ngapain sibuk sendiri, sudah tahu guru bahasa inggris killer masih berani sekali kamu gak perhatiin dia. “ kata Agustina.
“ coba lihat! kamu gambar siapa sih? Tumben detail banget gambar mu. “ tanya Anggun.
“ aku juga gak tahu yang aku gambar itu siapa. Tapi aku semalem mimpi ketemu dia, dan mimpi ku aneh. “ jawab Selena.
“ aneh gimana? “ tanya Anggun.
“ aku seperti flash back ke masa lalu. Jadi aku seperti masuk di era waktu Belanda masih menduduki negara kita dan negara Nipon datang gitu! Waktu Nipon masuk ke Indonesia kan mereka mengatakan bahwa mereka adalah saudara tertua dan ingin membantu Indonesia terbebas dari Belanda dengan cara menghabisi orang Belanda kan, dan di dalam mimpiku itu aku lagi sama si ‘dia’ sosok wanita yang aku gambar ini. Terus waktu ada tragedi penyerangan yang dilakukan Jepang dia nyuruh aku untuk lari dan jangan menoleh ke belakang, aku juga bisa mendengar suara dentuman macam bom gitu, aku baru sadar kembali setelah mendengar alarm teriakan ibu di samping telinga. “ kata Selena.
Semuanya terdiam dan Selena kembali memandangi gambar wanita itu dengan lebih seksama, dalam benaknya ia bertanya siapa wanita itu sebenarnya? Dan kenapa ada perasaan akrab sekaligus sakit saat ia melihat wajah wanita itu.
“ pulang sekolah nanti jalan-jalan yuk, aku penasaran ingin melihat suasana di kota lama. “ ajak Kiki.
“ tahu lokasinya sebelah mana? “ tanya Selena.
“ kalau lokasi belum tahu, soalnya aku juga baru pertama kali ini kesana jadi, nanti naik bus trans aja biar bisa tanya sama petugasnya. “ jawab Kiki.
“ Modal nekat, ye. Cuss, nanti pulang sekolah kita kesana! “ ujar Selena.
Sepulang dari sekolah, Selena, Kiki, Agustina dan Anggun berangkat dengan naik bus, kondektur bus juga memberi tahu arah menuju kota lama. Sesampainya di lokasi mereka menikmati suasana kota lama, melihat kokohnya bangunan yang berdiri sejak era kolonial Belanda hingga saat ini, dan tak lupa ber-swafoto bersama. Hingga mereka sampai di sebuah lokasi seperti taman yang berada disamping gereja tua, tiba-tiba Selena merasakan seperti de javu,
“ kok aku merasa seperti pernah ke sini ya? Tapi kapan? “ tanya Selena.
“ hayo, sama siapa? Tadi di sekolah katanya baru pertama kali ke sini. “ tanya Anggun.
“ bentar-bentar, “
Selena segera berjalan mengelilingi taman itu, ia juga mengamati setiap sudut jalan yang mengarah ke taman itu.
“ oh, God! Gak mungkin! “ seru Selena.
Selena melihat seorang wanita Belanda yang cantik berjalan ke arahnya, dan tiba-tiba Selena jatuh pingsan, Kiki segera mencari bantuan orang-orang sekitar dan memindahkan Selena ketempat yang lebih nyaman. Selama Selena tak sadarkan diri, ruhnya seakan dibawa kembali ke era kolonial Belanda, kedatangan Selena seolah disambut mereka yang sedang menghadiri sebuah pesta di taman. Selena yang kebingungan di hampiri oleh wanita muda nan cantik dengan gaun warna ungu, wajahnya ayu dan kulitnya putih bersih dengan rambut yang sanggul dan berhias bunga kecil.
“ Selena! Akhirnya kau datang juga, aku sudah menunggu mu sedari tadi. Mari, ku perkenalkan dengan teman sebaya ku. “ ujar wanita itu.
“ Helena, bukankah dia Selena? Orang yang selama ini kau cari sampai hampir membuat mu gila itu? “
“ ya, dia sudah aku anggap seperti saudara ku. Terima kasih Selena, kau bersedia hadir di acara ku. Aku merindukan mu, saudara ku! Dan kau terlihat sangat cantik dengan gaun putih mu, silakan kau nikmati acara ini. Aku tinggal sebentar untuk menyapa tamu yang lainnya, atau kau mau ikut? Biasanya kau selalu mengikuti ku kemana pun aku pergi, hahaha. “ kata Helena.
Selena hanya tersenyum kecil, dia merasa bingung, takut, dan canggung. Dia berjalan menjauhi kerumunan dan duduk di bangku pinggiran taman. “ ini aku mimpi lagi kah? Perasaan tadi aku masih jalan-jalan bersama Kiki dan yang lainnya, kenapa tiba-tiba aku bisa sampe sini? “ Ditengah kebingungannya, tiba-tiba Selena di hampiri seorang lelaki tampan yang memiliki aura wibawa tinggi “ uugh, sepertinya dia bukan laki-laki biasa! Dia seperti anak tuan tanah atau bisa jadi anak petinggi VOC. Pffft! “
“ Kau, sahabat Helena? “ tanya laki-laki itu.
“ Bisa jadi, mungkin saja iya. Kau siapa? “ tanya Selena.
“ Perkenalkan saya Peter, ayah saya seorang Jendral tentara yang bertugas di kota ini! “ ucapnya sembari mencium punggung telapak tangan Selena.
Selena tersenyum dan tersipu malu, Peter berusaha akrab dengan Selena, dan Helen tersenyum melihat mereka duduk berdua. Acara dansa pun dimulai, Peter mengajak Selena untuk turun di pesta dansa, sedangkan Helena berdansa dengan pasangannya. Acara berjalan dengan meriah dan menyenangkan sampai membuat Selena terlena, tanpa sadar ia sudah nyaman dan akrab dengan semua orang, hingga tiba-tiba suasana saat itu berubah menjadi mencekam. Sebuah dentuman keras yang disusul dengan asap yang melambung tinggi di sebelah timur, suasana riuh dengan teriakan yang menakutkan! Sebuah sirine yang menandakan musuh datang berbunyi, Selena berdiri mematung ia teringat kembali dengan mimpinya dan tersadar bahwa ia sedang berada di dunia fatamorgana. Peter menyuruh Helena dan Selena pergi mencari tempat sembunyi yang aman, tak lama mobil tentara dengan bendera kebangsaan Nipon tiba, mereka segera turun dan memborbardir tembakan ke segala penjuru. Banyak korban bergelimpangan, Peter pun tak luput dari tembakan, tapi ia masih mampu berdiri dan memberikan serangan balik ke beberapa tentara menggunakan senapan yang ia bawa , namun tetap saja pada akhirnya Peter meregang nyawa dengan kepala yang ditebas oleh seorang laksamana Nipon yang memimpin saat itu. Selena dan Helen yang menyaksikan kejadian itu bergidik ngeri dan hanya bisa menangis sambil menutup mulut supaya tak ketahuan tentara Nipon.
“ Selena, kau harus pergi dari tempat ini sekarang juga. Selamatkan dirimu, lari sejauh mungkin dan jangan kamu menoleh kebelakang! Pergi sekarang juga dan jangan sampai tertangkap oleh mereka. “ ujar Helena.
Selena tak mampu lagi mengucapkan sepatah kata pun, ia yang ketakutan menuruti perkataan Helena. Dentuman bom masih berbunyi mengiringi langkah kaki Selena yang entah mengapa terasa seperti ia berlari pelan dan tak juga menjauh dari lokasi persembunyiannya bersama Helena.
“ SELENAAAAA...!!! “
Selena mendengar teriakan Helena yang memeki telinga, ia menoleh kebelakang. Betapa terkejutnya ia melihat peristiwa mencekam di depan matanya, mayat Peter yang tanpa kepala, tentara Nipon yang terus menembaki warga Belanda, tempat yang awalnya terlihat cantik kini berubah bak kolam darah, sungguh pembantaian yang sangat keji. Dan yang lebih menyayat hati saat ia melihat Helena yang sedang di ruda paksa oleh tentara Nipon di tengah taman, badan dan tangannya di ikat di pohon gaun cantiknya terkoyak tak berbentuk lagi, Helena menangis, teriak, meronta meminta ampun namun tak dihiraukan. Tubuh cantiknya dinodai oleh manusia iblis yang tak punya hati nurani, Helena melihat Selena yang masih berdiri menangis melihat peristiwa itu.
“ SELENA LARI...!!! “ Teriak Helena sebelum akhirnya ia di penggal.
Selena semakin syock melihat kepala Helena menggelinding lepas dari tubuhnya. Tentara Nipon yang melihat keberadaan Selena langsung berjalan ke arahnya dengan membawa samurai.
“ Tenang Selena, ini hanya mimpi! Mereka tak akan bisa menyakitimu! Senjatanya tak akan bisa menghunusmu! Tarik nafas Selena, tenangkan hati mu. “ ucap Selena menenangkan diri.
Selena segera tersadar dari pingsannya setelah seorang tentara Nipon itu menghunuskan pedangnya ke perut Selena. Kiki yang melihat Selena tersadar langsung merasa lega.
“ Akhirnya kamu sadar juga, Selena. “ ucap Kiki.
Selena masih linglung dengan kondisinya. Ia melihat ke sekitar dengan memutar matanya.
“ kau tadi tiba-tiba pingsan. Kau kalau capek tuh bilang, jangan diem aja. “ kata Agustina.
“ aku? Pingsan? Berapa lama? “ tanya Selena bingung.
“ gak lama sih, sekitar 10menitan lah. “ jawab Agustina.
Selena melongo, ia merasa kalau dirinya mengalami hal aneh selama hampir seharian, yang harusnya ia sadar itu tengah malam. Setelah Selena merasa baikan mereka pun memutuskan untuk pulang. Selama perjalanan Selena termenung memikirkan apa yang ia alami selama pingsan.
Malam hari Selena berencana tidur lebih awal, namun ada sesuatu yang mengganjal di bagian tubuhnya. Rasanya seperti ada suatu benda yang tertancap di bagian ulu hati, sedikit nyeri namun ia tak menghiraukannya. “ ahh, mungkin magh ku mau kambuh, tadi lupa tak makan. Buat tidur ajalah, besok paling juga sembuh. “ Keesokan harinya saat adzan subuh berkumandang, Selena merasakan nyeri yang hebat. Rasanya ulu hati Selena seperti ada yang menusuk hingga membuatnya sulit bernafas. Namun Selena lagi-lagi menepis rasa sakit itu, hingga hampir seminggu. Hingga akhirnya ia bercerita kepada temannya yang belajar ilmu agama di pesantren, ia tak hanya mempelajari ilmu agama, ia juga mempelajari ilmu spiritual yang sudah cukup tinggi.
“ Selena, kalau kamu mau tahu benda apa yang menancap di ulu hati mu itu aku buka sedikit mata batin mu. Kamu rasakan sendiri benda apa itu, gimana? “ tanya Nugroho teman Selena.
“ Boleh deh, aku juga penasaran. “ jawab Selena.
Rapalan doa Nugroho panjatkan dan ia memegang tangan Selena, diarahkannya tangan Selena ke ulu hatinya. Selena terkejut saat ia merasakan seperti benda tajam yang menusuknya.
“ Nugroho, ini apa? “ tanya Selena ketakutan.
“ Sebuah pedang panjang, hampir mirip samurai. Benda itu menancap dan tembus ke bagian punggung mu, benda itu ada semacam jimat yang menggantung di bagian pegangannya. Jimat itu membuat siapapun yang terbunuh dengan pedang itu membuat energi si korban akan masuk ke pedang itu dan pedang itu akan semakin kuat kekuatan magisnya. Kenapa kau tak menceritakan hal ini sejak kemarin? Apa kau tak tahu kalau nyawamu terancam karena pedang ini?! “
“ Aku saja tak tahu kalau ada benda ini di tubuh ku, pantas saja aku sering merasa lemas apalagi setiap adzan berkumandang rasanya aku hampir kehabisan nafas, dan setiap aku sholat energi ku seperti di tarik ulur. Sakit, sesak, lemas, kepala pusing, mual, haduuuhhh...! “ jawab Selena.
Nugroho mencoba melepaskan pedang ghoib itu dari tubuh Selena, sayangnya tak berhasil malah Nugroho juga hampir ikut lemas rasanya energi miliknya terkuras habis. Nugroho segera menghubungi temannya satu pesantren untuk membantu melepaskan pedang itu dari Selena. Nugroho dan temannya membuat janji malam nanti selepas isya mereka bertemu di padepokan. Selena menyanggupi, dan malam harinya mereka sudah bersiap. Selena yang datang dengan memakai mukena putih, dan di padepokan rupanya ada guru besar pesantren dan temannya yang duduk di kursi. Layaknya kegiatan ruqyah yang dimulai dari doa, dzikir, dan lantunan ayat suci al-quran.
Diawal masuk padepokan saja Selena sudah merasakan sakit, pusing, sesak nafas, dan mual yang tak kunjung hilang. Masih ditambah nyeri pada ulu hati yang rasanya tak bisa disampaikan dengan kata-kata. Selena tak mampu menahan rasa sakitnya, ia hampir tak sadarkan diri namun ia dipaksa untuk tetap sadar oleh guru besar, sebab jika sampai Selena tak sadarka diri nyawa Selena bisa hilang dibawa pedang itu. Akhirnya pedang itu mampu dilepaskan dari tubuh Selena, Selena memuntahkan darah segar dan akhirnya ia tak sadarkan diri. Pedang itu sendiri disimpan oleh guru besar padepokan pesantren. Selena yang perlahan sadar kembali pun menceritakan awal mula ia ditusuk oleh pedang itu, guru besar pesantren menjelaskan bahwa Selena mirip dengan teman Helena, Selena adalah anak dari guru private Helena yang cantik dan selalu ikut Papanya ketika mengajar dirumah Helena, mereka terikat janji untuk bertemu namun sayang Helena meninggal lebih dulu tanpa sempat bertemu Selena. Selena yang saat itu sedang berada di Belanda mengetahui hal buruk yang menimpa Helena langsung meminta izin kepada orang tuanya untuk kembali ke Indonesia namun dilarang, Selena sedih memikirkan nasib Helena hingga membuatnya jatuh sakit dan meninggal dunia menyusul Helena.
“ kemungkinan, arwah milik Helena ini terus mencari temannya, hingga tak sengaja bertemu dengan dek Selena ini. Apalagi dek Selena juga tulang kuning, iya kan? Dek Selena peka dengan makhluk ghoib kan? “ tanya guru besar pesantren.
Selena mengiyakan pertanyaan itu, ia terdiam dan menghela nafas.
“ Helena membawa kamu untuk bertemu dan memberi tahu seperti apa dia meregang nyawa, dia ingin kamu mendoakan dia dan mengenang dia. Dia anak yang baik, namun nasibnya tidak beruntung. “
“ Lalu kalau pedang itu abah? “ tanya Selena penasaran.
“ Pedang itu menyimpan banyak dendam, dendam dari orang-orang yang telah menjadi korbannya termasuk Helena. Makannya Helena menyuruh kamu untuk pergi dan jangan menengok kebelakang, tapi karena rasa penasaran mu tinggi kamu nengok dan pedang itu juga memilih kamu. Untungnya, kamu masih bisa diselamatkan. Sudah, mulai sekarang perbaiki ibadahmu, jangan terlalu mengikuti arus yang nantinya akan membuat mu menyesal seumur hidup. Lebih dekat ke Tuhan, perbanyak dzikir. Nugroho, antar teman mu pulang tidak baik anak perempuan malam-malam masih diluar rumah. “
“ baik abah. Kami pamit dulu, assalamualaikum. “ ucap Nugroho.
Nugroho mengantar Selena sampai depan rumah dan mereka sudah disambut oleh adik Selena dengan wajah cemberut, rupanya ia seorang diri dirumah dan ayahnya pergi entah kemana. Nugroho langsung pamit, Selena masuk dan memasak untuk adiknya yang belum makan malam. Selena merasakan nafasnya kembali lega, ulu hati pun tak lagi terasa nyeri. Selesai makan malam Alda pamit masuk kamar untuk istirahat, sedangkan Selena menonton tv hingga tak sadar ia tertidur. Ia kembali bermimpi bertemu Helena, ia mengucapkan terimakasih dan meminta maaf karena tak dapat melindunginya. Helena pamit dan pergi dengan senyuman, Selena terperanjat dari tidurnya. Entah mengapa ada perasaan sedih menyelimuti hatinya saat bermimpi tentang Helena lagi. “ tenang disana Helena, kamu orang baik, aku mendoakan surga untuk mu. Selamat jalan Helena... “