"Anaa..,tolong antarkan dokumen ini ke ruangan pak bos ya, aku ada urusan lain" Ucapku sambil memberikan dokumen yang baru saja selesai ku kerjakan. "Baik kak Vivi" Ucap Ana asistenku, yang kemudian mengambil dokumen dari tanganku dan pergi menuju ruangan pak bos.
Setelah itu aku merapikan buku buku dan akan pulang karena hari ini aku tak ada lembur, kebetulan pacarku menungguku di depan kantor.
Aku Vivian, karyawan dari perusahaan mentari.Perusahaan yang tidak terlalu terkenal,tetapi gaji dari sana cukup untuk membiayai hidupku selama sebulan.Bekerja di sini, aku cukup menikmatinya. Aku juga memiliki pacar yang penyayang dan teman kerjaku yang baik padaku,aku memiliki banyak impian dalam hidup ini. Aku juga cukup di pandang oleh bos karena telah menyelesaikan banyak tugas yang cukup sulit.
Ke esokan harinya aku kembali bekerja dan saat baru memasuki kantor, "Vivi kamu di panggil ke ruangan pak bos, sebaiknya kamu segera kesana" Ujar kak Winda yang merupakan seniorku. "Baik kak terimakasih" Ucapku. Akupun segera pergi ke ruangan pak bos yang ada di lantai atas,aku tak tau ada apa alasan aku di panggil.
Tok tok tok... "Pak bos ini saya,Vivi" Triakku sambil mengetuk pintu dengan perlahan. "Ya masuklah" Ucap suara di dalam ruangan di balik pintu.
Aku pun segera membuka pintu dan masuk untuk menghadap pak bos. "Ada apa pak bos memanggil saya" Ucapku sambil berdiri dihadapan pak bos yang sedang duduk di mejanya sambil memandangiku dengan tatapan tajam.
"Kamu Vivi ya" Ucap pak bos sambil memandangiku dari atas sampai bawah. Aku pun mengangguk dan menjawab iya.
"Kamu yang mengurus dokumen kerja sama dengan perusahaan plutonium kan" Ucap pak bos dengan nada agak tinggi. Mendengar ucapan bos aku pun mengangguk karena memang aku yang diberi tugas mengurus dokumen itu "Iya bos, aku yang-" belum sempat aku menjawab tetapi pak bos sudah menyela. "KURANG AJAR!, KAU MENGHANCURKAN KARIR PERUSAHAANKU!!" Triak pak bos yang tiba tiba membentakku dengan keras. "Apa! Tetapi aku sudah teliti mengerjakannya" ucapku yang kaget dengan bentakkan pak bos.
"OMONG KOSONG!!, LIHAT INI" Triak pak bos lagi sambil melempar dokumen ke arah wajahku. Bukk.. Dokumennya jatuh, aku pun mengambil nya dan melihat isinya. Aku kaget saat melihat dokumen itu,
"Ini bukan dokumen yang aku kerjakan" ucapku sambil melihat lihat dokumennya. "Kau mau mengelak,jelas jelas kau yang diberi tugas mengerjakannya" ucap bos dengan nada tinggi.
"Aku bisa mengerjakannya lagi bos, berikan aku sedikit waktu" ucapku yang ingin meyakinkan bos. "Diam!! Kemasi barang barangmu dan keluar dari perusahaan ini" bentak pak bos dengan keras.
Mendengarnya aku jadi panik "Saya mohon bos jangan pecat saya" ucapku memohon agar tidak di keluarkan dari perusahaan. Tetapi bos sama sekali tak mendengarkanku dan langsung keluar dari ruangan, meninggalkanku sendiri yang sedang bersimpuh karena tak ingin menerima kenyataan.
Aku tau kerja sama dengan perusahaan plutonium ini sangat penting, dan aku berusaha mati matian untuk mengajak perusahaan plutonium bekerja sama, ku kira itu sudah cukup, namun apa ini aku di pecat.
Setelah menangis diruangan pak bos aku pun mengemasi barang barangku dan pergi meninggalkan kantor.
"Eh kak Vivi mau kemana dengan kardus besar itu" Ucap seseorang di belakangku, mendengar itu aku pun menoleh, ternyata itu adalah asistenku, Ana. Ana melihatku dan menunjukan tatapan kaget "eh kak Vivi kenapa? Dan mau kemana?" Ucap Ana yang sepertinya panik melihatku. "Aku sudah dikeluarkan dari perusahaan ini" Ucapku sambil menunduk. "Ehh kok bisa?!" Triak Ana yang kaget dengan jawabanku. Aku pun menceritakan semua karena Ana adalah orang yang paling aku percaya dan sebelumnya ia juga yang mengantarkan dokumen kerja sama itu, karena aku ada tugas lain.
"Jadi begitu ya kak" Ucap Ana, Entah kenapa saat aku melihat Ana ia seperti tersenyum tipis entah ilusi atau apa ini.
Ana memelukku "kakak jangan sedih terus, pasti nanti kakak akan dapat pekerjaan yang lebih baik dari pada bekerja di sini" Ucap Ana sambil memelukku.
Setelah berbicara panjang lebar dengan Ana aku pun pergi meninggalkan kantor. Aku mengirim pesan pada Rey, pacarku untuk segera menjemputku. Tetapi dia tak membalasnya aku pun menelefonnya.
"Rey pergi kemana sih" gumamku sambil memegangi handphone yang sedang menghubungi Rey tetapi gagal, Rey tak bisa di hubungi. Tetapi aku belum menyerah aku terus mencoba menelefonnya berulang kali sambil berharap semoga dia mengangkatnya. Setelah berkali kali ku coba ahirnya aku berhenti sejenak.
"Apa dia sedang sibuk" pikirku sambil duduk di trotoar menunggu Rey datang. "Apa dosa yang ku buat sehingga aku dipecat begini" Ucapku dalam hati karena masih belum rela. Selama aku terus berpikir ada motor lewat di depanku, dan aku seperti mengenali motor itu, mataku seketika melotot karena melihat Rey bersama seorang gadis, dan mereka sangat dekat.
"Rey, tidak aku pasti hanya halusinasi" gumamku sambil meyakinkan diri jika itu bukan Rey. Kemudian motor itu berhenti dan Rey turun dari motor untuk mengambil sesuatu yang jatuh. Rey sama sekali tak menyadariku padahal dia berdiri pas di depanku.
"Rey" tanpa sadar aku memanggil namanya, ia pun menoleh ke arahku. Tanpa sadar air mata keluar dari mataku, dan kami berdua saling menatap satu sama lain.
"Sayang, mengapa lama sekali" Ucap suara wanita yang semakin mendekat ke arah kami, saat mendengarnya pikiranku menjadi kacau, air mata terus mengalir saat aku menatap Rey.
Hingga wanita itu menghampiri Rey, "ada apa sayang" Ucap wanita itu manja ke Rey. Tapi Rey hanya diam.
Melihat mereka aku semakin tak bisa berpikir aku berlari meninggalkan kardus yang tadi ku bawa sambil aku menangis. "Vivi tunggu!!!" Triak Rey yang ingin menghentikanku.
"Ini tak nyata kan!!, pasti tadi bukan Rey" batinku sambil berlari, aku tak ingin percaya dengan apa yang kulihat barusan, tetapi itu sangat jelas di depan mataku.
Aku tak percaya orang yang sangat ku cintai dan berjanji akan menghabiskan hidupnya bersamaku sekarang menghianati ku, padahal aku sudah mengorbankan segalanya untuknya tapi apa ini!?, aku di bohongi jadi selama 3 tahun ini aku seperti orang bodoh..
Aku terus berpikir hingga berhenti dan bersimpuh di tengah jalan raya sambil menangis,aku tak bisa mendengar atau melihat apapun. saat sadar lampu mulai menyorotiku dan suara klakson berbunyi dengan keras di dekat telingaku aku mulai membuka mata dan aku melihat truk pas di hadapanku, dannn...
Briakkk-!!!
Truknya menabrakku, darahku mengalir dari bawah truk, jalanan berubah menjadi merah, dan aku sudah tak bisa merasakan apa apa.
°••••••°