Pada zaman dahulu kala tinggalah sebuah keluarga kecil yang hanya terdiri dari Ayah dan seorang Anak laki", sebut saja namanya Kein . Ibu dari anak itu sudah meninggal sejak ia baru dilahirkan.
Awalnya kehidupan mereka berdua sangat bahagia, meskipun hanya terdiri dari dua orang tapi mereka sangat menyayangi satu sama lain.
Hingga saat ayah dari anak itu bertemu dengan seorang wanita, kemudian menikah dengan nya. Kehidupan si anak langsung berubah total.
Sejak sudah menikah lagi ayah nya mulai bekerja ke tempat" yang jauh untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Karna sekarang dia harus menghidupi dua orang dirumah.
Dia pun mulai bepergian dan jarang pulang kerumah. Dia begitu tenang karena merasa sudah ada yang mewakilinya untuk menjaga anaknya disaat dia sedang tidak ada dirumah.
"Sekarang akhirnya anaku bisa merasakan kasih sayang dari seorang ibu".pikirnya.
Dia pun sangat yakin bahwa hasil rawatan dari seorang wanita akan selalu lebih baik dari pria.
=====
Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Tanpa sepengetahuan ayahnya, anak itu terus menerus disiksa oleh ibu tiri nya. Hal yang sangat berbanding terbalik dengan apa yang ayahnya bayangkan.
Anak itu selalu dimarahi, di jadikan babu, di siksa. Dan setiap hari dia cuma diberi makan 1x. Itupun kalau dia sudah melaksanakan semua tugas rumah.
Anak itu tidak boleh membuat ibu tirinya kesal, karna kalau tidak, dia tidak akan diberi makan seperti waktu itu. Selama 2 hari penuh, dia hanya memakan daun" sawi yang ditanam dia dan ayahnya dulu,karna tidak diberi makan oleh ibu tirinya.
Hari" selalu berlalu seperti itu. Hingga suatu hari ayahnya pun pulang. Dia terlihat sangat sumringah karna akhirnya bisa berjumpa dengan anak dan istrinya.
Dia berjalan bergitu terburu".
Si ibu tiri jelas sudah melihat nya dari kejauhan. Dia cepat" menarik tangan si anak dan mendudukan nya di pangkuan dia. Dirapihkan nya rambut dan baju nya. Agar dia terlihat baik" saja di depan ayahnya.
Si ayah yang tidak tau apa" langsung memeluk mereka berdua dengan tangis haru. Dia menanyakan kabar mereka berdua selama dia pergi. Tentu saja terutama anaknya.
"Apakah Kein sudah makan hari ini bu?. tanya si ayah saat mereka sudah masuk ke dalam rumah dan sedang berbincang hangat.
"Sudah. Dia bahkan sudah 2x makan sejak pagi tadi". jawab si ibu tiri seraya mengelus kepala si anak dan tersenyum ramah.
"Syukurlah kalau begitu".ucap si ayah.
Si ayah tidak tau kalau sampai saat itu anaknya bahkan belum makan sama sekali. Tapi si anak tidak berani mengadu karna pernah diancam oleh ibu tiri nya.
Hanya 3 hari ayahnya dirumah, dia sudah akan pamit untuk pergi bekerja lagi. Saat itu si anak merengek dan menangis. Dia tidak ingin ayahnya pergi.
"huhuu~ ayahh kumohon jangan pergi.. Ayah dirumah saja bersama Kein.. Ayah temani Kein.. Huhuu~". ujar anak itu memohon seraya menangis tersedu"
"Kein... Kein jangan manja yaa.. Kein kan sudah besar. Ayah juga bekerja mencari uang untuk jajan kamu.. Lagipula kan sekarang sudah ada Bibi yang menjaga Kein". ucap ayahnya menenangkan
[Kein memang memanggil ibu tiri nya dengan sebutan Bibi]
"Iyaa kein jangan menangis lagi, kan ada Bibi, ya? ". sahut ibu tiri nya yang saat itu ikut berbicara.
Benar" tidak bisa dicegah lagi. Si ayah akhirnya tetap berangkat untuk mencari uang.
Dan hari" si anak kembali seperti semula. Menderita dan teraniaya. Setiap hari terus terulang hal yang sama.
Tak terasa beberapa bulan telah berlalu. Dan si ayah belum juga pulang. Sedangkan perlakuan ibu tirinya semakin kejam saja.
===
Hingga suatu hari si anak disuruh oleh ibu tiri nya untuk menjaga sawah mereka yang lokasinya sangat jauh dari rumah.
Disana ada satu gubuk tua yang kecil, bahkan tidak memiliki penutup, hanya ada atap dan alas nya saja yang terbuat dari bambu dan jerami. Itu biasanya digunakan untuk sekedar beristirahat sejenak melepas lelah setelah bekerja di sawah oleh orang tuanya dulu.
Dia duduk diam disana sambil memperhatikan padi". Dia tidak diperbolehkan pulang oleh si ibu tiri sebelum padi nya menguning.
"Kau diam saja disana dan jaga sawah kita. Jangan pulang sebelum padi nya menguning. Sebentar lagi kita akan panen. Jangan sampai padi kita dimakan oleh tikus dan burung". Apa kau mengerti?!". ujar ibu tirinya
"Baik bi". jawab anak itu lesu
Jadi dia benar" tidak bisa kemana". Setiap malam dia berlari" mengejar tikus" yang akan memakan padi. Siangnya dia mengusir burung" yang mencoba hinggap ke padi mereka. Terus menerus seperti itu tanpa makan. Bahkan minum pun, dia hanya meminum air dari pengairan untuk sawah.
Hari berganti hari. Hingga sudah memasuki hari ketiga. Telihat padi sudah mulai menguning. Si anak yang sudah sangat kelaparan sedang meringkuk sambil gemetar tak berdaya dibawah gubuk yang sudah reyot itu.
Ketika dia melihat padi nya sudah mulai menguning, dia pun bangun dan beranjak mendekati sawah. Dia mengupas dan memakan semua padi disana. Sambil berjongkok di antara tangkai" padi dia menangis sambil terus memakan padi" itu.
Hingga tak di duga ayahnya yang sudah berbulan" tidak kembali kerumah akhirnya pulang juga. Dia membawa banyak sekali oleh" dan mainan untuk anaknya.
Ibu tiri nya yang terkejut dan tidak menyangka suaminya akan pulang mendadak terlihat kebingungan. Bagaimana tidak, sekarang anak nya sedang tidak ada dirumah bahkan sudah berhari".
"Dimana Kein?". tanya ayahnya pada si ibu tiri
"Dia baru saja makan. Mungkin sekarang sedang bermain di sawah. Biar aku mencarinya dulu". ujar si ibu tiri itu
"Tidak perlu. Biar aku saja". sahut si ayah
Mereka pun sampai di di pesawahan.
"Kein... Kein.. Nak, kau dimana? Ini Ayah. Ayah sudah pulang. Keinn...". teriak" si ayah
Sang ayah terus mencari" anaknya namun tak kunjung ketemu. Dia pun mulai panik dan kewalahan.
"Sebenarnya kemana Kein?!! Kau bilang dia sedang bermain tapi kenapa tidak ada dimana"?!! Apa kau benar" menjaganya?!". ucap si ayah yang mulai marah
"Terakhir kali dia ada disini. Dia bilang akan bermain di sawah. Aku tidak tau dia pergi kemana. Mungkin sedang bermain ke tempat lain". ujar ibu tiri itu berdalih
Selang beberapa saat ketika mereka sedang terus mencari, terdegar suara samar" dari dalam rimbunan tangkai padi. Seperti suara seseorang yang sedang bernyanyi" kecil menembangkan sebuah nada.
"Kein? Apa itu kau? Kau dimana? Ini ayah, ayah sudah pulang,, cepatlah keluar". ujar sang ayah seraya terus mencari dari arah mana suara itu berasal
Tak lama kemudian terbang seekeor burung dari dalam rimbunan padi. Burung itu bersuara dan berbicara.
"Bibi licik. Bibi licik. Bibi licik Bibi licik". Dia terus bersuara seperti itu.
Lama" suaranya berubah menjadi crit crit crit crit crit.
Ternyata itu adalah Kein yang sudah berubah menjadi seekor burung.
[*Licik = Curang]
Ayahnya yang menyadari ini langsung menangis tersedu dengan penuh penyesalan. Dia akhirnya tau perangai asli dari istrinya itu. Dia tidak pernah menyangka bahwa selama ini anaknya ternyata terus menderita.
Burung itu pun terbang menjauh meninggalkan mereka. Hingga saat ini, burung itu dikenal dengan nama BURUNG PIPIT.
TAMAT.
Author By. Rsntstngrh {nick: Siffa}