"Keluar dari sini! Jangan pernah sekalipun menginjakkan kaki di rumah saya!" Teriak seorang pria bertubuh tegap dengan sorot mata tajam. "Gue juga gak sudi berada disini. Mana ada rumah yang malah menjadi tempat yang paling dibenci. seharusnya rumah itu tempat ternyaman untuk pulang, tapi ini? Huh..." Balas seorang remaja laki-laki dengan sorot mata yang tak kalah tajam.
"APA KAMU BILANG?!" Pria itu naik pitam, sedangkan remaja laki-laki di depannya memandang dengan tatapan mengejek. "Apa yaa..." Ucap remaja itu. "BERANI KAMU SAMA SAYA?" Pria itu mengepalkan tangannya, ia sudah siap untuk memukul remaja di depannya kapan saja.
"Mas Hendra, Rakha cukup. Kalian jangan bertengkar lagi." Ujar seorang wanita menengahi. Wajah wanita itu tampak sangat cemas melihat kedua laki-laki di depannya bertengkar. "Mama jangan belain dia, dia itu jahat Ma. Mama ikut Rakha aja, pergi dari sini." Ucapnya melembut kepada wanita yang dipanggilnya Mama itu. "Maaf sayang, Mama sudah berjanji kepada diri Mama sendiri, jadi Mama tidak bisa pergi." Ucap wanita itu sembari menatap lekat wajah Rakha, putra satu-satunya.
"NGAPAIN KAMU MASIH DISINI? PERGI SANA!" Sentak pria itu mengusir. Rakha tak menggubris ucapan pria itu, "Ma, Rakha pamit. Maaf Rakha gak bisa tinggal sama Mama lagi, tapi Rakha janji suatu saat Rakha akan bawa Mama keluar dari neraka ini." Ucap Rakha kepada mamanya, Rakha segera meninggalkan rumah tersebut.
Rakha menginap di rumah temannya sampai ia menemukan kost yang cocok untuknya. Rakha mulai mencari pekerjaan, ia melamar di beberapa perusahaan, namun sayangnya dia ditolak mentah-mentah. Rakha tak berputus asa, ia berusaha untuk membuat usaha sendiri. "Rakha Lo mau kerja apaan?" Tanya Niko, teman yang memberinya tempat tinggal selama ini. "Gue bakal buat usaha sendiri Ko." Ujar Rakha bersemangat. "Usaha apaan?" Tanya Niko. "Gue mau buat usaha game. Gue mau ngembangin game yang gue buat sendiri biar gue punya banyak duit." Ucap Rakha serius. "Keren tuh, semangat . Gue bantu doa." Ucap Niko diakhiri dengan tawa.
Beberapa bulan berlalu, Rakha masih sibuk dengan dunianya. Dia masih mengotak-atik game yang akan ia buat. Dia sangat serius mengerjakan project miliknya. Walaupun yang mengerjakannya hanya dia sendiri, namun ia tetap berusaha untuk menyelesaikannya. Biaya operasionalnya adalah dana yang telah ia persiapkan sejak dulu. Rakha sejak kecil sudah menyisihkan uangnya, dan dia sejak kecil sudah mandiri dan kreatif. Bahkan saat masih SD dua sudah maju di tingkat internasional dalam lomba IT. Makanya dia dengan mudah mengerjakan project gamenya. Awalnya game miliknya tak terlalu populer, karna dibantu promosi oleh teman-temannya, lambat laun game buatan Rakha pun naik daun. Game buatannya menepati posisi pertama dalam kurun waktu perilisan kurang dari tiga bulan. Itu sungguh sebuah keajaiban. Rakha akhirnya mendapatkan penghargaan sebagai pembuat game terbaik dan termuda dalam sejarah. Nama Rakha semakin terkenal, disisi lain, perusahaan milik papanya mengalami kebangkrutan karena beberapa karyawannya menggelapkan uang perusahaan.
Rakha mempersiapkan dirinya, ia datang ke rumah orangtuanya. Dia menemui mamanya, ia mengajaknya untuk pergi bersama dengan dirinya. "Mah, Rakha sekarang sudah sukses. Mama tinggal bareng Rakha ya." Ucap Rakha dengan raut wajah sumringah. Mamanya tersenyum lembut, "Mama bangga sama kamu nak. Tapi, mama tidak bisa pergi bersamamu. Mama akan tetap tinggal disini bersama papamu." Ucap mamanya sembari mengelus wajah Rakha. "Kenapa Mah? Bukankah pria itu sudah bangkrut?" Tanya Rakha penasaran. "Memang, tapi mama harus berada di sisi papamu, sampai papamu sendiri yang mengusir mama, barulah mama akan pergi meninggalkannya." Terang mamanya lalu tersenyum. "Tapi Ma," Mamanya menggeleng, "Papamu sudah berubah nak." Ucap Mamanya. "Enggak, pria itu ga akan bisa berubah. Dia akan selalu menjadi jahat." Ucap Rakha serius, dirinya tak terima dengan perlakuan pria itu. Sosok lelaki yang sangat jauh dari kata 'ayah' baginya. "Papamu sudah berubah. Kalau kamu tidak percaya coba lihatlah dia di kamarnya. Dia pasti sedang memandangi fotomu dengan menangis." Mamanya berusaha meyakinkan Rakha. Rakha menggeleng tak percaya. "Lihatlah dulu, kau akan tahu." Ucap Mamanya meyakinkan.
Rakha masuk ke dalam rumah. Ia berjalan sembari memandangi rumah yang telah lama ia tinggalkan. Semuanya masih sama, tak ada yang berubah 5 tahun terakhir ini. Sampai di depan kamar Rakha berdiam diri, ia ragu untuk membuka pintu di depannya. Rakha menimang-nimang, buka atau tidak? Akhirnya ia pun membuka kenop pintu secara perlahan, ia melihat seorang laki-laki membelakangi pintu sedang memegang pigura foto. Didalam foto tersebut ada dirinya dan kedua orangtuanya saat ia masih berusia 5 tahun.
"Papa." Ucap Rakha lirih. Pria yang sedang memegangi pigura foto itu langsung menoleh kebelakang. "Rakha!?" Pria itu mendekat, lalu langsung memeluk erat Rakha. "Maafin papa nak." Ucap papanya lirih. Rakha diam tak bergeming. Ia bingung mau bereaksi apa. "Papa minta maaf atas kejadian 5 tahun lalu. Papa menyesal." Papanya menangis. Rakha akhirnya membalas pelukan papanya. "Maafin Rakha juga ya pa, Rakha ga bisa jaga omongan Rakha." Ucap Rakha. "Jangan pergi lagi ya nak." Rakha balas mengangguk. Mama yang melihat dari balik pintu langsung saja datang menemui 2 lelaki yang di cintainya. "Kita mulai dari awal lagi ya." Ucap papanya sembari memandang wajah Rakha dan mamanya bergantian. Rakha dan mamanya pun mengangguk.