Angela bangun pagi seperti biasanya dan wanita cantik itu selalu memasak di pagi hari, lalu membangunkan putra tampannya yang berumur lima tahun dan membantu putranya bersiap untuk pergi ke sekolah. Setelah putranya duduk di meja makan, Angela naik ke lantai atas untuk membangunkan suami tercintanya.
Seperti biasanya, Angela membangunkan suaminya dengan satu ciuman di kening dan tiga kecupan di bibir. Theo, suaminya Angela membuka mata dengan senyum senang dan langsung menarik tengkuk Angela. Theo menuntut lebih.
Angela mendorong dada Theo dan dengan senyum penuh cinta Angela berkata, "Ayo bangun, masak kalah sama Awan, Awan udah siap di meja makan"
Theo memagut bibir istri cantiknya sekali lagi lalu ia melesat ke kamar mandi.
Setelah merapikan tempat tidur, Angela turun ke lantai satu untuk menyiapkan piring dan kopi di meja makan untuk suaminya, lalu menyiapkan piring dan susu untuk putranya, terakhir menyiapkan piring dan teh hijau untuk dirinya sendiri.
Angela duduk saat suaminya melangkah masuk ke ruang makan. Setelah mendaratkan ciuman di pucuk kepala putra dan istri tercintanya, Theo duduk di ujung meja makan.
Tiba-tiba Awan nyeletuk, "Ma, Papa bosan setiap hari sarapannya ca sawi, kalau nggak sup ayam dan lauknya kalau nggak tempe goreng, tahu goreng dan itu melulu"
Theo tersentak kaget dan langsung menutup mulut putranya lalu meringis di depan istri cantiknya sambil berkata, "Aku bercanda, Sayang. Jangan diambil hati omongannya Awan"
Awan menarik tangan papanya dan berkata, "Itu benar, Ma"
Angela tersenyum manis lalu berkata, "Kita akan merindukan masakan ini saat masakan ini tidak lagi terhidang di depan kita nanti. Jadi, kita harus selalu mensyukuri setiap makanan yang ada di depan kita"
"Nah, dengarkan apa kata Mama kamu!"
"Papa yang harus dengarkan, Papa, kan, yang mengeluh bosan. kalau Awan nggak bosan,kok, masakan Mama yang terbaik"
Theo tertawa ringan lalu mengusap lembut rambutnya Awan.
Setelah Suami dan putranya meninggalkan rumah, Angela menyapu, mengepel, lalu memasak untuk makan siang dan makan malam. Setelah selesai memasak, Angela mandi dan bergegas pergi menjemput putranya.
Angela tidak pernah sekali pun mengeluh menjadi ibu rumah tangga padahal dia dulu memiliki jabatan cukup tinggi di perusahan besar.
Di sekolahannya Awan, Angela dikejutkan dengan suara maskulin nan lembut, "Angel, apa kabar?"
Angela menoleh perlahan dan langsung tertegun saat ia melihat Dipo, mantannya, berdiri tegap di depannya.
Dipo tersenyum manis.
Angela putus dengan Dipo karena dia dijodohkan dengan Theo. Namun, ia tidak menyesali perjodohan itu karena Theo adalah pria yang sangat lembut, baik hatinya dan sangat mencintainya. lambat laun Angela bisa melupakan Dipo.
Namun, tidak demikian dengan Dipo. Dipo masih sangat mencintai Angela.
Angela tertegun bukan karena dia masih memiliki rasa untuk Dipo, tapi karena dia merasa minder. Penampilannya sangat sederhana dan dia tidak berdandan saat ini.
"Kenapa diam saja dan menatapku terus? Ada yang aneh di wajahku?"
Angela langsung menggeleng dan menyahut dengan senyum canggung, "Hai"
"Hai. Ini putra kamu?" Dipo berjongkok lalu mengajak Awan bersalaman.
"Awan" Awan menyambut uluran tangan pria tampan di depannya dengan senyum ramah dan sopan.
"Om Dipo. Om teman SMA-nya Mama kamu"
"Wah, yang jago basket itu, ya?" Pekik Awan.
Dipo langsung berdiri tegak untuk bertanya, "Kamu cerita soal aku ke putra kamu?"
Angela langsung menutup mulut Awan lalu mengajak Awan masuk ke dalam mobil sebelum Dipo mengajaknya mengobrol lebih jauh lagi.
Dipo menatap mobil sedan mewah yang Angela kemudian dengan senyum kecut dan sorot mata sendu. "kau masih saja sama. Cantik dan keibuan, Angel. Andai kau tahu, aku masih sangat mencintai kamu. Sangat"
Dipo lalu menoleh saat keponakan perempuannya yang bernama Kayla memanggil namanya, "Om Dipo! Tumben nggak terlambat njemput Kayla"
"Hehehehehe, masak, ya, terlambat terus. Ayo kita mampir ke restoran untuk makan siang dulu"
"Oke" Sahut Kayla.
Angela keluar dari dalam mobil dan dikejutkan dengan teriakan Silvia.
"Kak Angel!" Silvia langsung memeluk Angela
Angela mematung dan sontak bertanya, "Kamu, kok, ada di sini? Bukannya kamu kuliah di Jepang?"
Silvia melepaskan pelukannya dan berkata, "Aku sudah lulus dan pengen bekerja di sini. Papa menyuruh aku menginap sementara di rumah Kak Angel. Papa sudah nelpon Kakak, kan?"
"Belum" Sahut Angela sembari mengajak Silvia masuk saat Awan sudah berlari masuk ke dalam rumah karena kelaparan.
Silvia kemudian duduk di meja makan dan menelepon papanya. Karena pernah tinggal di rumah pamannya saat ia kuliah di Jogja, maka ia pun mengiyakan permintaan pamannya menitipkan Silvia di rumahnya untuk sementara sampai Silvia mendapatkan pekerjaan.
Di malam hari, Theo dikejutkan dengan hadirnya wanita muda yang sangat cantik di depannya. Theo belum pernah bertemu dengan Silvia sebelumnya karena Silvia tinggal di Jepang selama ini.
"Kenalkan ini Silvia sepupuku, Mas. Dia sementara menginap di sini sampai dia mendapatkan pekerjaan, boleh, kan?"
Theo yang masih terpseona dengan senyumannya Silvia langsung menjawab dengan tergagap, "Ah, i......iya. Hai, aku Theo. Aku suami Kakak sepupu kamu"
"Hai, senang berkenalan dengan Kak Theo" Silvia menepuk pundak Theo dengan senyum manis yang menggoda saat Angela melangkah naik ke lantai atas untuk menyiapkan baju ganti dan air hangat untuk suaminya.
Theo melirik tangan Silvia yang ada di pundaknya dengan ekspresi kaget dan lebih kaget lagi saat Silvia berbisik, "Aku menyukai Kak Theo pada pandangan pertama dan bersedia menjadi yang kedua kalau Kak Theo mau dan bersedia menghibur Kak Theo kalau Kak Theo butuh hiburan"
Cleguk! Theo sontak kesulitan menelan air liurnya dan pria tampan itu melangkah lebar meninggalkan Silvia.
Theo berendam di bak mandi dengan membandingkan penampilan Angela dan Silvia. Kalau sama-sama tidak berdandan, Angela lebih cantik daripada Silvia. Namun, sejak menjadi ibu rumah tangga, Angela tidak lagi wangi dan berpenampilan tidak menarik lagi. Sedangkan Silvia, wangi, seksi, elegan, dan masih sangat muda.
Saat makan malam tiba, Silvia nekat menaikkan kakinya di paha Theo dan memainkannya di sana. Theo membeliak kaget dan refleks menoleh ke Angela dan saat ia melihat Angela tengah menyuapi Awan sup, Theo mengarahkan pandangannya ke Silvia dan berkata tanpa mengeluarkan suara, "Hentikan!"
Silvia justru semakin tertantang dan semakin menggila. Dia memainkan kakinya di titik sensitifnya Theo sambil tersenyum menggoda. Theo akhirnya menyerah kalah dan meraup wajah tampannya dengan napas menderu pelan.
Lalu, di saat Angela mendampingi Awan belajar di kamarnya Awan dan Theo mencuci perabot makan di wastafel, Silvia nekat memeluk Theo dari belakang dan nekat menyusurkan bibirnya di leher Theo.
Theo mengerang, "Hentikan!"
Silvia menghentikan aktivitas panasnya dan berbisik, "Aku tunggu Kak Theo di kamar tamu. Aku akan tampil indah nanti. sangat indah"
Theo akhirnya tidak bisa melawan napsunya. Di tengah malam, di saat Angela sudah tertidur lelap, pria itu berjingkat pelan keluar dari kamarnya dan masuk ke kamar tamu. Napas Theo tercekat saat ia melihat tubuh seksi Silvia dibalut lingerie berwarna hitam. Silvia menyambut Theo dengan pelukan hangat dan ciuman liar. Tiga ronde pergulatan panasnya Theo dan Silvia dengan berbagai gaya yang belum pernah Theo dapatkan dari Angela, membuat Theo mabuk kepayang dan pria itu tersentak kaget di jam tiga pagi. Dengan cepat Theo memakai semua bajunya lalu berlari ke kamarnya dan langsung masuk ke kamar mandi karena setengah jam lagi Angela bangun.
Di meja makan, Silvia kembali memainkan kakinya di paha Theo lalu menulis pesan di tissue makan saat Angela membantu Awan menyiapkan buku sekolah.
Theo menjejalkan tissue makan bertuliskan pesan dari Silvia ke dalam saku jasnya lalu bergegas mengajak Awan ke depan.
Theo membuka tissue makan pemberiannya Silvia di dalam ruang kerjanya. Pria itu langsung bangkit berdiri dan pamit ke sekretarisnya kalau dia pulang sebentar untuk mengambil berkas yang tertinggal di rumah.
Permainan ranjang Silvia semalam membuat Theo kecanduan dan pria tampan itu ingin mengulanginya kembali.
Silvia menunggu kedatangannya Theo sambil mengirim pesan text ke Angela, Kak, tolong pulang sebentar dan belikan obat demam, ya, aku sakit demam, nih.
Silvia melemparkan ponselnya ke nakas saat Theo memeluknya dari arah belakang.
Theo berbisik, "Kau hanya aku jadikan yang kedua tidak apa-apa, kan? Karena aku sangat mencintai Angela dan aku tidak ingin Angela tahu soal kita. Aku tidak ingin kehilangan Angela"
Silvia berbalik badan lalu tersenyum dan mengajak Theo berciuman dengan liar, menuntut, dan panas.
Angela menemukan mobil suaminya dalam keadaan pintu terbuka lebar. Angela menutup pintu mobil lalu berlari masuk ke dalam. Wanita cantik berwajah keibuan itu membuka pintu kamar tamu dengan perlahan saat ia mendengar suara, "Ah! Ahhhhhh!!!!! Silvia!!!!! Ahhhhh!!!!"
Saat pintu terbuka lebar, Angela dikejutkan dengan adegan panas. Suaminya tengah menyatukan raga dengan Silvia.
"Astaga! Mas Theo!" Air mata langsung menggenangi kedua pelupuk matanya Angela.
Theo tersentak kaget dan langsung menarik diri dari tubuh Silvia. Dia menarik ritsleting sambil melangkah pelan mendekati Angela. "Ini hanya permainan. Aku tidak melakukannya dengan serius, Angel. Aku hanya mencintaimu"
Angela memandang jijik suaminya dan berteriak, "Kita cerai, Mas! Aku akan pergi dari rumah ini bersama Awan!" Angela lalu berbalik badan dan berlari kencang meninggalkan Theo.
Silvia menyeringai senang karena rencananya berhasil.
Theo langsung mengejar Angela sambil berteriak, "Angel, tunggu!" Namun, terlambat. Angela terlanjur melajukan mobil. Pria tampan itu hanya bisa duduk bersimpuh di atas tanah dan berteriak memanggil nama Angela dengan penuh penyesalan.
Lima tahun kemudian, Theo jatuh miskin.
Selama menjalin hubungan dengan Silvia, Theo melakukan korupsi demi untuk memenuhi kebutuhan Silvia yang suka foya-foya. Sampai pada akhirnya dia kehilangan pekerjaan, rumah, mobil, dan Silvia meninggalkannya. Sedangkan Angela hidup bahagia bersama dengan Dipo, Awan, dan anak yang ada di dalam kandungannya.
Theo menatap kebahagiaannya Angela dari kejauhan dengan linangan air mata dan sorot mata penuh penyesalan. kenikmatan sesaat membawa petaka bagi dirinya. Kenikmatan sesaat membuatnya kehilangan istri yang sangat luar biasa, kenikmatan sesaat membuatnya kehilangan putra kesayangannya, dan kenikmatan sesaat membawanya ke dalam jurang penyesalan yang sangat dalam.