"Hey lihat itu!", ucap salah satu siswi kelas tiga SMA yang sedang berdiri di pinggir lapangan basket.
"Wah tampan sekali", ucap siswi-siswi yang sedang bergerombol
Sementara itu, Dona dan Rara yang sedang berjalan menuju perpustakaan pun berhenti, memandang aneh siswi-siswi yang sedang bergerombol di pinggir lapangan.
"Mereka kenapa ya Ra?" tanya Dona bingung
Rara sendiri tidak menanggapi pertanyaan sahabatnya itu, ia malah ikut-ikutan mengintip seperti para siswi itu.
Dona hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Rara.
Namun tidak lama, ia juga ikut bergabung dengan Rara, jujur saja dirinya ikut penasaran dengan apa yang di lihat di lapangan sekolahnya itu.
***
Semilir angin tertiup cukup kencang di area sekolah SMA Ishari, yang merupakan sekolah elit untuk khalayak atas. Tidak sembarang orang bisa masuk ke sekolah ini. Kecuali jika mendapatkan beasiswa seperti Dona.
'Aaaaaaaaakkkkkkkhhhh!!!' mendadak terdengar teriakan heboh dari siswi-siswi yang sedang bergerombol di pinggir lapangan
Dona langsung menutup kedua telinganya, sungguh pusing mendengar teriakan-teriakan itu. Tapi ia juga penasaran, apa yang sedang Mereka teriaki.
Ia mencoba menarik Rara untuk keluar dari rombongan itu, tapi cukup sulit, hingga mau tidak mau dirinya ikut bergabung dengan mereka.
Deg...
Mendadak jantung Dona berdetak kencang selelah melihat, Seorang siswa laki-laki yang cukup tampan keluar dari kantor guru.
Ia sangat mengagumi laki-laki tampan itu, tapi tak sengaja ia terdorong kedepan hingga dirinya tersandung dan tersungkur cukup jauh dari gerombolan itu.
'Akhhh!' teriaknya, posisinya saat ini ia tertelungkup dengan lutut yang tergores lantai lapangan, pasti berdarah pikirnya karena ia terpental cukup jauh.
Sakitnya sih tidak seberapa. Tapi malunya itu loh
Dona pun hanya meringis, mau bangun susah, tapi dia hanya terdiam beberapa saat hingga akhirnya matanya menangkap sebuah sepatu di depannya. Ia segera mengangkat kepalanya.
Deg!...
"Kamu gapapa?" Tanya siswa laki-laki yang sedang di teriaki siswi-siswi di sekolah ini
Laki-laki itu lalu menarik Dona untuk berdiri. Sedangkan gadis itu terdiam, tidak bisa mengeluarkan suaranya. Teriakan-teriakan para siswi pun seolah hilang, setelah dia melihat pria di hadapannya ini
"Tampan sekali" gumam Dona tidak sadar
Seakan sadar jika mereka sekarang menjadi tontonan siswa siswi SMA Ishari, Dona pun segera berdiri, ia langsung tersadar dengan ucapan bodohnya.
Tapi dia lupa jika lututnya luka hingga hampir saja dia jatuh kembali tapi lagi-lagi siswa tampan itu menahan tubuhnya, seperti sedang memeluknya, membuat siswi-siswi yang melihatnya berteriak iri.
"Hati-hati, kamu sedang terluka" ucap siswa tampan itu, segera saja dia menggendong Dona lalu membawanya ke UKS, mungkin.
"Hey dimana UKS nya?" Tanya siswa tampan itu kepada seorang siswa yang lewat.
"Di ujung sana" ucap siswa itu
"Terimakasih" ucap siswa tampan itu.
Keduanya menjadi tontonan siswa siswi di sepanjang jalan. Dona pun hanya terdiam mungkin bingung dan juga gugup.
Rara yang melihatnya hanya menganga. Kenapa bisa sahabatnya di gendong pria setampan itu. Tak lama dia tersadar, segera dia menyusul Dona ke UKS.
***
UKS
Dona langsung di rebahkan di salah satu ranjang di UKS itu.
"Emm terimakasih" ucap Dona lirih
"Sama-sama" balas siswa itu kemudian berbicara dengan Rara agar gadis itu yang mengobati Dona, ia kemudian tersenyum ke arah Dona lalu pamit keluar.
Rara yang tadi di ajak bicara pun langsung terdiam, kapan lagi di ajak bicara pria tampan.
***
"Yakkk bagaimana bisa?" Tanya Rara lalu heboh setelah mengobati kaki Dona
"Mana aku tahu" ucap Dona sebal melihat tingkah absurd sahabatnya ini.
"Beruntung sekali dirimu BESTie" Ucap sinis Rara
Dona hanya terdiam, ia meurutuki kebodohan nya yang tidak menanyakan nama Siswa itu.
Mungkin besok ketemu lagi, ucap Dona dalam hati.
*Pulang sekolah*
Bagi sebagian siswa SMA Ishari yang memiliki kekayaan berlimpah, saat pulang sekolah mereka mungkin langsung main atau belanja,
Berbeda dengan Dona, saat pulang sekolah ia langsung ke toko buku, tidak, dia tidak membeli buku, melainkan dia bekerja di sana.
Setelah mengganti seragam nya Dona langsung ke rak komik, ia memang khusus bekerja di rak komik, jujur saja dirinya juga pecinta komik, komik horor lebih tepatnya. Hingga dirinya merasa cocok sekali untuk bekerja disini.
Setelah menata komik komik baru di rak, ia langsung menuju ke meja kasir sembari membaca komik baru yang dia tata tadi.
Karena sedang asik membaca, dirinya tidak sadar jika ada pelanggan yang mau membayar.
"Permisi aku mau bayar" ucap pelanggan itu
"Eh iy a" ucap Dona kemudian dia kaget melihat siapa yang sedang berdiri di depannya
Siswa itu pun juga kaget melihat keberadaan gadis yang sudah di tolong nya itu
Keduanya terdiam
Hening...
Hingga siswa itu melihat salah satu komik yang sedang di carinya
"Hey apakah itu komik 'sumur tua' edisi terbatas?" Tanyanya sembari menunjuk ke arah komik di meja Dona
Tersadar
"Ah iya, tapi ini milik toko"
Ucap Dona sedikit gagap
"Apa aku boleh meminjamnya?" Tanya siswa itu penuh harap, tapi Dona hanya terdiam
Bingung
"Ah maaf kita belum ya berkenalan, perkenalkan nama ku pangeran" ucap siswa yang ternyata bernama pangeran, sembari mengulurkan tangannya ke arah Dona
Dona pun segera menyambutnya "aku Dona"
Singkat jelas padat perkenalan mereka.
"Kau bekerja?" Tanya pangeran dengan raut wajah bingung
Wajar bingung, siswa-siswi SMA Ishari kan terkenal nya karena sekolah elit mehong pula
"Iya aku bekerja, emm aku bukan orang kaya makanya aku bekerja" jawab Dona lirih
"Emm maaf bukan bermaksud" pria itu merasa cukup bersalah.
"Tidak masalah, ah kau mau pinjam komik ini, emm meskipun tidak boleh tapi aku bisa meminjamkanmu sebentar karna kita satu sekolahan" ucap Dona cepat
"Benarkah" jujur pangeran senang sekali, lama dirinya mencari komik ini namun Sulit di temukan.
Jujur saja pangeran bukan orang yang bisa dekat dengan siapapun karena takut bertemu dengan orang yang hanya akan memanfaatkannya saja. Makanya dia tidak punya teman. Tapi pengecualian untuk Dona
Sejak awal pun dia tahu gadis ini tidak mungkin punya niat buruk kepadanya.
Pangeran pun tersenyum tulus
Dona hanya terdiam lalu membalas senyuman pangeran. Apakah ini awal mereka berteman?.
Tentu saja.
***
Enam bulan kemudian
Tidak terasa sudah enam bulan Dona dan pangeran berteman, bahkan hampir setiap hari pangeran datang ke toko buku tempat Dona bekerja, namun saat di sekolah, keduanya sepakat untuk tidak terlihat berteman.
Seperti biasa jam makan siang, Dona dan Rara sudah antri di kantin, biasa sekolah elit makan juga elit.
Setelah mengambil makanan keduanya duduk di meja kantin.
"Eh tau na, kemarin ada cewek nembak pangeran!" Seru Rara bercerita
Dona hanya mendengar, bukan sekali dua kali jika pangeran di tembak cewek. Bahkan hampir setiap hari ada saja yang menyatakan cinta untuk Pangeran. Hanya saja jawabannya pasti di tolak
"Terus gimana?" Tanya Dona sembari mengunyah makanannya
"Seperti biasa, di tolak" ucap Rara lalu mendengus kesal
"Kenapa ya, padahal yang nembak cantik-cantik semua, dari kalangan elit pula, si pangeran jujur aja si ganteng tapi kalau gak punya pacar kayak sia-sia aja gantengnya" ucap ngelantur Rara
Dona hanya menepuk-nepuk bahu sahabatnya itu.
Ia juga heran dengan pangeran, apalagi sikap dinginnya di sekolah. Lain saat bareng dirinya di toko buku.
Apa jangan-jangan
Ah Dona hanya menggelengkan kepalanya. Mikir apa sih dia, gak mungkin lah pangeran suka gadis miskin seperti dirinya. Ini buka drama yang orang kaya mencintai orang miskin.
Realistis saja, pikir Dona
Ia lalu melanjutkan makannya, tak menghiraukan celotehan si Rara yang sejak tadi bicara sendiri.
Lalu tidak sengaja tatapannya bertubrukan dengan tatapan pangeran, pangeran tersenyum kecil kepada Dona. Gadis itu terdiam. Ia melihat kiri kanan belakang, siapa tahu pangeran bukan senyum untuk dirinya.
Tapi kosong, Hanya ada dirinya. Apa dirinya harus bahagia. Tapi dia tidak boleh ke pede an. Siapa dia. Hanya siswa penerima beasiswa.
Lagi lagi Dona insecure
Asal dia tahu CINTA TIDAK MEMANDANG KASTA itu ada
Sudahlah
***
Tidak terasa waktu cepat berlalu, kini Dona sudah kelas tiga semester genap. Sebentar lagi dia lulus.
Tapi bukannya bahagia dirinya malah melamun. Apakah setelah ini dia tidak bisa lagi melihat pangeran. Jujur saja saat mengobrol kemarin di toko buku.
Flashback toko buku
Keduanya sedang membaca komik terbaru sembari ngemil di sudut ruangan
"Na nanti lulus mau kuliah dimana?" Tanya pangeran
Jangan kaget. Mereka memang sangat dekat, Laen kalo di sekolah
"Em entahlah aku juga bingung, kalau kamu?" Tanya balik Dona
"Aku sejak awal ada planing mau lanjut ke Harvard university, biasa ikut jejak kakak ku" ucapnya santai
Dona langsung terdiam, selama ini dia lupa pangeran itu bukan cowok biasa.
Seakan lupa jika mereka beda kasta, jujur Dona lagi-lagi merasa insecure. Ia kemudian memandang sendu pangeran, jujur saja dia menyukai pangeran, perasaannya sudah sangat dalam hingga ada rasa ingin memiliki
Apakah dia harus mundur. Toh mau maju juga tidak bisa
Ia hanya tersenyum kecil, lalu melanjutkan membaca komiknya walaupun sebenernya di pikirannya ada hal lain
Ia memang harus mundur. Mereka tidak akan pernah bisa bersama
Sejak itu Dona memutuskan untuk sedikit menjauh dari pangeran, takut perasaannya semakin dalam. toh nanti pas lulus mereka bakal pisah.
Pangeran kuliah di Harvard dan dirinya mencari kerja lain. Lulus SMA saja sudah cukup menurutnya
***
Pangeran bukanlah orang yang cuek sebenarnya. Dia juga punya perasaan, dia seperti ini hanya untuk menjaga dirinya sendiri.
Ia cukup bahagia selama di sekolah memiliki satu teman yaitu Dona, satu-satunya yang mau berteman dengannya dengan tulus. Bukan karna ada maunya.
Tapi semenjak memasuki ujian akhir, Dona seolah-olah menjaga jarak dengannya. Dia merasa. Memang jika di sekolah mereka tidak bertegur sapa karena itu permintaan Dona, tapi jika di toko juga seperti itu mana bisa.
Pangeran tidak bisa kalau dijauhi Dona
Dengan nekat, setelah jam ujian terakhir
Pangeran segera keluar kelas berlari menuju Dona yang sedang berjalan dengan Rara menuju gerbang sekolah
Ia berlari sembari teriak
"Dona!"
Suaranya yang cukup keras membuat siswi-siswi yang mengaguminya sedikit syok. Sejak kapan pangeran dekat dengan Dona. Rara yang di samping Dona pun syok
Akhirnya pangeran bisa mencegah Dona kabur darinya. Ia memegang tangan Dona dengan erat, bahkan menatap tajam gadis itu
Dona sendiri cukup syok dan takut dengan tatapan iri siswi-siswi di sini, bahkan cengkraman tangan pangeran di tangannya cukup erat. Ia sedikit berontak namun tetap tidak bisa melepaskan tangan pangeran.
"Jangan hahh perghiii, jangan menghindar dari ku lagi?" Ucap tegas pangeran kepada Dona
Dona hanya menunduk. Dia juga tidak mau, tapi ini jalan satu-satunya agar dia tidak sakit hati saat Pisah dengan pangeran
"Apa aku memiliki salah hingga kau menghindari ku?" Tanya pangeran sedih
Dona hanya menggelengkan kepalanya
"Tidak, kau tidak ada salah, aku yang salah" ucapnya lirih
"Kau tidak memiliki salah apa-apa Dona" ucap pangeran lalu mengendurkan cengkraman tangannya menjadi menggenggam tangan Dona, hingga menimbulkan pekik an gemas siswa siswi di sekolah ini.
Mereka sekarang berada di tengah-tengah gerbang dan di kelilingi oleh teman-teman mereka.
"Tembak... Tembak.... tembak"
Terikakan para siswa mendominasi hingga membuat para siswi berdecak iri
Pangeran yang mendengarnya pun tersenyum tulus. Ia tahu Dona tidak nyaman. Ia segera menarik Dona menuju parkiran mobil, lalu memasukkan gadis itu kedalam mobilnya. Kemudian mereka pergi entah kemana.
***
Disinilah mereka di sebuah taman yang di dominasi oleh anak-anak. Maklum hari terakhir ujian pasti anak-anak juga sudah libur
Dona dan pangeran duduk di sebuah bangku taman yang cukup sempit sehingga badan mereka berdempetan. Dona pun hanya terdiam sesekali ia memakan es krim di tangan.
Btw di beliin pangeran
Keduanya terdiam hingga akhirnya pangeran berinisiatif membawa Dona ke sebuah danau. Di pinggir nya.
Memandang kosong danau indah itu lalu pandangan mereka bertemu
"Apa kau membenciku hingga menjauh?" Tanya pangeran
"Tidak" ucap liri Dona. Dirinya tidak sanggup memandang pangeran
"Lalu, kenapa menjauhi ku, itu sangat terlihat jika kau tidak ingin dekat lagi dengan ku Dona, apa alasan mu?" Tanya pangeran menggebu-gebu
"Aku takut"
"Apa yang kau takutkan?"
"Menyukai mu"
Deg!
Pangeran terdiam mendengar ucapan Dona. Dona sendiri merutuki mulutnya yang suka keceplosan
Keduanya terdiam. Jujur saja Dona ingin pergi jauh sekarang. Malu sekali. Secara tidak langsung dirinya menembak pangeran. Apakah dia akan ditolak
Tentu saja pasti di tolak, siapa dia, mereka saja sangat jauh bagaikan langit dan bumi
Grep!
Perasaan hangat langsung di rasakan Dona saat tiba-tiba pangeran memeluknya
Dona sendiri mematung diam. Apakah ini mimpi?
Tolong jika ini mimpi jangan bangunkan dirinya.
Mimpi ini sangat indah
Tapi ini bukan mimpi
Ini kenyataan bahwa pangeran memeluknya
"Aku senang" ucap lirih pangeran
Bahkan Dona Dengan jelas mendengar suara detak jantung pangeran.
"Aku juga menyukai mu Dona" ucap pangeran di telinga nya
"Hah" Dona syok tidak percaya perasaannya berbalas
Keduanya larut akan kebahagiaan yang belum pernah mereka rasakan. Tolong biarkan mereka menikmati momen ini.
Bahkan mereka berpelukan sampai sore hari.
Entah apa yang akan terjadi kemudian keduanya sepakat akan menghadapinya
Cinta yang tulus tidak memandang apapun, perasaan dan cinta itu untuk siapapun dan kapanpun. Yang penting perasaan yang terbalas.
END