Hanya karena aku tidak lembur hingga jam dua belas malam, manajer perusahaan memukulku.
Merasa diprovokasi, aku membalas dengan tamparan yang keras.
Sekarang manajer tersebut terkapar di tanah. Dia memakiku sebagai sampah dan budak korporat, lalu mengancam akan membunuhku setiap saat!
Aku tersenyum sinis. Aku pun menelepon kakekku yang merupakan Ketua Dewan Direksi. Kemudian, melemparkan ponsel tersebut ke arahnya.
Baiklah, coba saja membunuhku. Ayo lihat siapa yang benar-benar bisa menghabisiku.
1
Untuk magang kelulusan, aku dan pacarku, Aditya Lesmana, bekerja magang di perusahaan yang sama.
Kebetulan, perusahaan itu adalah milik kakekku.
Aku tidak berani memberi tahu keluargaku.
Lagi pula, hubungan kami dirahasiakan karena aku takut terbongkar.
Manajer wanita itu bernama Inez Sebastian. Pada hari pertama masuk perusahaan, dia memberikan bimbingan kepada magang baru.
Dia berkata, "Di sini lembur adalah hal yang wajib. Aku yang akan menentukan jam lembur kalian. Paham?"
Aku mengerutkan kening saat mendengarnya. Apa ini? Menekan anak magang di hari pertama kerja?
Inez memegang kartu pegawaiku. Dia mengguncangnya sambil berkata, "Namamu Kinan Prawira, 'kan? Aku akan mengingatmu."
Selama istirahat pelatihan orientasi perusahaan, Aditya mengirimiku pesan WhatsApp.
"Kinan, jangan marah, ya. Tadi aku sudah mencari tahu. Ayah Inez adalah CEO Grup Allico. Sebaiknya kamu mencari kesempatan untuk meminta maaf padanya."
Sore harinya kami menyelesaikan pelatihan orientasi perusahaan. Aku langsung diberi banyak sekali tugas.
Aku mengerutkan kening dan langsung berjibaku dengan pekerjaan.
Ketika tiba waktu makan malam, Inez tiba-tiba bertepuk tangan.
"Hari ini, ada acara makan malam departemen. Bagi kalian yang sudah menyelesaikan pekerjaan bisa pergi bersama. Tapi, bagi kalian yang belum selesai, tetaplah bekerja."
Makan malam ini tidak ada kaitannya denganku.
Tidak lama kemudian, di kantor hanya tinggal aku sendiri.
Aku langsung mengunggah sisa pekerjaanku ke Penyimpanan Awan. Kemudian, melakukan absensi sebelum pulang.
Aku tidak ingin tunduk pada Inez.
Tidak perlu menyiksa diri karena ketidakpuasannya.
2
Namun, aku tetap menyelesaikan sisa pekerjaanku di rumah.
Tidak ada alasan lain. Aku hanya tidak suka diremehkan.
Sebelum aku tidur, Aditya meneleponku.
"Kinan, aku harap kamu bisa maju dan berkembang dengan baik. Aku belum pernah bilang kepada kamu tentang situasi keluargaku. Orang tuaku selalu ingin aku menemukan seorang gadis yang dapat saling melengkapi. Aku benar-benar takut kamu tidak akan dapat mendapatkan restu mereka."
Aku tercengang sejenak. Apakah dia mengkritikku?
Keluargaku kaya. Kakekku adalah dewan direksi perusahaan ternama, sedangkan orang tuaku memiliki bisnis mereka sendiri.
Namun, aku tidak pernah memamerkannya.
Hubungan cintaku di SMA hancur karena campur tangan orang tuaku. Hal ini meninggalkan bayangan padaku selama tiga tahun pertama kuliah. Jadi, aku tidak berani berharap untuk jatuh cinta.
Malam ini, aku tidak bisa tidur nyenyak. Tanpa sadar aku teringat pertemuan pertamaku dengan Aditya.
Kami bertemu di perpustakaan. Dia adalah wakil presiden Badan Eksekutif Mahasiswa. Dia adalah pria yang sangat ramah dan rendah hati.
Karena kami berdua suka menghabiskan waktu di perpustakaan, kami secara bertahap menjadi akrab.
Seiring berjalannya waktu, hubungan kami pun berkembang secara alami dan kami menjadi pasangan.
3
Pada hari kedua magang, aku dikritik oleh manajer di depan seluruh departemen.
"Kinan, apakah kamu punya rasa tanggung jawab? Siapa yang mengizinkan kamu pulang kerja semalam?" Aku diam-diam membuka komputer. Kemudian, menunjuk ke email untuk dia lihat. "Aku sudah menyelesaikan semua pekerjaanku. Apakah ada masalah?"
"Siapa yang menyuruhmu membawanya pulang? Kalau hal ini menyebabkan kebocoran informasi perusahaan. Memang kamu sanggup bertanggung jawab?"
Sejujurnya, kalau bukan karena didikan ketat ayahku yang tegas sejak kecil, aku mungkin akan ketakutan di tempat.
"Manajer, dokumen-dokumen ini bukan informasi rahasia perusahaan. Aku sudah memeriksa buku pedoman karyawan. Informasi rahasia perusahaan akan dibuat secara khusus. Berkas yang aku susun tidak memenuhi tingkat kerahasiaan. Jadi, aku tidak melanggar peraturan perusahaan."
Inez menggebrak meja dengan marah. Dia menunjuk ke arahku ku seolah ingin melahapku. "Percaya atau tidak aku bisa memecatmu dan membuat laporan magangmu menjadi sangat buruk?"
Tatapanku tidak sengaja tertuju pada Aditya, tetapi dia hanya menunduk dan tetap diam.
Inez tampak senang dan terus memprovokasiku. "Aditya dari kampusmu lebih bertanggung jawab daripada kamu. Orang muda harus belajar tunduk dan patuh. Aku membimbingku, tetapi kamu bahkan tidak tahu berterima kasih. Lucu sekali!"
"Kamu berhak melakukannya. Tapi, aku tidak memiliki kewajiban untuk tunduk kepadamu. Ibu Manajer Inez, silakan lakukan apa yang kamu inginkan."
Aku memejamkan mata dan duduk. Rasanya terlalu malas untuk menatapnya.
Aku sudah memutuskan. Jika dia memecatku, aku akan pergi menemui kakekku!
4
Pada siang hari, Aditya menyeretku ke basemen perusahaan.
"Kinan, sepertinya kamu sama sekali tidak memikirkan kata-kataku kemarin. Apa yang akan terjadi kalau kamu mengalah? Apa hal itu akan membunuhmu?"
Aku menatapnya dengan tidak percaya, "Ini hanya magang. Apakah ini begitu penting bagimu? Bahkan, kamu sampai membuang harga dirimu?"
Hatiku berdenyut keras. Tatapanku tertuju pada wajah Aditya yang menjadi asing. Aku terdiam dalam keheranan.
Namun, Aditya menekan pundakku. "Kinan, kamu harus membuka diri dan mencoba menerima kebusukan dunia ini. Apakah kamu masih ingat apa yang aku katakan kepadamu kemarin? Aku harap kamu bisa melengkapiku untuk mendapatkan restu orang tuaku."
Aku menggelengkan kepala dengan perasaan campur aduk yang memenuhi relung hatiku. "Aditya, pernahkah kamu berpikir kalau kamu juga perlu mendapatkan restu orang tuaku?"
Aditya tersenyum dengan percaya diri.
"Meski keluarga kami berasal dari kota kecil, kami masih punya beberapa koneksi. Kami bisa dianggap cukup mapan. Kami bahkan bisa membayar uang muka rumah di Sanfos. Begitu aku mendapatkan pijakan yang kuat di Sanfos, aku yakin aku pasti bisa mendapatkan restu orang tuamu. Jadi, Kinan, apakah kamu mengerti pentingnya berkompromi?"
Aku langsung mendorong Aditya menjauh. Aku menggelengkan kepala dengan putus asa.
"Bukan, bukan seperti itu. Ayahku ingin pasanganku menjadi seseorang yang bisa mencintai dan dicintai."
5
"Aku mengerti keinginan Paman. Seorang pria harus menawan dan cukup kuat. Aku pasti akan menjadi orang seperti itu."
Aku tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan percakapan. Konsep mencintai dan dicintai seperti yang ayahku gambarkan sangat berbeda dengan apa yang Aditya katakan.
Siang harinya, cara Inez mencari-cari kesalahan makin menjadi-jadi.
Dia menyuruh seseorang melemparkan proporsal perencanaan yang harus aku selesaikan hari ini.
Beberapa rekan yang baik hati dari departemen lain memberi tahuku. Rupanya aku bukan gadis pertama yang Inez tindas.
Sadar akan hal itu, aku baru menyadari bahwa karyawan Departemen Perencanaan hampir seluruhnya adalah laki-laki.
Seluruh Departemen Perencanaan sedang lembur. Kemudian, aku mengumpulkan proposal perencanaan pada pukul delapan malam.
Aku mengemasi barang-barangku dan bersiap untuk pergi.
"Berhenti! Kamu pikir kamu bisa pergi begitu saja? Pekerjaanmu berantakan. Ulangi pekerjaanmu sekarang juga!"
"Aku hanya seorang magang. Selain itu, tidak ada yang membimbingku dalam pekerjaan perencanaan ini. Aku harus mencari tahu sendiri. Maaf, kalau kamu tidak punya pertanyaan yang spesifik, aku tidak bisa membantu."
Aku tidak mau terjebak dalam situasi ini. Jadi, setelah berbicara demikian, aku langsung mengambil tasku dan pergi.
Pada malam hari, Aditya tidak menghubungiku atau meninggalkan pesan apa pun.
Aku meringkuk dan memeluk diri sendiri sambil memikirkan hubungan kami.
6
Aku tidak tahu apakah Inez sudah kehabisan trik.
Sejak hari itu, selain sesekali mencari-cari kesalahan, dia lebih sering menghilang dari perusahaan.
Aku mengerutkan kening saat mendengarkan hal ini. Aku juga memperhatikan kalau Aditya juga makin sering menghilang dari mejanya.
Belakangan ini dia sangat sibuk. Bahkan, ketika kami bersama, dia terlihat tidak fokus.
Dalam sekejap mata, masa magang sudah berlangsung hampir sebulan.
Aku memikirkan hubunganku dengan Aditya untuk waktu yang lama.
Akhirnya, aku memutuskan untuk mencari Aditya. Aku ingin mengobrol dengannya secara baik-baik dan dengan cara yang santai.
Pada siang harinya, aku pergi menuju parkiran basemen. Dia memiliki kebiasaan tidur di jam istirahat. Jadi, aku pikir dia mungkin sedang beristirahat di mobilnya.
Ketika aku menghampiri, aku melihat mobilnya agak bergoyang.
Aku bisa mendengar suara samar-samar dari dalam mobil.
"Adik kecil, aku akan membantumu mendapatkan Kinan. Tapi, aku punya satu permintaan. Ketika saatnya tiba, aku akan merekamnya. Aku ingin melihatnya memohon belas kasihan. Selama ini dia begitu sombong, 'kan? Haha."
Aku menutup mulutku dan berjongkok di samping mobil. Tubuhku gemetar dengan hebat, tetapi air mataku sudah lama kering.
Satu-satunya yang tersisa hanya amarah dan kekecewaan yang luar biasa.
Pacarku berselingkuh dengan wanita lain.