Ribuan titik hujan jatuh dari langit dengan begitu derasnya. Aku berteduh tepat di bawah pohon yang memiliki banyak kenangan di dalamnya. Mataku yang berair memandang jalanan yang terdapat darah yang sudah dipenuhi dengan orang-orang. Kubiarkan sepedaku basah terkena air hujan. Petir yang menggelegar sudah tidak terdengar lagi olehku.
Aku memeluk tas ransel yang kupegang sedari tadi. Kupejamkan mataku berharap semua ini hanyalah mimpi buruk yang akan berakhir. Beberapa waktu kemudian, aku membuka mataku dan terbangun dengan mata yang sembab. Aku melihat kakak perempuanku –Yuju, yang masih tertidur pulas dan melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi. Aku berdoa terlebih dahulu sebelum beranjak dari ranjang.
Aku berjalan menuju balkon dan memandang langit yang mendung. Teringat akan peristiwa yang terjadi 3 tahun yang lalu. 3 tahun yang lalu, Aku, Yohana dan Yerin berencana akan merayakan hari persahabatan kami tepat 4 tahun.
“Tak terasa ya udah 4 tahun, waktu berjalan cepat banget. Bentar lagi juga kita udah pake seragam putih biru!” kata Yerin dengan semangat di meja belajar milik kak Yuju sambil melihat album foto yang ada di sana dan menjilat es krim rasa cokelatnya. “Iya nih, aku gak sabar deh, aku berharap kita bisa ngumpul gini terus ya. Oh iya, selesai pengumuman kelulusan ntar jangan lupa ya?” tanya Yohana sambil tersenyum. “Gak bakal lupa mah kalo itu” sahut Aku dan Yerin tersenyum sambil mengacungkan jempol.
Ketika kami sedang mengobrol dan berbaring di kasurku, tiba-tiba kak Yuju yang baru pulang dari sekolah masuk ke kamar dengan muka badmood. Lalu Ia terlihat ingin mengambil tugasnya di meja belajarnya. Kemudian Ia terlihat marah saat melihat tugasnya yang ternyata tidak sengaja terkena es krim cokelat milik Yerin.
“Siapa yang melakukan ini?!” teriak kak Yuju sambil menunjukkan tugasnya yang sudah kotor kepada kami bertiga. Kami terdiam seketika. Lalu, Yerin yang melakukan pun meminta maaf kepada kak Yuju karena Ia juga tak sengaja melakukannya. Kak Yuju pun dengan raut muka marah pergi keluar kamar sambil membanting pintu dan mengabaikan permintaan maaf Yerin. Yerin melihatnya dengan mata berkaca-kaca. Aku dan Yohana menenangkannya. “Udah gapapa kok, Rin. Kak Yuju lagi PMS tuh, ntar juga baikan,” kataku sambil memeluknya. Beberapa menit kemudian, Yerin dan Yohana pulang ke rumahnya karena sudah dijemput oleh orangtua mereka masing-masing.
Hari demi hari berlalu, tibalah hari pengumuman kelulusan sekaligus hari perayaan persahabatan kami selama 4 tahun. Sesuai dengan janji kami, Aku berangkat ke sekolah dengan menggunakan sepeda, begitu juga Yerin. Tetapi, di sekolah kami tidak bertemu dengan Yohana. Setelah pengumuman selesai, dan semua murid dinyatakan lulus, Aku dan Yerin pun menuju rumah Yohana untuk memastikan apa yang terjadi pada Yohana hingga Ia tidak datang ke sekolah.
Sesampainya di rumah Yohana, pintunya terkunci dan seperti sudah tidak ada lagi penghuninya. Lalu kami menanya kepada tetangganya, dan tetangganya mengatakan bahwa keluarga Yohana sudah pindah beberapa minggu yang lalu. Kami yang mendengarnya pun kecewa, dan tidak tahu apa alasan Yohana pindah dan mengapa Ia pindah tanpa mengabari kami.
Akhirnya, Aku dan Yerin menggunakan sepeda menuju rumah pohon yang terletak di dekat sekolah kami, tempat biasa kami berkumpul bersama dengan canda dan tawa. Sesampainya di sana, tiba-tiba hujan deras. Aku dan Yerin pun memutuskan untuk berteduh di bawah pohon sementara. Kemudian tak diduga ada sebuah mobil truk menuju Yerin yang masih memarkirkan sepedanya, dan menabrak Yerin. Orang-orang yang ada di sekitar tempat tersebut langsung menghampiri Yerin yang tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dan ambulans pun segera datang membawa Yerin ke rumah sakit terdekat. Aku yang melihatnya terdiam di tempat.
Mataku mulai berair setelah menyadari semua yang terjadi pada sahabatku. Aku tak dapat menyangka semuanya akan berakhir seperti ini. Kini, yang seharusnya menjadi hari bahagia, malah menjadi hari terburuk dalam hidupku. Meskipun begitu, tidak ada guna bagiku untuk menyalahkan siapapun. Aku hanya dapat berharap kepada Tuhan agar Aku dapat berjuang di sini, meskipun tanpa kedua sahabatku..
Cerpen Karangan: Yemima Sipayung Blog / Facebook: Yemima Sipayung Tempat tanggal lahir: Jambi, 18 Januari 2001 Hobi: Fangirling