Suasana pagi hari yang ceria ditambah kicauan merdu suara burung bernyanyi dan berlari kesana kemari, pohon pohon yang berdiri rapi yang membuat sudut kampung terlihat riang. Mentari mulai memancarkan sinar pertama dan terindahnya. Tampak seorang perempuan berpakaian rapi mengenakan hijab biru serta memakai sepatu dan membawa ransel ukuran kecil yang berisikan satu botol air mineral serta beberapa makanan ringan kesukaannya. Perempuan itu kelihatannya seperti menunggu seseorang yang tak kunjung datang. Entah sampai berapa lama wanita itu tahan menungu.
Lalu, dari kejauahan terdengar seseorang memanggilnya dengan suara yang lantang. “Lisaaaa!!!” teriak perempuan yang mengenakan baju putih dan celana olahraga panjang.Lisa, begitulah nama panggilan untuk perempuan yang menunggu terlalu lama. Dengan cepat lisa menjawab “Hmm, iyaaa na, kemana aja nih baru muncul?” tanya lisa dengan raut wajah yang agak sedih. “Hehehe, maaf ya aku membuatmu menungu terlalu lama ya sa? Soalnya ada urusan mendadak yang harus kukerjakan sa,”. Dengan tenang lisa mengomentari “Hm, sepagi inikah na?” kemudian lisa menghela nafas seraya menjelaskan “Sebenarnya, aku emang kesal banget kalau urusan menunggu yang terlalu lama ni na, tapi apalah daya hehe, demi kita rencana kita jalan-jalan minggu sore”.
Lisa sebelumnya memang ingin membahas persiapan untuk jalan jalan bila hari libur tiba, ana yang saat itu tertunduk diam merasa bersalah sekali karena membuat sahabatnya menunggu selama 2 jam. Ana langsung mendekati lisa yang sudah tampak kecewa. “Lisa, iya deh, aku kan udah minta maaf sa hehe, pagi ini tuh aku ribet banget sa, aku harus ke sana ke sini belum lagi, pagi aku harus membantu ibuku untuk mempersiapkan acara kecil buat kakakku”. Kemudian lisa terpana dengan penjelasan dari sahabatnya sepertinya lisa sangat mengerti kesibukan sahabatnya. “Tenang aja na, udah aku maafkan kok, sekarang ayo kita ke rumah fahry sekalian mau membahas rencana kita minggu depan”. Dengan nada yang tinggi dan bersemangat ana menarik tangan lisa “Ayoo sa, kita ke rumahnya”.
Tepat jam 10.15 wib lisa dan ana sudah tiba di depan rumah fahry kemudian tampak seorang gadis kecil, sepertinya gadis kecil itu adiknya fahry yang pernah diceritakan sebelumnya. Gadis itu tersenyum kepada mereka, mereka pun dengan kompak membalas senyuman manis dari gadis kecil tersebut.
“Hai lisa, ana, kalian rupanya, kirain siapa tadi, selamat pagi semua!!!” dengan raut wajah keliatannya sudah mantap untuk menjawab sapaan manis dari temannya itu, lisa dan ana kompak berkata “Hmm selamat pagi juga pangeran baru bangun tidur ya? Udah jam berapa ni pangeran, kok pagi sekali bangun tidurnya?” sindir ana dengan nada penuh ejekan. Lisa yang saat itu tersenyum, menjadi ikutan tertawa. Fahry yang saat itu hanya tersipu malu atas perkataan ana.
Lisa dan ana duduk di teras rumah fahry kemudian langsung membahas tentang rencana jalan jalannya. “Baiklah teman teman sekarang langsung aja deh ke pokok pembahasannya, jadi udah pasti ni ya, minggu sore kita jalan jalan bersepeda bareng?” “Siap banget dong pastinya lis!!!” jawab ana dan fahry dengan kompak. Lisa menambah penjelasannya “Oke kalau semuanya udah pasti, jadi kamu fahry bilang juga sana diki, kebetulan dia belum tau informasi ini” “Iyaaa, nanti aku beritahu sama diki, mudah mudahan aja diki mau ikut” kata fahry penuh harap.
Selesai menjelaskan kepada fahry lisa dan ana langsung beranjak pulang dari rumah fahry. Lisa ini adalah sosok wanita yang sangat disiplin, tegas dan friendly banget orangnya. Oleh karena itu semua teman temannya sangat menghargai dirinya.
Di perjalanan pulang, tiba tiba saja, lisa menghentikan langkah kaki ana “Ssstt, bentar deh na, kayaknya ada terlupakan deh na. Kira kira apa ya na?” “Emang apa lis, kayaknya udah dijelaskan sedetil detilnya tadi” tanya ana dengan heran “Hmm apa ya na? Oh ya na, kita kan belum tau minggu sore mau jalan kemana?” “Hehe, iya ya lis, kok bisa lupa ya, apa mungkin udah tua lis?” lisa kemudian melirik ana dan tersenyum “Hhm, sembarangan kalau ngomong ya? Orang aku masih muda belia. Hhehe”
“Terus, gimana ni lis, soal tempat untuk jalan jalan minggu sore?” tanya lisa sambil tersenyum kepada lisa. Kemudian lisa mencoba menjelaskan kepada ana, “Kalau masalah itu, tenang aja na, kita tanya aja nanti ke fahry, dia tahu tuh tempat yang menarik untuk berselfie” mendengar penjelasan temannya itu, ana dengan cepat berpaling kepada lisa “Hehe, kamu ini ya lis, selfie aja dipikirin, kebersamaan yang paling penting lis, bener gak, bener ajalah ya, hhee” lisa langsung mengiyakan perkataan temannya, seolah tak ingin dipikirin karena dia juga harus cepat pulang. “Iyaa iya na, jangan bilang selfie gak penting ya, hhe ayoo pulang” ajak lisa sambil merangkul tangan ana.
Setibanya lisa di rumah, dilihatnya halaman rumahnya yang penuh dengan sampah dedauan kering yang beterbangan. Dengan cepat lisa segera membereskan sampah tersebut. Lisa adalah anak yang sangat menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggalnya, tiap hari tak ingin ditemuinya sampah dedaunan yang merusak pemandangan rumahnya itu.
Selesai pekerjaan tersebut lisa langsung mandi, kebetulan malam ini malam minggu. Tidak seperti kebanyakan teman temannya yang hobi keluar malam alias ngupul malam minggu. Lisa lebih senang ngumpul sama keluarga di rumah. Bagi dirinya, kebersamaan seperti itulah yang yang diperioritaskannya bukan berjalan malam yang tak ada manfaatnya. Begitulah si lisa anak yang baik dan selalu patuh kepada orangtuanya.
Ibu lisa yang sedang memperhatikannya dari kejauhan heran, karena sepertinya lisa terlihat sangat sibuk sekali kesana kemari untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibawanya besok “Lisaa, kamu udah makan belum nak?” tanya ibunya. Kemudian lisa menjawab “Alhamdulilah udah tadi bu, oh ya bu, besok lisa dan teman teman mau jalan-jalan bersepeda bareng bu, boleh kan bu?” pinta lisa dengar suara rendah, ibunya dengan cepat menjawab “Iya boleh nak, tapi ingat, hati hati di perjalanannya, pulangnya jangan kesorean ya!” kemudian lisa menoleh dengan memasang wajah yang gembira “Iyaa ibu siip deh, lisa janji pulangnya gak kesorean bu, terima kasih ya bu..” “Iyaa nak, sama sama, ya udah, jika pekerjaanmu udah selesai, segeralah tidur” nasehat sang ibu dengan penuh kasih sayang. Memang lisa bukan anak yang manja. Dia adalah anak yang mandiri, hal itu tercermin di saaat ia harus tinggal di rumah sendiri ketika sang ibu tidak berada di rumah.
Hari yang ditunggupun telah tiba, lisa dan teman temannya sepertinya terlihat gembira dan siap sekali untuk menikmati “Happy time” nanti sore. Pukul 01.30 wib mereka berkumpul di rumah diki. Fahry, ana dan lisa mengenakan jilbab dan pakaian yang sama, terlihat sangat kompak. Sangat berbeda dengan fahry dan diki, kalau masalah pakaian mereka punya selera yang berbeda dan tak pernah mau disamakan. Setiap ada yang menyamakan mereka pasti diki akan melirik dengan tajam seraya berkata “Gak suka deh disama samakan, jelas kami tuh beda banget, tau gak?. Orangtua kami aja beda, hhe” begitu perkataan yang dilontarkan diki jika ada yang bilang mereka sama. Diki memang anaknya simpel gayanya, kalau dilihat dari pakaiannya dia terlihat sangat keren. Begitu juga dengan fahry, yang kadang kadang ramah tapi kadang kadang bisa juga cuek dan peduli sama lingkungan sekitar. Sifat fahry ini sangat sulit untuk dimengerti dan sangat unik sekali.
Dengan bergegas mereka memulai perjalanannya. Sungguh perjalanan yang menyengkan sekali, dengan bersepeda, ramah lingkungan selain itu, bisa menikmati pemandangan sekitar yang masih alami. Kebersamaan seperti inilah yang membawa kenyamanan di hati empat insan ini. Senyum yang terpancar dari wajah diki, fahry mulai melebar, mengungkapkan betapa bahagianya mereka saat itu.
Di tengah perjalanan menuju tempat tujuan tiba tiba saja terdengar bunyi sepertinya bunyi tersebut dari ban sepeda ana. Mereka pun berhenti di perjalanannya. Saat itu ana terlihat santai saja dan memilih duduk di bawah pohon rindang yang beralaskan permadani hijau. Sementara itu, di sisi lain lisa yang memperhatikan ana kemudian meliriknya “Ana, wajahmu kok santai aja, ban sepedamu kan bocor ana, gimana ni sekarang, di sini juga gak kelihatan tanda tanda adanya bengkel.” ana pun yang pada saat itu sedang duduk, lalu berdiri mendekati lisa, “Iyaa aku tahu lis, tapi mau gimana lagi, sepeda aku tuh, kelihatannya gak bisa diapa-apakan lagi, hmm jadi gimana pulang atau lanjut lis?” tanya ana kepada lisa. Seketika saja wajah fahry dan diki berubah, terlihat sangat kecewa, sepertinya tak ingin rasanya ia pulang. “Hmm, jangan pulang guys, perjalanannya tuh gak lama lagi, sayang lo, kalau kita pulang, emang kalian gak penasaranapa sama tempat pilihanku, lanjut ajalah ya lisa, ana?” pinta fahry dengan suara lemah lembut.
Lisa yang memperhatikan teman temannya kemudian berusaha menjelaskan dengan tegas” gini deh guys, fahry, diki, kalian kalau mau lanjut silahkan, kayaknya aku sama lisa harus pulang, kami jalan kaki bersama aja, karena sepeda kita kan gak bisa boncengan nih, giamana? Kalian mau ikut pulang atau kalian lanjut aja”. Mendengar penjelasan dari lisa, fahry dan diki pun mengurungkan niatnya untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat yang telah ada dalam bayangannya. “Lisa, ana sebenarnya kami emang mau benget ke sana, tapi kami ikut kalian pulang ajalah ya, lagipula udah jam berapa nih?, kalau dilanjutkan nanti butuh waktu lama lagi, sepeda ana juga lagi rusak kan, aku, dan diki tetap menjaga kebersamaan kita, massa kalian pulang berdua, ayoo lah kita pulang,” kata fahry sambil memandang lisa dan ana. Pada saat itupun diki tak banyak bicara, dia hanya setuju dengan perkataan fahry. Ana dan lisa yang pada saat itu tersenyum mendengar perkataan dari temannya itu kemudian langsung mengambil jalan pulang. Walaupun mereka merasa kecewa tapi bisa tertutupi dengan canda, bahkan sesekali diki dan fahry tertawa jika ada lucu. Begitulah sifat fahry, diki, ana dan lisa. Di perjalanan pulang juga terasa sangat riang karena diki dan fahry mengeluarkan suara emasnya. Menyanyikan sebuah lagu tentang persahabatan yang tak akan terpisahkan.
Tiada kata yang bisa dilontarkan oleh mulut lisa, yang saat itu sedang menikmati suara merdu fahry dan diki. Lisa bersyukur karena sampai detik ini masih bisa bersama teman temanya kesanyangannya. Hari ini merupakan hari yang paling menggembirakan bagi mereka semua. Intinya, walaupun mereka tak sampai di tempat yang telah direncanakan sebelumnya, mereka juga dapat menikmati suasana hati yang tak kalah menarik di sepanjang perjalanan pulang. Ana pada saat itu juga mengungkapkan rasa terimakasih kepada lisa, fahry, diki yang saat ini selalu bersama dan lebih mengutamakan kesetiakawanan “Buat kalian terimakasih banget ya, udah jadi teman teman yang terbaik buatku,” itulah kata yang terucapkan olehnya.
Cerpen Karangan: Lenni Anggraeni Blog / Facebook: Lenni Anggraeni