Waktu itu, 12 Juni 2001, aku tidur terlalu lelap dan ada suara motor yang sangat berisik melewati rumahku dan aku mulai terbangun dari tidurku dan melihatnya dari jendela. Lalu ketika aku mulai mencoba untuk kembali tidur tiba-tiba suara motor kembali lagi, dan kali ini tiba-tiba motor itu berhenti di depan rumahku dan berteriak dan memancingku keluar untuk menagih hutangnya, dan aku melihat seorang pria sedang menungguku namun firasatku tidak enak sekali, sehingga aku tetap diam di kamarku dan tetap diam dalam ketakutan.
Sekitar 1 setengah jam yang lalu aku mendengar suara motor berisik itu lagi dan kali ini dia membawa sepucuk pistol dan jirigen berisi minyak itu. Aku mulai curiga pasti mereka akan membunuhku atau membakar rumahku agar aku keluar dari rumahku dan mengingat aku tidak memiliki pintu darurat dari rumah ini. Dan satu-satunya jalan adalah tetap bersembunyi di dalam kamar dan mencoba meneleponnya, namun setelah itu aku tidak bisa menelepon polisi melalui telepon karena kabel telepon itu sudah diputuskan oleh orang itu dan aku harus berpikir keras. lalu mereka berteriak sekali lagi dan mereka mulai menembak kaca jendelaku sebagai peringatan, tetanggaku tidak ada yang peduli jika saat ini aku sedang diancam oleh orang asing dan mereka mulai membakar jaringan listrik di rumahku agar terjadinya kerusakan pada arus listrik sehingga mempercepat prosesnya kebakaran rumah. Aku tidak ada pilihan lain selain bunuh diri dan aku sudah tidak dianggap lagi oleh mereka.
Keesokan harinya rumahku terbakar dan cerita ini mulai disambung oleh tetanggaku yang menyaksikan aksi “heroik” yang dilakukan 2 pemuda gila ini, yah dia melihat 2 orang itu sangat bahagia melihatku mati dan secara otomatis ketika aku menulis ini berarti kemungkinan aku sudah menjadi arwah gentayangan yang siap menganggu orang-orang yang sudah membunuhku.
Aku melihat mereka dengan mata yang keji, aku muak, dan aku ingin membunuhnya seakan tetanggaku tidak pernah peduli apa yang selama ini aku perbuat, dan ditambah mereka berdua mulai membunuhku. Aku tidak mengerti apa salahku dan mereka tidak menyukaiku dari kecil dan mereka berharap aku dibunuh oleh salah satu tetanggaku sendiri, mereka mengucilku bahkan pernah mencelakaiku namun mereka berpura-pura baik di hadapanku seakan mereka semua adalah tetangga terbaikku, dan aku baru menyadarinya ketika insiden kebakaran itu dimana mereka semua tidak mempedulikanku bahkan semenjak kematianku mereka semua berbahagia melihatku mati dalam keadaan hangus dan terbunuh oleh diriku sendiri.
Sekitar 10 tahun yang lalu, aku hampir diracuni oleh mereka disaat aku pergi bertamu dengan mereka disaat hari lebaran silam, waktu itu aku pergi berlebaran di rumah tetanggaku, mereka awalnya ramah padaku dan seorang wanita muda nan cantik memberikanku minuman sirup rasa kelapa, dan aku meminumnya namu tiba-tiba rasa ini sangat aneh dan aku ingin muntah di halaman rumah dan pemilik rumah itu bertanya padaku “apa kau tidak apa-apa mas john?”, dan aku menjawab “yah tidak apa pak mungkin saja aku masuk angin, aku pulang dulu ya Wassalamualaikum” dan pemilik rumah itu menjawab “Waalaikumsalam (dalam hati: semoga kau cepat mati Mas John)” dan wanita itu gagal meracuni hingga tewas, dan aku dilarikan ke rumah sakit dengan seorang diri.
Lalu ketika aku di rumah sakit dokter itu berkata “anda bukan kena masuk angin, tapi anda telah diracuni seseorang dengan cairan alkali dengan dosis tinggi, dan apakah kau pernah meminumnya?” lalu kataku “ya aku pernah, waktu lebaran kemarin aku tidak tau bahwa sirup itu adalah sirup yang telah dicampuri oleh cairan alkali oleh seseorang” dan kata dokter itu dengan memelas “sebaiknya jika anda seperti itu carilah bantuan dan hubungi polisi jika kau ketemu orang yang mencoba membunuhmu, mungkin aku bisa bantu” dan aku menolaknya dan ikhlas dan berkata “maaf pak, aku tau ini akan membahayakanku namun, aku harus sabar dan aku tidak boleh menuduhnya terlalu keras tidak baik, pak” dan kata dokter itu “iya sudah tidak apa-apa jika ada apa-apa hubungi saja aku atau langsung saja ke nomor darurat”, lalu aku pergi dari rumah sakit itu dan kembali ke rumah dengan tenang dan hanya dokter sajalah yang mengakuiku saat ini dan satu-satunya dia seorang teman setiaku hingga akhir.
5 tahun kemudian aku menikah dengan seorang wanita. Dia bernama Faradilla, dia cantik dan baik dan aku suka sama dia sejak masih SMP, dan disaat itu juga banyak tetangga mulai berdatangan dan banyak orang yang mengucapkan salam padaku, namun ketika itu tiba-tiba ada seorang laki-laki bertopeng datang menculik istriku dan aku mencegahnya namun aku dihalau ama pria topeng dan berkata “kau tak layak hidup bahagia di sini”. Aku geram dan mencoba mengambil pisau namun dicegah pula oleh tetangga untuk tetap tenang dan mereka pun pergi membawa istriku.
Keesokan harinya aku membuka televisi dan muncul sebuah berita tentang istriku diculik lalu diperk*sa dan dibunuh oleh oknum tidak bertanggung jawab. Tiba-tiba Aku menangis dan seakan aku merasa tidak pernah bahagia untuk hidup di dunia ini, lalu aku mencoba mencari pekerjaan agar aku bisa membeli rumah baru dan pindah. Seminggu kemudian aku mendapatkan pekerjaan sebagai office boy di salah satu karyawan swasta, dan aku punya rekan kerjaku yang cukup ramah dan aku betah kerja di sana.
Selang 1 tahun kemudian krisis moneter mulai muncul, banyak kasus-kasus terjadi di sini, tiba-tiba aku di-PHK oleh bosku sendiri dan mau tidak mau aku kembali lagi menganggur mengingat krisis ini adalah krisis multidimensional. Dan selang tahun kemudian tiba-tiba rumahku dibanjiri oleh banyak surat dari tukang pos berisi ancaman agar aku segera melunasi hutang dan menyerahkan seluruh aset-asetku padanya agar aku segera angkat dari rumah itu dan diberi waktu tenggang 3 tahun. Aku harus lari dan lari lagi dari masalah ini padahal aku tidak tau apa hutang aku dan apa salahku tiba-tiba mereka mulai menyerangku. Selang 6 bulan kemudian aku pergi berlibur ke salah satu pantai di pinggir perkotaan namun ketika aku mulai berangkat aku merasa dibuntuti oleh pria bertopeng lagi dan aku memancing ke area keramaian dan mereka kabur.
Selama 3 tahun terakhir, aku merasa tidak nyaman dengan diriku sendiri, aku mulai tidak nyaman dengan keberadaanku sendiri aku selalu diawasi, diancam, bahkan selalu diteror setiap detik. Aku ingin kabur dan pindah rumah namun tidak bisa karena aku hampir tidak punya uang sama sekali untuk pindah rumah, mau tidak mau aku harus benar-benar meminjam uang pada bank walaupun aku punya banyak hutang. Lalu aku mencoba kabur lagi dengan uang pinjaman ini tapi pada akhirnya mereka mulai mengancamku dan menakutiku, dan mulai berpatroli sekitar rumahku setiap saat dan aku mulai tidak bisa kemana-mana. Aku mencoba meminjam uang pada tetangga untuk mengembalikan uangku pada bank dan seketika itu juga aku diawasi setiap aku jalan.
Dan malam terakhirku, aku hanya bisa melihat malam dengan banyak bintang yang bersinar dan ketakutanku mulai sedikit menghilang dan akhirnya malam itu tiba.
Yah selama aku hidup sebenarnya aku sudah hidup dengan banyak hutang, kenapa? karena pertama aku mewarisi hutangku dari kebiasaan ayahku untuk berhutang tanpa membayar hutang selama hidupnya, mereka berharap agar aku bisa membayar hutangnya, kedua semenjak ayahku meninggal ketika aku masih kecil, tetanggaku mulai membenciku dan berusaha mengusirku namun waktu itu ibuku masih ada dan ibuku selalu melindungiku hingga aku menginjak usia SMA dan semenjak aku sudah lulus SMA ibuku tiba-tiba jatuh sakit dan setahun kemudian disaat aku ulang tahun ke-18 tahun, ibuku sudah tiada. Ibuku menitipkan sepucuk surat wasiat berisi rumah dan hutang ayahku, dan aku menerimanya.
Aku kehilangan semuanya, dari ayahku, ibuku, istriku, bahkan kebahagiaanku selama aku hidup di dunia ini, padahal aku sudah berbuat baik pada mereka walaupun sebenarnya aku tidak pernah berharap agar mereka semua bisa membalas kebaikanku. Dan aku berharap agar tidak ada lagi yang seperti ini dan bernasib sepertiku.
Cerpen Karangan: Rizq Facebook: facebook.com/rizq.muhtatom1